26. - Surat Terakhir Ken

Mulai dari awal
                                    

"I love you too, Ar ..." lirih Maura seiring dengan pelukannya yang semakin erat memeluk boneka itu sampai suara Arkan kembali terdengar.

"Jangan nangis, kamu jelek kalo nangis"

Air mata Maura semakin deras mendengarnya.

"I miss you, Ar ..." lirih Maura. "Tapi aku gak bisa ketemu kamu, aku gak mau kamu kena sial lagi karena aku" lanjutnya. Gadis itu lalu terdiam sejenak, pandangannya berubah kosong.

"Kamu selalu kesakitan setiap ada di deket aku, tapi Arsha ... kalo kamu masih sayang sama dia ...."

"Aku ngelepas kamu, Ar" lanjutnya dengan air matanya yang terus menetes dengan bibir yang bergetar menahan isakan.

Maura memejamkan matanya seiring dengan air matanya yang semakin deras. Maura menarik napasnya dalam-dalan lalu menghembuskannya. Menahan rasa sakit di hatinya saat mengutarakan kalimat itu. sejujurnya maura tidak bisa melakukannya, Maura masih mencintai Arkan. Namun jika itu yang terbaik untuk Arkan dan jika itu membuat Arkan bahagia, Maura harus merelakannya.

Maura tidak ingin Arkan selalu mendapatkan masalah setiap cowok itu bersamanya. lagi pula, Maura pembawa sial dan Maura tidak ingin Arkan kembali mendapatkan kesialan itu darinya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu dari luar pun terdengar. Maura menoleh ke arah pintu seraya menegakkan badannya menatap was-was.

"Ra." Raut wajah Maura berubah saat suara Rafa terdengar.

"Ra, ini gue. Gue boleh masuk?" seru cowok itu lagi. Membuat maura tanpa sadar mencengkram lengan boneka kuat-kuat. Takut jika Rafa masuk dan berada di dekatnya, cowok itu akan kena sial.

"Gue masuk ya, Ra" katanya lagi. Pintu pun terbuka, Rafa melangkah masuk ke dalam kamar mendekati Maura yang duduk menatapnya dengan keadaan yang nampak kacau.

"Ra—"

"Stop di situ!" peringat Maura membuat Rafa pun seketika menghentikan langkahnya menatap Maura bingung.

"Kenapa?"

Maura menggeleng.

"J-jangan deket-deket, Raf, nanti lo kena sial"

Rafa terkekeh pelan, cowok itu melanjutkan langkahnya mendekati Maura. "Kena sial apa sih, Ra, ada-ada aja lo"

"L-lo bakal kena sial kalo lo deket-deket sama gue" ujar Maura pelan. Kepala gadis itu tertunduk dalam saat Rafa duduk di hadapannya.

"Ngaco lo, mana ada kayak gitu"

"Lo gak ngerti, Raf. Semua orang di sekitar gue kena sial karena gue, jadi please pergi dari sini"

Rafa menghela napasnya. "Jadi ini alasan kenapa lo ngurung diri selama ini?"

Maura tak menjawab.

Tangan kanan Rafa terjulur mengacak  puncak kepala Maura pelan. "Ra, gak ada yang kayak gitu di dunia ini. Sekalipun gue yang kena, itu pun bukan kesialan tetapi ujian yg Tuhan kasih ke gue, bukan karena deket lo gue kena sial" jelas Rafa.

"Tapi dia bener, Raf. Gue bawa kesialan buat orang-orang ..." lirih Maura.

"Siapa yang bilang kayak gitu ke elo?" tanya Rafa tak suka. Maura hanya menggeleng pelan tanpa berniat menjawabnya.

"Siapapun yang bilang kayak gitu ke elo, jangan percaya, Ra"

Maura menggeleng kuat. "Kalo gue bukan pembawa sial terus apa, Raf?! Orang-orang di sekitar gue selalu menderita karena gue! Bunda, Arkan, Ken, dan yang lainnya menderita karena gue, Raf! Terus apa kalo gue bukan pembawa sial? Pembunuh?! Iblis?!" teriaknya frustasi.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang