Dua Puluh Sembilan

21.7K 1.7K 25
                                    

Adrian meletakkan semua map yang sudah tidak terpakai lagi. Adrian masih menunggu makan siang yang akan diantarkan istrinya.

Ponselnya memunculkan notifikasi dari Sita. Adrian mengambil ponselnya lalu mengetikkan balasan bahwa dja akan turun ke bawah untuk menjemput Sita di  lobi hotel.

Adrian mengambil jasnya yang ia sampirkan di kursi. Adrian turun ke lantai dasar dan menemukan Sita sedang terduduk di sofa dengan rantang makanan di meja dekat resepsionis.

Adrian mendekat ke arah Sita. "Sayang?"

Sita menoleh padanya lalu berdiri dan memeluk lengan Adrian. "Udah lama nunggu?" tanya Adrian disertai elusan di kepala Sita.

"Belum lama kok. Maaf ngerepotin Mas. Soalnya aku males kalau di usir-usir lagi sama Dora Tua di lantai atas."

"Jangan suka ngata-ngatain orang Ta. Gak baik, kamu juga lagi hamil. Jaga bicaranya." balas Adrian sambil mengelus perut Sita.

"Eh iya, maaf Mas."

Adrian menuntun tubuh Sita keluar dari lift setelah mereka sampai di lantai yang dituju. Sita menatap sinis orang-orang yang pernah menarik tubuhnya dan memandangnya rendah dulu.

Orang yang ditatap oleh Sita hanya menunduk. Adrian megelus lengan Sita lalu membuka pintu ruangannya dan mempersilakan Sita masuk ke dalam.

"Kamu masak apa Ta?"

"Aku masak sushi. Tadi lihat dari Pinterest, jadi pengen buat. Tapi ini banyak kok, Mas pasti kenyang deh."

"Kamu jangan makan daging yang belum matang Ta. Inget kata dokter."

"Aku cuma bawa bestik sapi buat aku sendiri Mas. Onigiri tuna mayo juga ada."

Adrian mengacak pelan rambut Sita yang terkuncir. Ia menunggu Sita menyiapkan segala semuanya baru ia akan memulai kegiatan makan siangnya.

"Jadwal ke dokter lagi kapan Ta?"

"Kayaknya minggu depan Mas. Gak tau, aku juga lupa."

"Mas mau bestiknya juga?"

"Kamu aja. Mas liat kamu makannya dikit banget beberapa hari ini."

"Dikitnya aku sama dikitnya Mas beda."

Pandangan Sita menyapu segala penjuru. Ruangan Adrian mengingatkan pada Mr. Grey yang filmnya sering ia tonton bersama dengan Elle. Gaya Adrian yang mirip Massimo atau bahkan lebih seksi. Sita beruntung memiliki Adrian sebagai suaminya.

Sampai sekarang ia bingung. Mengapa Adrian bisa mencintainya. Ya memang cinta tidak memerlukan alasan namun Sita heran, Adrian yang pahatan wajahnya melebihi Joe Taslim atau Berri Prima versi muda bisa terpikat pada perempuan sepertinya.

Sita menyentuh tangan Adrian yang memegang sumpit.

"Kamu butuh sesuatu?"

"Aku mau tanya sesuatu."

"Apa?"

"Mas katanya udah suka aku dari waktu SMP. Kok bisa?"

Adrian memusatkan seluruh perhatiannya pada Sita. Wanita yang ia cintai karena hal yang sangat sepele. Adrian tidak tahu kapan pastinya ia mencintai Sita. Adrian menyadari itu saat Elle berada di bangku SMP. Ia mulai menyukai Sita ketika dirinya masih menjadi tukang angkut beras di sebuah minimarket.

"Bang Adrian pasti capek. Ini bekal Sita sama minumnya buat Abang aja." gadis kecil yang menggunakan seragam merah putih itu menyerahkan kotak bekalnya untuk Adrian sembari tersenyum lucu. "Sita pulang dulu Bang. Jangan lupa dimakan, nanti Abang sakit."

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang