7- Ultah Adly.

38 11 0
                                    







***

Cuaca sedang terik-teriknya. Dan Salsha dibuat basah oleh keringat karna berlarian dihalaman kelas dengan beberapa kawan setimnya.
Mereka sedang bermain lempar bola kasti ke beberapa keramik pecah atau tutup botol fanta yang disusun.

Kerap disebut main "Boy" di wilayah nya.

Sang gadis saat ini tengah kelimpungan berlari menghindari musuh Tim-nya yang tengah memegang bola kasti mengincar  lawan mainnya. Salsha sedang dalam mode dikejar dan menyusun keramik. Maka dari itu dia wajib menghindari agar lemparan bola tak mengenai sisi tubuhnya bagian manapun atau dia akan out.

Di sebrang sana. Nadia berlari mengincarnya. "Oh no!" Salsha out kalau bola yang dilempar Nadia mengenai dirinya. Namun beruntung. Lemparan meleset. Salsha lekas berlari kencang menuju keramik kecil yang berserakan. Tugasnya menyusun selagi lawan mereka sibuk mengejar bola.

Seluruh jajaran kawan satu tim nya sampai-- mereka beramai-ramai menyusun keramik. Belum sempat seluruh keramik yang tercecer mampu tersusun seluruhnya lemparan bola seketika mengagetkan Salsha dan Timnya. Salah satu dari mereka. Nurul sukses terkena lemparan bola.

Sial Nurul Out. Otomatis Timnya berkurang. Tak mau ikut Out Salsha juga beberapa temen satu timnya yang selamat segera berlari menjauh. Menjauhi lawan mereka.

Tapi karna musuh terhitung sama banyak dan sialnya kebanyakan mampu mencekal pergerakan mereka satu persatu Tim Salsha berjatuhan sebelum sempat menyusun keramik.

"Lari kemana, gue dikepung?" Salsha berdecak dengan jantung yang berpacu. Melirik Fia yang sedang asik menghadang nya. Sambil berteriak pada Ela untuk segera melempar bola kasti padanya. Sialan, Salsha di incar. Otomatis dirinya kabur menjauh kala Fia dengan tangkas mampu memindah tangankan bola yang dilempar Ela.

"Sial mereka kelas berat atuh! Lari kemana gue." Salsha bergumam frustasi meski beruntung, kali ini bola disambut baik oleh Dilla. Mereka mengincar Sari. Owalah pemain unggulan dalam Tim Salsha.

Dan meleset. Sari memang gesit. Alhasil bola terlempar jauh ke sisi kanan dari teras MTS yang bersebrangan dari kelas Salsha. Lumayan jauh.

Maka lekas Sari memberikan intruksi pada kawan satu tim nya untuk kembali mendekat untuk sama-sama menyusun keramik. Tersisa 5 Orang dari 10 orang. 5 sisanya sudah Out lebih dulu. Dan sial. Hanya ada dua keramik lagi dari hampir 15 keramik yang harus disusun. Sari Out karna terkena lemparan bola.

Dan kali ini tak ada pilihan Lain. Salsha memilih bunuh diri dengan tetap tak menjauh. Dirinya abai dengan lemparan bola yang mendekat. Mungkin dia juga akan Segera Out tapi hanya dua keramik lagi dan mereka akan menang. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan dirinya segera menyusun tepat ketika keramik berhasil tersusun sempurna. Lemparan bola kasti mengenai punggungnya dengan keras. Tapi.. Tak seberapa karna tawa serta teriakan kemenangan menggema.

"Boy!" seru lantang seluruh teman setimnya bahkan yang sudah Out pun segera mendekat dan ikut berteriak.

Disusul umpatan kecil dari lawan mereka. Dan desisan lelah dari seluruh anggota.

Senyum manis sipemimpin Tim. Sukses membuat seluruh anggota Salsha menjadi lebih bersemangat.

Maka setelah itu mereka kembali sesi melepar bola kasti untuk menjatuhkan keramik yang tersusun rapi didepan sana yang mana tempat itu telah diawasi oleh salah satu tim lawan, karna jika mereka sukses menjatuhkan susu keramik maka tim disitulah saatnya tim lawan mulai mengincar mereka lagi.

Dan Boom!! Streacker andalah mereka Sari sukses menjatuhkan keramik itu lagi. Uwu benar benar sang andalah.

Lagi, mereka berlarian menghindari bola, namun belum ada beberapa menit Salsha menghindar, dia sudah lebih dahulu sukses dilempar oleh Fia ketika tak sengaja fokusnya lengah, mungkin efek badan yang terlalu lelah kebanyakan berlari dan keringat yang sudah membanjiri diseluruh tubuh. Salsha rasanya ingin tumbang. "Out!" Pekik piah ketika berhasil menumbangkan Salsha, mendesah pasrah Salsha lalu menyeret langkah memasuki kelas, niatnya untuk mengademkan suhu badan, setidaknya ingin berdiri sebentar didepan fasilitas terbaik kelasnya 'Kipas angin' sederhana sekali.

Tapi, lagi lagi disana, sudah ada sipenjaga utama seperti biasanya, yaitu; Aldy, dan tentu saja teman sejatinya kesukaan Salsha, Rafa. Seketika, Salsha menimang haruskan dia meminta dengan sopan untuk setidaknya diizinkan menggunakan kipas angin sebentar atau malah langsung mengambil alih tanpa permisi saja, seperti yang biasa teman perempuannya yang lain lakukan. Tapi, sebelum sempat memutuskan hasil pertimbangan Salsha sudah terlebih dahulu dikejutkan oleh Shafira yang menerobos masuk dengan lancang merebut kipas angin, sesaat Salsha bisa mendengar ada sedikit perdebatan lucu antara mereka, Salshapun melangkah mendekat, setelah ada Shafira, Salshapun memantapkan hati, ikut menikmati fasilitas dengan hasil bajakan kawannya. Licik. Karna jelas Salsha malas berpolitik pada kedua lelaki tersebut, satu karna dia merasa malas, satunya karna merasa terlaku tertarik.

"Fir, ikut ya, Aku juga kepanasan."ujar Salsha, menepuk halus punggung Shafira, dan ikut berdiri bersisian dengan sigadis. Ah, rasanya lega sekali, kilas angin sangat membantu melegakan gerahnya. Perlahan, Salsha memejamkan mata menikmati rasa, abai dulu lah dengan sekitar, fikirnya. Sampai suara salah satu dari kedua sahabat yang masih ada didepan mereka itu menarik atensi Salsha dalam menguping pembicaraan mereka, sebab kalau tak salah dengar Salsha merasa Aldy menunjuknya dengan kalimat; "Nah, gadis ini Raf, yang Orangtuanya kawinan, tanggaknya sama kayak ulang tahun gue."

Spontan, Salsha membuka mata, tak tahan untuk tak menimpali dengan berkata; "Lo lahir di tanggal 11 April 1999?" tanyanya, spontan.

"Bukan, gue lahir sabtunya." jawab Aldy. dengan kibasan tangan.

Salsha mengangguk, "Ah, jadi 10 April ya? Soalnya mama gue resepsinya 11 April 1999." tebaknya, tanpa melewatkan penjelasan.

Aldy tersenyum kemudian mengangguk, "Iya, gue lahir hari itu."

"Lo, tau dari mana tanggal lo lahir gak jauh beda sama Ultah perkawinan orang tua gue, Edan?" tanya Salsha, sembari menyelipkan nama panggilan ejekannya pada Aldy, yang spontan mengundang Rafa yang ada disampingnya tergelak.

"Cewek-cewek suka banget manggil lo, Edan? Bukan Komandan sih, Edan tapinya."kekehnya disusul dengan tepukan tak main-main dipunggung Aldy.

Aldy mendengus, wajahnya nampak kesal. "Gue dikasih tau mama gue," jawabnya ketus, lalu menunjuk Salsha, "lo jangan manggil gue gitu, sok akrab banget sih." disusul dengan Aldy yang melangkah pergi meninggalkan, Rafa yang masih tergelelak dan Salsha yang kembali dibuat bingung, Ah selalu seperti ini.




***






 

Badboy Alim; Sijenaka Pengacau Prinsip Where stories live. Discover now