Dahi Sita mengernyit heran. "Masih pagi? Ini udah siang Mas, liat aja mataharinya udah ada di tengah-tengah." balasnya. "Mas lepas, aku mau bikin makanan dulu."

"Gak mau."

"Mas Adrian...,"

"Gak mau."

Malas berdebat, Sita lebih memilih menuruti permintaan Adrian. Mereka tertidur sampai jam dinding sudah menunjukkan pukul satu siang. Sita bangun terlebih dahulu, keluar kamar dengan menggunakan kemeja Adrian, berjalan tertatih ke dapur. Karena di dalam kulkasnya hanya terdapat telur, keju, smoke beef dan beberapa sayuran. Sita memilih untuk membuat omelette, makanan simple dan mudah di buat. Sita juga menambah menu makanannya dengan samyang cheese.

Tangan Sita mengaduk mie dia dalam panci dengan garpu. Sesuatu melingkupi perutnya, tubuhnya tertarik sedikit ke belakang. Adrian menguburkan wajahnya di ceruk leher Sita, sesekali ia menggigit kecil leher jenjang milik Sita.

"Kenapa gak bangunin Mas?"

"Mas tidurnya kayak kebo. Susah dibangunin."

Adrian terkekeh. Ia semakin gemas menggigit leher Sita sampai wanita itu menggeliat. "Mas, geli!"

"Kamu wangi banget."

Sita mematikan kompor. Membawa panci ke depan wastafel, dan membuang air yang masih tersisa di dalam panci. "Mas, aku susah gerak ini." keluh Sita, Adrian masih terus saja mengikuti langkahnya dengan tangan yang memeluk pinggang Sita.

"Kamu pagi-pagi begini udah makan pedes?" tanya Adrian. Ia menggesekkan dagunya ke leher Sita.

"Baru kepingin aku. Mas! Ih, geli!"

Brak!

Pintu unit terbuka dengan kasar. Sita dan Adrian memandang Elle, wajah gadis itu terlihat gusar. Elle menghampiri Adrian, menyeret tubuh Adrian mengikuti dirinya untuk keluar unit. Tak perduli Sita yang melihatnya bingung.

"El?"

Plak!

Elle menampar wajah Adrian sampai wajah Abangnya terhempas ke samping. "Apa yang Abang lakuin sama Sita kemarin?"

Adrian menyentuh pipinya. Ia menatap menatap Elle yang masih terbawa emosi. "El, kemarin Aba--" belum selesai Adrian berbicara, satu pukulan mendarat mulus di pipinya.

"Abang tau yang Abang lakuin itu salah?"

"El," panggil Adrian. Ia menyentuh lengan Elle, tapi Adiknya menghindar.

"Abang itu punya adik perempuan, Mamah juga perempuan. Harusnya kalau Abang mau ngelakuin itu sama Sita, Abang mikir, Abang udah ngucap janji di depan Tuhan belum. Jangan asal begituan aja." Elle menjeda ucapannya. "Jangan jadi pengecut Bang. Elle gak mau tau, Abang harus menikah sama Sita!"

"Iya El, Abang bakalan tanggung jawab atas perbuatan yang Abang lakuin."

"Kalau sampai Abang lepas tanggung jawab, Elle bakal bikin perhitungan sama Abang." Elle meninggalkan Adrian, ia masuk ke dalam unit Sita dan kembali berujar. "Bang Adrian jangan masuk dulu. Elle mau bicara sama Sita."

Sementara itu, Sita di dalam unit menatap was-was Elle yang berjalan ke arahnya. "Ta."

"Apa El?" jawab Sita dengan kepala tertunduk.

"Liat gue Ta. Jangan lihat lantai."

Sita mengadah, pandangannya bertemu dengan Elle. "Jawab pertanyaan gue Ta. Apa yang lo lakuin sama Bang Adrian kemarin?"

"Gu-gue...."

"Jangan ada yang lo tutup-tutupi dari gue Ta. Gue gak suka dibohongin."

"Maaf El."

Sweet Husband [END]Where stories live. Discover now