Enam

37.8K 3.1K 133
                                    

Hari ini adalah hari kepulangan Sita kembali ke Yogyakarta. Satu bulan sudah ia berada di Singapura, Sita merindukan Yogyakarta. Mr. Aland bahkan sampai menyewakan jet untuknya. Supaya dirinya nyaman, kata pria itu.

Sita menunggu Laras yang akan menjemputnya. Gadis itu membawa botol air mineral di tangannya. Dirinya menoleh ke kanan dan kiri, matanya menyipit tatkala melihat seorang pria berkulit putih yang berjalan mendekat ke arahnya.

Sita menundukkan kepalanya, beruntung dirinya memakai masker dan mengecat rambutnya kemarin bersama dengan Elle. Orang itu menoleh ke arah Sita lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Dilihatnya, pria itu menghampiri seorang wanita yang sudah menunggu di depan mobil sport berwarna merah. Pria itu mencium bibir sang wanita tanpa memperdulikan pandangan orang di sekitarnya. Itu wanita adalah wanita yang sama yang Sita lihat satu bulan lalu.

Sita tersenyum getir, lalu mengusap sudut matanya yang entah kapan sudah mengeluarkan air. "Kamu emang brengsek Yan." Ucapnya pelan. "Aku kira kamu benar-benar berubah."

Sita sudah membulatkan tekatnya untuk tidak akan menerima Rian kembali di hidupnya. Cukup satu pria yang membuatnya tersakiti setiap harinya, tidak perlu Rian masuk ke dalamnya.

Lima belas menit sudah berlalu. Sita masih setia memandangi parkiran mobil yang sekarang sudah kosong karena si pemilik mobil sudah meninggalkan parkiran tersebut.

Ponselnya bergetar, Sita merogoh kantong celana panjangnya. Gadis itu membuka salah satu aplikasi chat yang sering digunakan saat mengirim pesan pada Laras.

Laras Bar-bar: Lo pakai baju apa?

Natalia Sita: Kaos putih sama celana panjang coklat

Laras Bar-bar: Oke, gue udah lihat lo

Sita memutar badannya ketika ada yang memanggil namanya dari belakang. Laras berjalan ke arahnya, gadis itu terlihat senang melihat ia kembali ke kota ini.

"Gue kira lo gak bakal balik setelah yang dilakuin Rian." Ucap Laras saat sudah berada dihadapan Sita.

"Gue udah cukup menenangkan diri," Sita membuka maskernya dan membuangnya di tempat sampah terdekat. "Gue terbiasa hidup dengan kalian, tanpa Rian gue juga gak akan kehilangan apapun."

"Gue juga udah kasih pelajaran buat dia."

Mereka berdua berjalan menuju kendaraan Laras sambil berbincang kecil. Satu bulan tidak bertemu membuat keduanya sibuk dengan perbincangan tentang kegiatan sebulan ini dan kabar Elle yang masih menikmati kesendiriannya.

"Lo tau gak Ras. Bang Adrian itu gak sekaku yang kita kira."

"Maksud lo?"

"Bang Adrian itu orangnya asik kok, walau emang bahasanya formal."

"Tunggu Ta, kenapa kita jadi bahas Bang Adrian ya?"

"Gak apa-apa sih, gue cuma pengen ngasih tau. Selama di Singapura kemarin, gue selalu ditemenin sama Bang Adrian."

"Bagus deh kalau di sana lo udah gak inget Rian lagi." Laras memberhentikan mobilnya di depan rumah makan padang langganannya. "Makan dulu ya Ta. Gue lapar banget soalnya."

"Ayo aja gue mah."

"Lo udah makan?"

Sita menggangguk, lalu melihat ke dalam rumah makan padang yang dipilih Laras, kebetulan sekali di sebelah rumah makan Padang tersebut terdapat taman yang sangat indah. Sepertinya Sita akan pergi ke sana saja.

"Lo mau ke taman?" Tanya Laras setelah mengambil nasi dan sambal ijo. "Ya udah lo ke sana aja. Gue nanti nyusul,"

Sita meninggalkan Laras, gadis itu menyusuri taman yang terbilang sangat sepi. Taman ini sangat sedap untuk dipandang. Suasananya juga membuat Sita betah berlama-lama di tempat ini, sunyi dan sepi. Seperti hidupnya.

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang