"Apa?? Lo.. lo tunangannya andrian ris?".

"Dev, gue bisa jelasin ini semua. Gue tunangan sama dia karena terpaksa. Ini semua perjodohan dari orang tua gue sama kak andrian dev". Ujar irisa sambil menangis di hadapan devina.

"Kenapa lo gak bilang sih ris. Kalo sejak awal lo tunangannya andrian".

"Ini baru aja terjadi dev. Dan gue juga gak tau. Harusnya kalian tu ngerti. Gue sekarang ada di posisi bener - bener bingung".

"Banyak bacot lo ris. Harusnya lo sebelum tunangan bilang sama gue. Biar gue gak terlalu sayang sama lo sampai sejauh ini".

Tiba - tiba william dan iskak membawa andrian di hadapan mereka.

"Sekarang, lo jelasin ke mereka semua. Gara - gara lo nih". Ujar william sambil menunjuk - nunjuk andrian.

"Ris, lo.. lo.. cuma salah paham".

"Apalagi sih kak. Udah cukup bikin keluarga gue menderita, sekarang lo udah ngehancurin kebahagiaan yang gue punya".

"Kak ian. Maksud kakak selama ini apa". Tanya devina dengan mata yang sudab berkaca - kaca.

"Maksud gue? Gue cuma anggep lo sebagai temen aja dev gak lebih".

"Yang kemaren lo bilang sayang, bilang cinta sama gue. Itu maksudnya apa kak?".

Andrian pun diam dan mereka yang disana pun diam. Mereka tak tau ternyata andrian dan devina punya hubungan special dibalik ini semua.

"Harusnya gue sadar kemarin - kemarin. Lo ngajak beli kado sepatu itu buat irisa. Dan bunga krisan juga. buat irisa. Tapi gak tau kenapa seolah - olah gue selalu nolak kalo semua ini bakal terjadi". Ujar devina yang kini tak bisa membendung air matanya.

"Lo... Lo selama ini juga pernah jalan sama devina?. Jahat ya lo jadi orang. Udah ngerenggut kebahagiaan orang banyak lo".

"Ris, bukan gitu. Gue cuma sayang sama lo. Gue..".

"Udah cukup!! Gue udah muak sama lo andrian. Sekarang silakan kalo lo mau ambil seluruh perusahaan orang tua gue. Termasuk rumah gue. Gue udah gak peduli". Irisa pun pergi dan berlari begitu saja dari dalam kelas sambil menangis sejadi - jadinya.

"Ris..". Andrian pun mengejar irisa namun devina menarik tangan andrian.

"Kak. Jelasin dulu. Maksud lo selama ini apa. Kita sering ngehabisin waktu bareng. Telfon, chat sampe larut malem. Apa iya lo gak ada sedikit rasa ke gue". Ujar devina sambil menangis di hadapan andrian.

"Kok lo baperan banget sih. Kan gue udah bilang. Rasa sayang gue ke elo tu cuma sebatas temen gak lebih!". Baru kali ini nada bicara andrian ketus dan tinggi

"Brengsek lo!!". Arsen sudah tidak tahan lagi dan memukul andrian di tempat sampai andrian jatuh tersungkur dan memukulinya beberapa kali.

"Woy sen udah - udah. Lo gak perlu mukulin manusia gak guna kek dia". Ujar iskak sambil melerai arsen yang memukuli andrian.

"Kalo lo hidup cuma buat nyakitin orang, sekalian gak usah hidup aja lo!". Ujar arsen yang cukup muak dengan kelakuan andrian.

"Ayo dev". Arsen pun menarik tangan devina. William dan iskak pun juga mengikutinya dari belakang.

"Udah deh lo jangan nangis lagi". Ujar arsen kepada devina yang baru saja sampai di parkiran.

"Iya dev, untung aja gue malem itu sempet ngambil foto irisa sama andrian. Coba kalo nggak? Mau sampe kapan sandiwara ini". Ujar william.

"Iya dev, lagian lo gak perlu nangisin orang kek dia. Lo pantes dapet yang lebih dari dia. Dia tuh cuma bagian dari sampah kehidupan lo". Ujar iskak sambil mengusap - usap pundak devina.

"Gue gak nyangka aja. Kalo kejadiannya bakal gini".

"Yaudah pulang aja. Tuh jaket gak usah dibalikin. Gue masih punya banyak".

"Gak mau. Gue udah londry". Devina masih tetep kekeh mengembalikan jaket tersebut kepada arsen.

"Yaudah iya gue terima". Arsen pun akhirnya menerima kembali jaket tersebut.

"Sejak kapan kalian pernah jalan bareng sampe pinjem - pinjeman jaket". Ledek william.

"Ah gak penting. Udah yuk cabut". Ujar arsen langsung menaiki motor sportnya dan berjalan begitu saja.

"Lah, gak ngaku dia kak. Yaudah dev. Mending lo sekarang pulang deh. Udah mau sore juga ini". Ujar william kepada devina.

"Iya yam. Makasih ya".

"Makasih buat apa coba. Ini udah bagian dari rencana Tuhan buat elo dev".

"Dan william yang jadi pahlawan kesiangan disini. Dan bisa ngebongkar semua kelicikan andrian". Timbrung iskak.

"Yadong kak. William gitu loh". Ujar william sedikit sombong dengan semnyuman khas di bibirnya.

"Yaudah gue mau cabut dulu".

"Hati - hati dev". Ujar william dan juga iskak. Devina pun masuk ke mobil dan pergi bergitu saja dari hadapan mereka.

"Kenapa kak ian tega banget sama gue. Gue nggak nyangka dia bikin hati gue hancur untuk kesekian kalinya. Harusnya sejak awal gue nurut omongan bang angga dan bang rio. Harusnya gue juga sadar kemarin - kemarin kalo dugaan gue selama ini bener. Kak ian punya hubungan special  sama irisa". Gumam devina dari dalam batin dan cairan bening dari matanya tak bisa dibendung lagi.

"Udah pulang aja lo". Sambut rio yang sedang menyirami tanaman di halaman rumahnya menggunakan selang.

"Udah".

"Dev, mata lo kenapa sembab gitu? Abis nangis lo?". Tanya rio penasaran.

"Enggak. Cuma abis nonton film baper aja tadi di kampus".

"Bo'ong lu".

Devina pun langsung masuk ke dalam rumah dan berbaring di atas tempat tidur. Dia sedikit ingin menenangkan diri dengan tidur.

Kali ini aku kalah lagi. Hati selalu lebih menguasai daripada logika.
Setiap detik yang pernah terlewati bersama. Kini hanya tinggal sebuah cerita. Tak ada lagi kebiasaan - kebiasaan kecil yang selalu aku nanti.
Tak ada lagi cerita sederhana yang selalu membuat ku tertawa.
Kau begitu cepat menjadi masa lalu untukku. Bahkan belum sampai aku memilikimu, kau sudah patahkan hati tulus yang tulus ini.
Kasih sayang hanya sebatas manusia. Tapi sesingkat itu dia mengubah rasa sayang menjadi benci antara sesama manusia.
Selanjutnya kejutan apa lagi Tuhan yang ingin kau berikan kepadaku?.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now