BAD MOOD

74 8 0
                                    

"Senakal-nakalnya cowok, gue gak pernah nemuin cowok seberengsek lo, yang gak tahu cara ngehargain perempuan"

"Kringgg...Kringg", sudah sejak tadi alarm motif Hello Kitty itu berdering, namun Alenna masih tak bergerak dari tempat tidurnya.

"Non...bangun non..", panggil Bi Ijah sambil mengoyang-goyangkan tubuh Alenna.

"Apa sih Bi"

"Ini udah mau jam 7 Non..bangun.."

"APAAA BIII..Udah jam 7. Minggir bi..minggir" Alenna bangun dengan tergesa-gesa. Dengan cepat Alenna berlari ke kamar mandi dan mendorong Bi Ijah hingga ia sedikit terdorong kebelakang. "Astafirullah Non.." Bi Ijah mengelus-elus dadanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tersenyum melihat ekspresi Alenna saat ini. Tak sadar sebulir air bening keluar dari matanya dengan segurat senyum bangga menghiasi wajah tuanya. Bi Ijah tak menyangka anak kecil yang dulu selalu dalam gendongannya kini sudah beranjak dewasa. Ia kini tumbuh menjadi gadis yang cantik seperti ibunya. Yaps...Bi Ijah sangat menyayangi Alenna seperti anaknya sendiri. Ia menjaga Alenna ketika sang Ibu sibuk dengan pekerjaannya. Tugasnya adalah memastikan Alenna tak kekurangan cinta juga perhatian.

Kini ia beranjak menuju kamar mandi. Tangan kanannya bergerak mengetuk pintu "Non...Bibi kebawah dulu ya, sarapannya udah bibi siapin" Tak ada jawaban yang terdengar. Hanya suara air yang mengalir. Bi Ijah hanya tersenyum lalu kembali ke dapur melanjutkan aktivitasnya.

***

"Ehhh...Tungguuuu..Tunggu pa", teriak Alenna dari kejauhan ketika melihat gerbang sekolahnya hendak ditutup. Ia cengar-cengir kepada pak satpam yang kini memasang wajah masam. Alenna baru saja menarik napas lega ketika berhasil melewati gerbang kiamat, suara seorang menghentikannya.

"Woy! Sini lo" tangannya menunjuk kearah Alenna. Alennna menoleh ke sumber suara. "Gue?", tanyanya menunjuk dirinya sendiri. "Iya..lo! sini lo" Alenna menghampiri laki-laki itu penuh tanda tanya. Yaps...siapa lagi kalau bukan Gefril Rikardo.

"Lo gue hukum lari keliling lapangan 10 x karena terlambat" wajah angkuhnya kini terpampang jelas. "HAH? Nggak salah lo? Gue Cuma terlamabat 5 menit" kata Alenna sambil melirik jam tangannya. Kini ia beralih menatap Gefril garang." Dan lo siapa punya hak ngehukum gue"

"Gue piket OSIS hari ini. Gue punya hak untuk ngehukum lo sesuai peraturan sekolah. Atau ...lo mau dihukum sama Pa Bruno", kata Gefril sambil tersenyum puas. Alenna menoleh dan mendapati Pa Bruno kini sedang menatapnya dengan tajam. Bulu kuduknya merinding. Ia tak mau jika harus berurusan dengan Pa Bruno yang seramnya minta ampun. Ditambah kumisnya yang tebal menambah kesan yang menakutkan.

"Nggak..nggak. lo aja", kata Alenna sambil menggelengkan kepalanya geli. Gefril yang melihat itu langsung tertawa puas berhasil menakutinya.

"Ya udah lari sana. Gue masuk dulu" Gefril melangkahkan kakinya santai. Tak peduli pada Alenna yang kini sedang naik darah.

Setelah 30 menit berlari, tenaga Alenna kini sudah habis. Kakinya lemas dan cape. Namun, ia tetap melangkahkan kaki menuju kelasnya. Mungkin, ia masih bisa mengikuti pelajaran Bu Trisna,guru seni budaya.

"Permisi Bu", katanya sambil mengetuk pintu lalu melangkahkan kaki dikelasnya, 12 MIPA 2. Belum juga dia bersuara, Bu Trisna sudah melontarkan pertanyaan bertubi-tubi. "Darimana aja kamu Alenna? Kamu tau nggak kalau ini jam pelajaran saya? Ini sudah 30 menit berlalu, dan saya tidak akan membuang waktu saya untuk menjelaskan kepada kamu kembali" Alenna tak sanggup lagi menatap wajah Bu Trisna. Ia hanya menunduk malu. "Maaf Bu..saya nggak akan ngulangin lagi" Alenna pasrah pada semua keputusan Bu Trisna. Terserah jika ia harus dihukum lagi kali ini.

"Ok Alenna. Saya terima permintaan maaf kamu. Tapi kamu harus tetap menerima hukuman atas perbuatanmu ini", katanya sambil memperbaiki letak kacamatanya yang sedikit turun. Alenna hanya mengangguk tanda mengiyakan. "Hari ini saat jam istirahat pertama kamu harus membersihkan Ruang Teater. Mengerti?"

"Mengerti Bu" Alenna lalu berbalik dan duduk dibangkunya. Sialll...

***

Bel istirahat pertama berbunyi sejak 5 menit yang lalu dan kini Alenna sudah berada di Ruang Teater. Menyaksikan pemandangan yang benar-benar tidak bisa dipercaya. Ini benar-benar seram. Perlengkapan teater yang kotor, sarang laba-laba disetiap sudut ruangan dan penerangan yang kurang, menambah kesan menakutkan. Ia masuk dengan perasaan was-was. Setelah melangkahkan kaki beberapa langkah, sebuah bayangan mencuri perhatiannya. Ketakutannya semakin bertambah. Ia bergegas mengambil sapu ijuk didekat pintu untuk berjaga-jaga. Dengan sigap tangannya memukul keras kepala pemilik bayangan itu. "AWWWW...SAKKITTTT WOYYY..", teriak si pemilik bayangan. Alenna terkejut hingga sapu ijuk itu terlepas dari genggamannya. "Maaf..maaf..gak sengaja" tangannya terkatup memohon. Rasa bersalah kini menguasainya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, pemilik bayangan itu adalah ketua OSIS sekaligus Most Wanted urutan kedua SMA Antariksa setelah Gefril Rikardo. Dia adalah Freynd Frederico. Alenna senang bukan kepalang. Ini seperti keajaiban dunia ke-8. Ia seakan diberi kesempatan mendekati salah satu malaikat bumi dengan suasana yang berbeda. "Aduhh...maaf ya. Gue gak sengaja. Gue pikir lo..ehmmm..",katanya sambil mengaruk-garukan kepalanya. Bingung mau mengatakan apa. Freynd hanya tersenyum sambil megusap-usap kepalanya. "Lo pikir gue siapa? Setan?" Dia memamerkan lesung pipitnya sambil mengeleng-gelengkan kepalanya tak mengerti dengan alasan tak logis yang diberikan Alenna.

"Kenalin nama gue Freynd Frederico. Panggil aja Freynd" ia menyodorkan tangan kanannya setelah beberapa kali mengusapnya dicelana. Katanya harus steril jabat tangan sama bidadari. Hehhehe

"Gue Alenna. Alenna Frederiksa" Alenna menjabat tangannya. Wajahnya memerah karena gombalan maut Freynd.

"Oyah...lo ngapain disini? Mau ikut ekskul teater atau? ", tanyanya memecah keheningan. "Gue dapet hukuman dari Bu Trisna karna terlambat masuk lesnya dia. Yahh..disuruh bersihin ruangan ini. Lo?"

"Ehmm..gue juga dapet hukuman sih. Tapi bukan bersihin ruangan. Gue disuruh bantuin Ekskul Teater untuk pentas nanti. Katanya kekurangan tokoh" Alenna tertawa. Satu kesimpulan yang Alenna petik. Freynd punya sisi humoris dan berbakat. Yang terpenting ialah Freynd 180 derajat berbeda dengan Gefril. "Kenapa tiba-tiba ngebayangin Gefril sih. Stop Alenna..stop", rutuk Alenna dalam hati. Dan hari itu menjadi sejarah. Freynd membantu Alenna membersihkan ruang teater.

***

Kini sudah jam istirahat kedua. Alenna benar-benar lelah. Bisa dibilang hari ini hari yang produktif namun menjengkelkan. Ia melakukan segalanya namun bukan karena keinginannya tapi karena Gefril, laki-laki tidak tahu malu itu. Dia biang kerok segala kesialan yang Alenna peroleh hari ini.

Ketika hendak menemui Rachel dikantin, Alenna mendapat telpon dari mamanya. Hatinya senang bukan main. Ia mengangkat telpon dengan penuh antusias. Namun yang didapatnya ialah kecewa.

"Mama udah bilang ya Al. kamu jangan bikin pak jaya pusing dong. Kerjaaan mama tuh banyak banget. Semuanya jadi berantakan gara-gara Pa Jaya harus ngurusin persoalan nggak jelas kamu itu. Kamu udah gede, jadi harus bisa nyelesaiin masalah kamu sendiri.Ngerti kamu?"  Alenna dibully Ma.....

Air mata Alenna jatuh. Hatinya sakit dan lukanya kian bertambah.

"BRUKKK", tubuh Alenna kini mendarat dilantai ketika seseorang menabraknya dari arah berlawanan. "Awww...", rintihnya berusaha untuk berdiri. Tiba-tiba sebuah tangan terulur untuk membantunya. Bukannya menerimanya, Alenna malah semakin naik pitam. Darahnya seakan mendidih ketika melihat Gefril dengan wajah tak bersalah tersenyum kepadanya. Sontak ia menepis tangan Gefril jengkel lalu berdiri.

"Puas lo nyakitin gue? Hah? Puas lo nghancurin hari gue? Denger ya Gef, Senakal-nakalnya cowok, gue gak pernah nemuin cowok seberengsek lo, yang gak tahu cara ngehargain perempuan", Alenna menangis. Tak tahan dengan segala masalah hari ini. Dan kini, Gefril menjadi puncak dari amarahnya. Gefril menjadi pelampiasan sempurna segala lukanya. Alenna pergi dari sana meninggalkan Gefril dengan rasa bersalah yang besar.

***

AKU KAMU DAN LUKAWhere stories live. Discover now