EMPAT

103K 2.8K 27
                                    

~~

Devano akhirnya pergi setelah memastikan Olivia menutup rapat pintu rumahnya sementara perempuan itu diam sejenak di ruang tamu. Ia menatap mobil Devano yang melaju kencang dari balik tirai jendela rumahnya.


Olivia memang berasal dari keluarga yang sederhana. Ia pindah ke kota kembang karena ayahnya bekerja di salah satu wilayah konstruksi di kota kembang. Hanya sebagai pegawai kasar, tapi keluarga mereka selalu terasa hangat. Belakangan Olivia selalu bahagia sampai hari ini tiba. Kebahagiaannya direnggut begitu saja oleh seorang laki-laki hanya karena membuatnya kesal? Sial!

Bagaimana kalau ibu dan ayah tahu aku sudah tidak perawan?

Wanita itu ingin menangis menangis lagi, tapi ia menahan air mata sampai suaranya tercekat. Ia menahan diri untuk tidak bersuara karena takut mengganggu ibunya yang tengah bersenda-gurau dengan sang ayah di ruang tengah.

Olivia menyusut air matanya yang sudah terlanjur jatuh dan mencoba tetap tersenyum. Ia melangkah ke ruang keluarga sembari menahan perih di selangkangannya.

"Aku pulang.." Kata Olivia. Ia mencoba tetap riang memamerkan rona wajahnya yang kemerahan.

Ibu sedang memijat bahu ayah yang asyik menonton televisi. Mereka langsung menoleh ke arah Olivia dan tersenyum menyambut anak gadisnya. Oh ya, mungkin anaknya saja cukup karena Olivia bukan lagi gadis.

"Abis makan enak, nih," Goda ibu, "Teman baru?"

Olivia tersenyum lebar dan mengangguk. Padahal ia ingin sekali berhamburan ke arah ibu untuk menangis dan bilang kalau ia sudah tidak perawan lagi. Ia diperkosa oleh laki-laki yang bahkan baru ia kenal hari ini. Tunggu, jika memang diperkosa harusnya ada bekas kekerasan. Olivia bahkan tidak yakin ada luka lain selain vaginanya yang terasa sakit. Jelas, Devano melakukannya dengan lihai dan tanpa pemaksaan. Ia bahkan membuat Olivia mau diminta menciumnya lebih dulu. Cowok itu gila! Dia benar-benar jahat. Dan, menggoda.. aduh! Olive kamu mikir apa, sih?!

"Ibu, ayah. Aku mau ke kamar. Mau istirahat."

Ibu mengangguk. Tepat ketika Olivia hendak masuk ke kamarnya ayah bersuara. Menghentikan langkah Olivia sejenak, "Liv, kenalkan laki-laki itu pada ayah. Ayah perlu lihat wajahnya supaya ayah bisa mendatanginya suatu hari kalau dia menyakitimu."

"Kami hanya teman, ayah."

Ayah menggeleng tegas, "Biarkan ayah tahu siapa saja temanmu. Kamu satu-satunya anak perempuan ayah. Kalau sampai hatimu rusak, ayah yang sakit hati, sayang."

Olivia mengangguk saja. Ia langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dan membenamkan wajahnya di atas bantal. Ia menghunjam bantalnya dengan air mata. Olivia menangis tanpa suara dan merasakan dadanya yang terasa sesak setiap kali menghela nafas. Ia telah mengecewakan ayahnya. Jika hatinya yang rusak saja ayah sudah sangat bersedih, bagaimana jika ayah tahu kalau kesucian Olivia yang rusak?

Devano pasti sudah habis dipukuli atau jangan-jangan ayahnya yang kalah karena tenaga pria itu bahkan mampu mendobrak pintu dalam sekali hentakan, juga merobek bajunya dalam sekali tarikan. Ah iya, baju cheersku! Bagaimana ini?!

PARAPHILIA (SUDAH TERBIT ❤)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang