See You Later

1.5K 337 40
                                    

Remi tutup lebih cepat hari ini. Makanan dan minuman mereka sold out lebih cepat dari biasanya. Ini hasil dari the power of review. Ya, siapa sangka Kim Taehyung yang pernah datang minggu lalu dengan penampakan glommy ,punya profesi sampingan sebagai famous food blogger. Lelaki itu memosting ulasan di situs online ber-traffic tinggi membuahkan banjir order untuk coffeshop milik Jeno, teruatam untuk menu keik Brownies.

Pemuda Lee itu kini tampak sibuk mengelap meja. Jeno memang selalu aktif terlibat dalam kegiatan operasional di Remi. Ini bentuk jawaban dari pertanyaan sang ayah mengenai keseriusannya berbisnis. Sejak memiliki Remi, Jeno memang mengundurkan diri dari segala bentuk kegitan ekstrakurikuler kampus agar bisa fokus terhadap usahanya.

Huening Kai sendiri sebenarnya adalah adik tingkat Jeno di jurusan yang sama. Cowok bermata teduh itu punya prinsip hanya akan melakukan kegiatan ekstra di luar kuliah bila menghasilkan uang. Jadilah bekerja part-time di Remi menjadi pilihan dibanding ikut kegiatan UKM.

Kai sendiri sangat menyukai kopi. Kali ini dia sedang menyeduh beberapa gelas untuk pegawai lain. Khusus untuk Yeji, Kai menyeduh teh. Kai hafal lidah perempuan yang lebih tua darinya itu tidak akur dengan taste dari minuman hitam ini.

Semunya pegawai lain tampak sibuk dengan kegiatan bersih-bersih. Tinggalah Yeji kelihatan awkward sendiri karena dia justru melamun sambil setengah bersandar di dekat pojok jendela.

"Bos, lihat ke arah kak Yeji!"

Dagu Kai bergerak samar ke tempat Yeji berada kala berbisik ke Jeno.

Jeno mengedikkan bahu seraya tesenyum tipis. Ini jenis senyum khas milik Jeno yang mampu membuat seorang Huening Kai menunduk hormat.

"Saya tidak melihat ada sesuatu yang salah dengannya."

Kai setengah mati menahan agar bola matanya tak berotasi. Bos mereka ini kadang suka kurang peka. Harus ada yang memberitahukannya terlebih dahulu. Mengenai perlakuan kurang menyenangkan yang Yeji terima dari pengunjung juga Jeno harus diberitahukan oleh Beomgyu dulu, baru dia bertindak.

"Coba perhatikan raut wajahnya deh, Bos! Sepanjang hari Yeji noona tampak berduka."

Jeno termenung, menyadari mimik Yeji tidak seceria di hari-hari lain. Matanya tampak lelah dan mulut sang hawa lebih banyak bungkam hari ini.

"Baiklah biar nanti aku mencoba bicara dengannya."

***


Kenyataanya Jeno tidak perlu bergerak. Yeji yang datang menghampiri tidak lama kemudian. Presensi Yeji yang membawa aura sendu sontak menghentikan gerakan tangan Jeno, mengelap meja.

"Ada apa, Yeji?"

Gadis bersurai gelap itu mengulas senyum rikuh.

"Boleh tidak aku izin besok?"

Kening Jeno terlipat. "Besok? Mendadak sekali!"

Yeji menipiskan bibir. Terpancar rasa sungkan di ke dua bola matanya.

"Maaf, tetapi aku mau tukar jadwal. Boleh 'kah?"

Nada bicara Yeji menunjukkan keraguan, tetapi bukan itu yang memancing perhatian Jeno. Suara sang hawa yang terdengar sedikit bergetar, membuat Jeno merasa tidak enak hati.

"Apa ada keperluan keluarga?"

Sedetik kemudian pertanyaan Jeno dibalas dengan gelengan oleh Yeji. "Aku ingin bertemu teman lama."

"Lelaki atau perempuan?"

Damn Jeno, kau tidak punya urusan, bodoh. Pemuda Lee itu membatin kesal pada diri sendiri. Sayangnya rasa panas yang menjalar di hatinya sukar untuk ditepikan meskipun di satu sisi ada sesal tertinggal di ujung lidah.

Penyesalan Jeno semakin bertambah ketika Yeji dengan kikuk merespon, "Temanku lelaki."

Jeno menggangguk paham. Oh, sebenarnya lebih dari itu ia menggunakan kesempatan untuk menghindari tatapan Yeji. Bagian bawah bibir ia gigit kencang agar tidak ada lagi pernyataan bodoh meloncat dari sana. Spontanitas bukan bagian dari karakter Jeno, tetapi gadis Hwang dengan mudah mengancak kebanalan cowok itu.

"Teman lelakiku sudah lama meninggal. Aku ingin mengunjungi makamnya," ungkap Yeji tiba-tiba.

Momen kebetulan ini cukup membuat Jeno merasa lega. Hanya sebentar. Detik berikutnya bahunya terkulai dibebani rasa bersalah. Tidak harusnya dia iri pada sosok yang telah beda dunia. Lagipula diantara Yeji dan Jeno tidak ada ikatan status apa pun. Mana berhak ada rasa cemburu singgah di dada.

"Boleh kan?" desak Yeji lagi. Air mukanya tampak cemas menanti keputusan Jeno seolah ia akan terburai ke udara bila tidak mengantungi izin.

"Boleh, soal jadwal pengganti bisa di diskusikan nanti."

Yeji membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan. "Terimakasih!"

Tatapan mereka bersua lagi dalam satu pararel. Dada Jeno terasa sesak mendapati netra Yeji berpendar penuh sukacita untuk sesosok lelaki di masa lalu. Dengan hati yang sedikit terkoyak, Jeno berusaha ikhlas mengucapkan, "Take your time to heal, please comeback stronger."

Yeji mengacungkan jempol ke udara. Bibir delima menyunggingkan kurva tipis. "No worry, I will. See you later."

Masih dengan perasaan carik-maruk Jeno menatap nanar punggung Yeji yang menjauh. Menghela napas, dia berharap saat mentari sudah kembali bertahta di langit, serpihan hatinya yang sempat tercecer sudah utuh lagi, meskipun tanpa kehadiran Yeji di sisi.

☕☕☕

A/n : Jeno sudah menyukai Yeji jauh sebelum Yeji jadi anak magang. There will be an explanation later.  Also Jeno selalu pakai bahasa formal makanya kata ganti dia selalu "saya" sementara karakter yang lain lebih ke "aku". Sengaja aku gak menggunakan term "gue-lo" karena setinggnya di Korea. Kalau lokal aku bakal pakai  bahasa semi baku dan non baku buat dialog. So maaf kalau ada yang merasa bahasanya terlalu kaku kayak buku terjemahan. Aku cuman menyesuaikan dengan kebutuhan setting aja. Harap maklum 🙏😊😊

Barista  (Yeji&Jeno) ✔️Where stories live. Discover now