Bab 18: (Not) At the First Sight

5.8K 1.1K 231
                                    

"Cinta tidak selalu datang dalam sekali pandang.

Cinta butuh waktu untuk tumbuh, kadang."



"Laudy, gue tantang lo buat nyium gue."

Ketiga orang di depannya lantas mengerjap-ngerjap sementara Arsen meraih botol Sprite yang sudah diminum setengah dan menenggaknya pelan. Bocah kalau kecilnya diberi makan air tajin ditambah micin supaya sedap memang begini hasilnya, agak lambat dalam mencerna. Anak sultan seperti dirinya can't relate.

Lalu, perlahan, mata Kian membola setelah dia memahami apa yang Arsen minta. Rupanya, hal demikian juga berlaku bagi dua orang lainnya. Seketika, Kian mengunci tatapannya pada Laudy, menunggu reaksi gadis itu. Dia panik. Dia tidak tahu kenapa dirinya panik, tetapi dia panik. Benar-benar panik. Apa Laudy akan menurutinya? Mencium ... Arsen?

Kian nyaris melompat ketika akhirnya Laudy bergerak. Laudy meraih tangan Arsen dan dengan cepat mencium punggung tangan cowok itu seperti anak SD berpamitan ke sekolah.

"Udah."

"LO KIRA GUA BAPAK LO?!" Arsen mengomel sampai Sprite yang tadi dia minum muncrat-muncrat ke wajah Nando.

"Lah, terus?"

"Cium sini?" Arsen menunjuk pipinya.

"Ngapain?!"

"Oke, gue kasih pilihan, deh. Lo mau kecup basah gue," Arsen menekankan istilah kecup basah dengan bibirnya, memeragakannya seperti gadis-gadis dalam iklan lipstik super merah, "apa Nando?"

Laudy mengerutkan alis sesaat. Contoh manusia dumb dan dumber ya seperti mereka ini. Seperti Arsen, dan Nando yang ikut-ikutan memonyongkan bibir. Meski begitu, dia mengedikkan bahu dan mencondongkan tubuh mendekat kepada Arsen.

Sedikit lagi. Arsen menunggu. Namun, yang dia dapati kemudian malah telapak tangan berbau perpaduan sapi panggang dan garam rujak menutupi mulutnya, menghambat pernapasannya, membuatnya tersedak seketika.

Kian memasang wajah tidak berdosa sementara tangannya masih membekap mulut Arsen dan mendorongnya mundur.

"Cuih! Cuih!" Arsen meludah begitu berhasil melepaskan diri. "Apaan, nih?"

"Eh, lo lupa, ya Sen?!" ucap Kian tidak santai. "Nyokap lo kan minta tolong beliin gula. Pulang, gih!"

"Nyokap gue enggak ada di rumah. Lagi liburan ke Bali."

"Ada! Seminggu lalu dia nitip." Kian memaksa, mengabaikan cengiran yang tiba-tiba muncul di wajah Arsen. Dia membantu cowok itu bangkit lalu mendorong-dorong tubuhnya. "Udah sana! Balik."

Dengan cekatan, Kian mengemas jaket dan barang-barang Arsen yang tertinggal, lalu menggantungkannya di motor Nando.

"Buset. Niat banget ngusirnya," ujar Arsen santai.

"Iya, nih. Mendadak banget. Lagi asyik-asyik mager juga," sahut Nando, yang berusaha mengamankan penganan yang tersisa ke dalam sebuah kresek kecil. "Bentaran lagi napa?"

"Nggak boleh. Udah mau magrib. Ntar kalian diculik kolong wewe."

"Halah. Nando kalau ketemu kolong wewe juga digodain. Bapak kamu genderuwo, ya?"

"Kok tahu?" Nando otomatis menyahut.

"Sebab kau telah menghuahahakan hatiku."

Arsen dan Nando kemudian berbagi tos. Sementara Kian lebih memilih tos dengan muka kedua temannya itu.

"BERCANDAAN LO TUA, ANJIR!" Kian mengangkat sandal jepitnya tinggi-tinggi, siap memilih kepala mana yang ingin dia tumbangkan lebih dulu.

"Nan, maungnya dah keluar. Cabut sekarang, dah."

[CAMPUS COUPLE] Naya Hasan - Tiga MingguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang