Ini hari ke lima Yeji bekerja. Perlahan dia mulai terbiasa dengan hiruk pikuk dunia barista. Sebentar lagi waktu pulang akan tiba. Jeno si pemilik sekaligus orang yang berjaga untuk shift sore sudah datang setengah jam lalu.Pemuda Lee itu kini sedang melayani meja nomor tiga yang disinggahi tiga anak SMA. Yeji menggeleng- geleng heran melihat muka Jeno tampak bersemu jingga.
Catatan dan pulpen pada genggaman Jeno tidak kunjung digunakan. Terlihat jelas para abg centil itu berusaha menunda-nunda melakukan pemesanan.
Mereka hanya mau menggoda dan menahan pemuda malang itu lebih lama. Oh, lihat satu dari mereka bahkan sudah mengeluarkan ponsel. Tidak perlu penglihatan setajam elang untuk menebak kalau para remaja itu ingin Jeno berada di laman insta story mereka.
Yeji menghempaskan napas kasar. Matanya memicing tajam. Gadis-gadis itu meminta Jeno ikut berfoto dengan pekikan heboh. Seketika kedai kopi ini berubah menjadi acara "jumpa fans" dadakan. Kebisingan mereka tentu mengganggu para pengunjung lain. Sorot mata Yeji tidak sesantai sebelumnya. Ini tidak bisa dibiarkan.
"Kai, tolong jaga di counter. Aku mau ke sana," pinta Yeji sambil menunjuk ke arah Jeno dengan dagunya.
Tanpa menunggu persetujuan dari Kai, Yeji melenggang santai ke tempat Jeno berdiri.
Deheman Yeji yang cukup keras mengalihkan atensi mereka. Para gadis belia itu memandang Yeji kesal seolah mau menerkam hidup-hidup. Namun, Yeji sama sekali tidak gentar. Ia justru membalas tatapan mereka dengan ekspresi berseri-seri.
"Maaf, Ladies, boleh saya pinjam atasan saya sebentar?" tanya Yeji sambil menepuk pundak Jeno pelan.
Jeno kini mengamati Yeji dengan mimik penuh tanya. Yeji merespon dengan senyum miring dan salah satu alis terangkat ke atas.
"Maaf, Pak, tapi tadi Istri Bapak menelepon. Anak bapak demam tinggi."
Jeno yang sudah menangkap kode permainan dari Yeji, merespon secara dramatis. Mulutnya terbuka lebar. Notes dan pulpen terjatuh dari cengkeramannya. Yeji buru - buru berlutut untuk memungut ke dua benda itu.
"Yeji, tolong titip kafe ini!" pinta Jeno dengan kepanikan mendominasi di nada bicaranya. Lucunya raut wajahnya tetap tertata datar. Ah, si tetangga merangkap bos ini sepertinya butuh kursus akting.
Yeji menipiskan bibir, berusaha keras menahan tawa ketika para abg itu memasang ekspresi kecewa ketika Jeno berlari meninggalkan mereka.
"Yah, uda punya istri, Sis." keluh dara bergigi kelinci.
"Too bad. Off limit," imbuh si pirang, menyetujui.
Yeji batuk-batuk kecil sehingga fokus konversasi tiba-tiba berpaling kepada dirinya.
Yeji mengeluarkan senyuman termanis yang dia punya. Dengan penuh percaya diri, ia bertanya, "Jadi, kalian mau pesan apa nona manis?"
YOU ARE READING
Barista (Yeji&Jeno) ✔️
FanfictionJeno dengan idealismenya dipertemukan denga Yeji yang terperangkap dalam tantangan sang ayah. Dua dewasa muda dengan kepribadian berbeda dipaksa membaur, menghadapi berbagai macam konsumen dengan segala pola tingkah. Akankah mereka bersinergis sem...