RAIN

41 7 2
                                    

"Tidak apa-apa dengan hujan Alenna. Kamu tak perlu menghindarinya. Cukup menikmatinya dan kamu akan baik-baik saja"

Chat
081234567xxx : P
Alenna mengernyitkan keningnya. Tak lama kemudian satu chat lagi masuk dari nomor tak dikenal itu.
081234567xxx : Nih gue. Gefril
Alenna tersenyum tipis. Tak ragu ia membalas chat Gefril sambil membaringkan tubuhnya ditempat tidur. Ia langsung menyimpan nomor Gefril dikontaknya.
Alenna : Iya
Gefril : Emm, disave ya nomor gue.
Alenna : Iya udah gue save.
"Kok jadi kaku gini ya", batin Gefril.
Gefril : Ya udah
Alenna : Iya
Gefril : Kok lo iya-iya mulu sih
Alenna : Ya emang iya kan.
Gefril : Gaje lo. Tidur sana gih. Udah jam segini juga.
Alenna : Apaan sih gak jelas banget. Kan lo yang chat duluan.
Gefril : Gue khilaf. Bye.
Alenna : Bangke .
Gefril hanya mengirim emot ngakak.
Alenna : Reseh banget sih. Nggak ada kerjaan yang berfaedah ya Mas?
"Anjirr, udah terkirim lagi. Kenapa mas sih Alenna", rutuk Alenna pada dirinya sendiri. Ketika sedang mengetik permintaan maaf juga penjelasan satu pesan dari Gefril masuk dinotifikasi. "Anjir..terlambat!!" Gefril terkejut ketika mendapat balasan dari Alenna. Ia hanya geleng-geleng kepala lalu tertawa. "Gak kreatif banget sih nih anak. Mas? Mas gue dipanggil mas sih?"
Gefril : Jangan gas dong! Santai aja...Baru chat aja lo udah manggil gue mas, gimana kalau udah ....
Alenna mengedikan bahunya ketika membaca pesan dari Gefril.
Alenna : udah apaan?
Gefril : Kepo lu
Alenna : Gaje. Jorok. Unfaedah ngobrol sama lo.
Gefril : bilang aja lo senengkan dichat cowok ganteng? Ngaku?
Alenna : Idihh
Gefril : Udah, nggak usah malu-malu gitu. Aku suka kok (hahahah)
Alenna : Jorok ihhh
Gefril tertawa. Rasanya menyenangkan dapat menganggu Alenna seperti ini. "Selamat malam Alenna", katanya sebelum memejamkan mata.
***
Alenna melangkahkan kaki menuju mobil yang terparkir didepan halaman rumahnya. Namun, sebuah motor merah diluar pagar lebih menarik perhatiannya.
"Kok lo disini? Tau darimana lo kalau gue udah dirumah nyokap?", tanyanya pada Gefril.
"Udah, nggak usah shock gitu. Emang salah ya kalau aku jemput kamu?", kata Gefril sambil menyerahkan helm pada Alenna. Alenna masih kebingungan namun tetap diterimanya helm itu.
"Aku kamu aku kamu...Lo kenapa sih? Makan apaan sih?"
"Udah..banyak banget sih nanyanya? Buruan naik. Telat nanti", perintah Gefril. Mau tak mau Alenna harus menurutinya. Ia harus membalas kebaikan Gefril padanya kemarin. Toh, tak ada salahnya berangkat kesekolah bersama. Inikan juga bukan pertama kalinya ia berangkat kesekolah bersama Gefril. "Tapi kok gue gugup gini ya?", batinnya.
"Nggak usah gugup gitu juga kale", kata Gefril seolah-olah ia mendengar suara hati Alenna.
"Apaan sih", jawab alenna sambil membuang muka. Motor itupun melaju membelah jalanan yang cukup lengang pagi itu.
"Btw, makasih ya buat kemarin", kata Alenna sambil melepas helmnya ketika mereka sudah tiba diparkiran sekolah.
"Santai aja kale asal... kamu temenan sama aku", kata Gefril sambil menyodorkan tangannya. Alenna tertawa lalu menjabat tangan Gefril.
"Teman"
"Hmm, bareng aku ya ke kelasnya?"
"Emm, iya", jawab Alenna kaku. Ia jadi tak enak hati jika harus menolak Gefril di situasi seperti ini.
"Oyah, lo kenapa akhir-akhir ini ngobrol sama gue pake aku kamu?", tanya Alenna hati-hati. Gefril menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Alenna. Ia tersenyum.
"Suka aja. Udah lama nggak ngomong aku kamu. Sekali-sekali reunian", jawabnya sambil menahan tawa. Ia melanjutkan langkahnya dan Alenna hanya dapat diam terpaku ditempatnya. Tak menyangka akan segaring ini ucapan Gefril. Ia mengejar Gefril lalu memukul punggungnya dari belakang. "Otak lo koslet", katanya tersenyum sambil berlari menghindari Gefril. Ia menjulurkan lidahnya lalu kembali berlari. Takut, jika Gefril mengejar dan membalas perbuatannya.
"Eh, Alenna!!! Tunggu!! Tanggung jawab nih, punggung gue sakit" Gefril tertawa sambil mengusap punggungnya lalu mengejar Alenna. Siswa-siswi yang melihat adegan tak biasa itupun dibuat takjub. Begitu juga Felixia dan Freynd yang juga berada disitu. "Mereka kenapa bisa deket gitu? ", batin Freynd.
***
Sejak hari itu Alenna dan Gefril lengket bak perangko. Mereka sering terlihat makan bersama dikantin saat jam istirahat. Bahkan Rachel kini dekat dengan Gefril. Most wantednya SMA Antariksa. Bisa dibilang, ini keajaiban dunia. Yang dulunya adalah musuh kini sudah jadi sahabat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Entah disekolah ataupun diluar. Gefril sering menjemput Alenna diakhir pekan juga menemani Alenna membeli novel terbaru ditoko buku. Sampai-sampai beredar rumor bahwa Alenna dan Gefril sudah resmi berpacaran.
"Al, kok lo jadi deket banget sama Gefril?", tanya Rachel ketika mereka sedang makan bakso dikantin milik Bu Tuti. Ia tak peduli dengan Gefril yang berada didepannya. Toh, mereka sudah jadi teman gara-gara Alenna. Rachel teringat sepotong kejadian ketika Alenna mengenalkannya pada Gefril.
"Karena lo udah jadi temen gue, Rachel juga temen lo. Temen lo temen gue. Temen gue temen lo. Gimana?"
"Oke", kata Gefril sambil mengedipkan matanya pada Rachel.
Rachel hanya tersenyum waktu itu namun sejujurnya, Rachel tak enak hati. Gefril seakan dipaksa untuk menjadi temannya. Namun, sudahlah. Toh, maksudnya Alenna baik. Biar Rachel nggak terlalu tertutup dan punya banyak teman. Rachel mengangkat muka lalu menunggu jawaban Alenna. Ia meletakan sendoknya dan berkata, "Yah gitu, gara-gara Ayah gue sama bokapnya Gefril temenan. Terus, nggak sengaja ketemu pas weekend. Dan dengan pedenya ayah percayain Gefril untuk ngejaga gue disekolah. Dan akhirnya gue terjebak dan terpaksa temenan sama Gefril", jelas Alenna sambil cengengesan.
Gefril yang sedang menyantap bakso kesukaannya langsung tersedak. Alenna dan Rachel sontak tertawa. Dengan sigap Alenna mengambil air dan menawarkannya pada Gefril. Gefril meminumnya sebentar lalu menoleh pada Alenna sinis. Namun, Alenna tak peduli akan hal itu. "Iya juga ya, gue juga nggak habis pikir bisa deket kayak gini sama lo" kini ia menoleh pada Gefril. "Takdir ini mah", kata Gefril asal. "Ye..sembarangan.",sahut Alenna. Mereka kemudian kembali menyantap bakso.
"Eh, itu tuh temen-temen lo Gef", kata Rachel sambil menunjuk Aldo, Rino, Rio, juga Fandy yang sedang berjalan menuju mereka. Bahkan semua mata tertuju pada mereka. Terlihat Fandy sedang membalas mereka dengan lambaian tangan yang ditanggap sinis oleh siswi-siswi disekitarnya. Sontak Alenna, Rachel dan Gefril tertawa.
"Masih sempet-sempetnya Fan lo tebar pesona?", kata Gefril. Kini, sahabat-sahabatnya itu sudah bergabung dan duduk bersama mereka.
"Itu mah bukan tebar pesona kali Gef", sanggah fandy. "Lah, terus apa dong? Tebar jala?",tanggap Rio. Semua tertawa meledak tak terkecuali Alenna dan Rachel. Semua mata tertuju pada mereka. Bahkan ada yang langsung berbisik-bisik. "Eh, Nggak tahu malu banget ya Alenna sama Rachel. Berani-beraninya mereka deket sama anggota most wantednya sekolah."
Mendengarnya Rachel langsung tertunduk. Gefril yang melihatnya langsung berdiri dan memukul meja keras. "Lo! Lo pikir lo siapa? Hah? Nggak malu ya gosipin nama orang?", marah Gefril sambil menatap siswi itu tajam. "Buat kalian semua, mulai saat ini Alenna sama Rachel temen gue. Dan nggak ada satu manusia yang berani gangguin mereka. DENGER NGGAK?,bentaknya lagi. Siswi itu tertunduk ketakutan. Suasana kantin berubah drastis. Semuanya hening tak sanggup membuka suara. Bahkan Fandy sedari tadi tak dapat menutup mulutnya. "Tutup mulut lo Fan. Lalat pada ngumpul tuh", canda Aldo. Sontak, semua menoleh dan tertawa. Dengan cepat Fandy mengusap wajahnya malu. "wow, gue gak nyangka lo bakal semarah ini Gef" kata Fandy sambil menepuk tangannya."Wow, daebakk", katanya lagi. Gefril tersenyum bangga sambil mengibaskan tanganya seolah tak butuh pujian. "Iya, makasih ya Gefril", sambung Rachel. "santai aja kale Ra. Kita kan temen. Sesama temen harus saling bantu kan?"jawab Gefril sok bijak.
"Idih, sejak kapan lo bijak kayak gini Gef?", kata Rio sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Muna lo!", sahut Aldo yang diiringi jitakan keras dikepalanya. "Aww, becanda gef", rintihnya. Mereka semua tertawa kembali.
"Kringg, kringg" Bel masuk berbunyi. Mereka segera berdiri dan kembali kekelas masing-masing. "Gue anter Alenna ke kelas dulu ya? Kalian duluan aja", kata Gefril pada teman-temannya. "Anter mulu perasaan. Kan ada si Rachel tuh.", kata Fandy sambil menunjuk Rachel."Iya, nggak apa-apa kok Gef. Lo sama temen-temen lo aja. Gue sama rachel", sambung Alenna. Gefril lalu mengangguk dan pergi bersama teman-temannya.
***
"Oke, sampai disini dulu ya pelajaran hari ini. Jangan lupa kerjakan tugas yang telah ibu berikan tadi. Selamat sore", Kata Bu Lusia, Guru Ekonomi lalu meninggalkan kelas. Sore itu hujan turun deras. Terlihat semua siswa-siswi masih nyaman dikoridor sekolah. Ada yang sedang berlari juga bercerita disepanjang koridor. Bahkan ada siswa yang sibuk berdoa agar hujan berbaik hati dan segera reda. Bagaimana mau dikabulkan jika yang disebelahnya sibuk mengutuk? Sungguh sia-sia.
"Sial, hujan Gef. Mana gue nggak bawa mobil lagi", rutuk Rino ketika sedang berdiri dilobi sekolah. Disana sudah ada Alenna dan Rachel. " Jadi cowok kok takut ama hujan sih No. Emang lo bakal jadi duyung ya? Cemen banget sih", kata Fandy. "Gue nggak takut sama hujan bego", balas Rino sambil menjitak kepala Fandy. "Terus kenapa muka lo kusut kayak gitu",tanya Fandy kembali. Rupanya itu tak membuatnya puas. "Ah, udah ah. Cape gue ngomong ama lo", timpal Rino frustasi. "Kayak gue dong No. Selalu siap disetiap keadaan. Sedia payung saat hujan", katanya sambil mengeluarkan payung biru dari dalam tasnya.
"Salah tuh Peribahasanya", protes Rino. "Sedia payung sebelum hujan", lanjut Rino.
"Suka-suka gue dong. Orang sekarang hujannya lagi turun kok", bela Fandy. "Pening gue ngomong sama lo. Siniin payungnya buat gue aja" kata Rino. Ia mendekati Fandy dan berusaha merebutnya. "Yee,sembarangan lu. Ini buat Rachel" Sontak, Rachel menoleh. "Gue? Kenapa Gue?"
"Dianya aja nggak mau. Udah, buat gue aja Fan" Rino masih membujuknya. Mereka bahkan menjadi tontonan siswa-siswi disekitar. Kini, payung itu bahkan sudah berpindah fungsi menjadi tali tambang. Mereka menarik payung itu kesana kemari. "Lepas No. Ini buat Rachel", kekeh Fandy mempertahankan payungnya. "Nggak bisa Fan, orang Rachelnya aja nggak mau. Udah lah buat gue aja", balas Rino masih enggan melepaskan payungnya. Dengan gesit, Gefril mengambil payung dari tangan Fandy dan Rino. "Udah. Gue punya solusi", kata Gefril dengan wajah sok cool. Ditariknya Alenna lalu mereka berlari dalam naungan hujan. "Gefril, payungnyakan milik si Fandy. Nanti dia make apaan", kata Alenna masih panik. Ia terus menoleh kebelakang memastikan. Dilihatnya Fandy sedang berteriak dan mengutuk Gefril. Sedang laki-laki disampingnya ini hanya tertawa dan tak peduli. "Udahlah Al. Kamu nggak usah peduliin dia. Dia juga nggak bakal nyimpen dendam kok. Santai aja lah", sambung Gefril sambil memeluk Alenna. "Lepasin Gefril. Banyak yang liat", kata Alenna sambil berusaha menyingkirkan tangan Gefril dari bahunya. "Ya udah, duluan ya" Gefril pergi begitu saja bersama payung biru dalam genggamannya. "Yahh Gefril!!! GERFIL", teriak Alenna sambil berusaha merebut payung dari tangan Gefril. Gefril mengangkatnya tinggi-tinggi sedang Alenna terus melompat berusaha mencapainya. "Buktiin kalau kamu tinggi Alenna", pancing Gefril. Sudah pasti, Alenna tidak akan mendapatkannya. Dengan tubuh mungil itu mustahil Alenna dapat merebut payung tersebut.
"GEFRILLL! Siniin payungnya", kata Alenna lagi. Ia terus melompat namun tak juga mencapainya. Gefril menahan wajah Alenna dengan tangannya. Rupanya telapak tanganya pas diwajah gadis itu. Alenna diam bahkan menurut. "Yah kalau gitu aku peluk dong, daripada basahkan?", katanya sambil memeluk Alenna. Siswi-siswi yang melihat kejadian itu langsung berteriak histeris. "Awww, so sweet banget sih"
"Gue juga pengen", tambah siswi disebelahnya. Alenna hanya dapat menyembunyikan blushing diwajahnya dengan membenamkan kepalanya didada bidang milik laki-laki itu. "Kamu kenapa Al?", tanya Gefril sedikit khawatir. "Cepet pergi dari sini bego. Gue malu"
Gefril hanya tertawa lalu membawa Alenna pergi dari sana. "Aduh gimana nih? Kita bakal kehujanan Gef. Apa kita tetep make payung aja ya dimotor? Atau gue manggil taksi aja kali Ya?", tanya Alenna terlihat gelisah ketika mereka tiba ditempat parkir. Ia masih terus merutuki dirinya yang tak sadar bahwa ujung-ujungnya mereka akan naik motor juga. "Repot banget sih. Naik!", perintah Gefril pada Alenna. "Bentar gue pasang helmnya dulu"
Akhirnya dibawah hujan mereka membelah jalanan sore itu. Alenna menyandarkan kepalanya pada punggung Gefril dan memeluknya. "Tidak apa-apa dengan hujan Alenna. Kamu tak perlu menghindarinya. Cukup menikmatinya dan kamu akan baik-baik saja" Alenna tersenyum dan mengeratkan pelukannya.
***


AKU KAMU DAN LUKAWhere stories live. Discover now