Bintang

5 1 0
                                    

Kenapa ya kebanyakan orang lebih menyukai bintang? Padahal bintang kan hanya sekedar titik yang bercahaya jika dilihat dari bumi? Kenapa dia selalu ditunggu? Padahal dia kan tidak pernah bisa memberi kepastian untuk selalu datang?
*Rega Zaidan Veraldi*


Mentari pagi seakan memberi salam kepada setiap manusia untuk menghidupkan kembali rasa di hari lalu. Suara-suara hewan yang terdengar saling bersahutan juga ikut memberikan kesan kebahagiaan bagi setiap insan yang telah berani membangunkan niatnya untuk memulai hari.

Seorang gadis kelahiran kota tahu yang sedang mengais asa bersama keluarganya di ibu kota itu kini tengah menikmati udara pagi dengan melangkahkan kakinya ke arah taman.

Meyra berlari pagi dari rumahnya menuju ke taman guna mengistirahatkan pikirannya setelah beberapa hari terlalu lelah menimba ilmu di sekolah.

Sesampainya di taman, Meyra beristirahat sejenak untuk merilekskan detak jantung dan nafasnya.

"Kok gue jadi kangen bela diri ya." Ucap Meyra dengan sangat pelan. "Gue juga jadi kangen sama temen-temen gue di Kediri."

Seketika ia teringat masa-masa ia masih sering berlatih bela diri bersama teman-temannya. Ia

Lanjutnya. "Lari lagi aja deh, daripada mikirin itu."

Meyra berlari lagi mengelilingi taman dengan kecepatan sedang. Sesekali ia juga melakukan stretching.

Setelah beberapa lama Meyra berlari, ia menyudahinya, lalu berjalan menuju sebuah warung untuk membeli minum. Namun tiba-tiba saat ia berjalan, ada seorang cewek yang terjatuh di depannya.

"Sini gue bantu." Tanya Meyra seraya mengulurkan tangannya berniat menolong.

Cewek itu menerima uluran tangan Meyra dan bergegas untuk berdiri.

"Makasih." Ucap cewek itu.

"Sama-sama. Lo gak papa kan?"

"Gak papa kok. Btw, nama lo siapa?"

"Gue Meyra." Ucap Meyra seraya mengulurkan tangannya untuk mengajak berkenalan.

"Gue Nayla." Ucap cewek itu seraya membalas uluran tangan Meyra.

"Baiklah. Gue pergi dulu ya. Sampai jumpa lagi." Pamit Meyra yang langsung melesat pergi ke arah warung untuk membeli air mineral.

"Meyra." Batin Nayla yang diikuti dengan senyum smirk.

...

09.00 WIB

Meyra dengan mengenakan atasan berwarna biru laut serta hijab pashmina yang senada dengan bawahannya, kini tengah mengayuh sepeda menuju kediaman sahabatnya bersama seorang gadis yang juga termasuk sahabatnya, Farah.

"Masih jauh ya Ra? Kok perasaan belum sampe juga dari tadi." Keluh Farah kepada Meyra.

Memang pasalnya jarak dari perumahan Farah dan Meyra ke arah rumah Syifa termasuk jauh jika ditempuh menggunakan sepeda.

"Dikit lagi Far. Masa gini aja lo udah capek."

"Ini jauh kali Ra. Kalo lo mah udah biasa naik sepeda kemana-mana, lah gue?"

"Makanya dibiasain naik sepeda kali Far."

"Ngoyo." (Memaksakan diri)

"Bisa bahasa jawa juga lo ternyata. Hahaha." Ucap Meyra seraya tertawa.

"Gue kan sering denger lo ngomong gitu, jadi gue googling artinya deh."

"Hahaha, Farah Farah." Meyra menertawai Farah lagi, karena menurutnya logat Farah ketika bicara bahasa Jawa sangat lucu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 22, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Senja Sang PerantaraWhere stories live. Discover now