Prolog

145 14 2
                                    

Untuk saat ini bahagia mungkin menjadi kata yang sedang tergambar di raut wajah seorang perempuan berpakaian kebaya putih yang manautkan tangannya ke tangan seorang pria di sebelahnya.

Benar jika orang lain mengatakan raut wajahnya tampak bahagia. Namun siapa yang mengira bahwa hatinya saat ini sedang bertolak belakang dari kenyataan itu.

Rasa yang ia coba lupakan selepas kejadian beberapa tahun silam justru semakin nyata di dalam benaknya. Sekeras apapun ia mencoba tegar, ia pikir semua hanya sia-sia.

Celah hatinya yang ia gunakan untuk menyudutkan rasa cintanya hanya tertuju pada seseorang yang sama di masa lalunya.

Namun semua itu sudah terlambat, ia akan segera melangsungkan hidup barunya bersama pria pilihannya setelah ia berpikir berkali-kali.

Aku lihat dia di seberang sana
Memotretku dari berbagai angle
Namun dia tampak biasa saja
Acuh dengan semua yang ada dihadapannya

Dia tak peduli
Melihatku bersama orang lain
Yang nyatanya adalah teman karibnya
Sungguh, bukan itu yang aku harap
Apa dia benar-benar sudah melupakan?

Harusnya aku sadar
Ada seseorang yang telah menggantikan posisiku
Dan sudah seharusnya aku juga bisa menerima pilihanku

*Meyra Adelia Syafa*

Di balik layar kamera, seorang pria sedang berusaha menampilkan ekspresi tegarnya.

Tak pernah terlintas dipikirannya bahwa ia akan bertemu seseorang di masa lalunya dengan jalan cerita seperti ini. Tuhan nyatanya lebih memihak kepada alur hidupnya yang harus pura-pura bahagia.

Aku lihat dia di seberang sana
Tertawa, tersenyum, bahagia
Tampak jelas di wajahnya

Tepat di depan mata
Aku ambil potret mereka

Aku rasa ini bukan saatnya
Aku ingin marah
Tapi senyum manisnya
Menyadarkan ku akan satu hal
Bahagianya adalah mutiara berhargaku

*


Senja Sang PerantaraWhere stories live. Discover now