setelahnya

52 15 9
                                    

Hari ini aku turun dari motor papa, menggunakan sepatu hitam putih kesayanganku. Melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah, mungkin setelah ini semuanya akan berbeda dan lebih membosankan.

Tapi hidup itu memang harus berjalan!

Akhirnya aku kelas 12 juga hahaha, alhamdulillah. Bahkan mungkin ini perjalanan hidup yang paling aku sukai, aku sudah mengenakan hijab sekarang. Tulus kok dari hati, aku juga mau seperti kak Yumi dan teman-temanku yang lain.

Semoga aku bisa istiqomah, aamiin hehehe.

Aku mengulang kembali kejadian yang lalu, melewati koridor kelas 12 namun bedanya sekarang jadi kelasku. Bukan lokal kakak kelas lagi.

Seperti biasanya, aku akan selalu datang pukul 7 kurang. Aku mengambil duduk di bangku depan kelas, tempat dia dulu juga duduk di sini bermain yoyo hitamnya.

Huh, lagi-lagi rasa ke dia semakin dalam. Walaupun tak pernah melihat raganya lagi, hatiku masih saja tak mau beranjak hadeuh dasar aku.

"Woi, selamat pagi Anandara..." Dhalfi menyapaku.

"Waalaikumussalam." sindirku.

"Eh iya, elo si Dhalfi... Assalamualaikum ukhteaaaa!!" Ana duduk di sebelahku lalu tersenyum.

"Hahaha iya, waalaikumussalam. Gimana? Libur kemana?" tanyaku basa-basi lalu menatap labor TIK di depanku.

Iya labor yang waktu itu dia pake ujian, aku yang ujian di lokal kelas 12 jadinya. Masih inget kan?

Bang Fata yang pernah telat setengah jam datangnya dari jadwal, hadeuh salut ama senior satu ini!:)

"Nggak kemana-mana, kan dirumahaja." kata Dhalfi yang tak terdengar olehku.

"Heh! Move on nan, katanya janji mau perbaikin diri agar pantas buat jodohnya kelak. Gimana sih?" Ana berbisik padaku saat Dhalfi berdiri menghampiri Wilia.

Teman sehalu mereka tuh, cie! Sayangnya lagi mereka temanku:)

"Iya na, inget kok. Lo harus bantu gue juga!" kataku padanya sambil menaikkan sebelah alisku dan tersenyum.

"Ya pastilah, gue kan panutan masang pentul lo!" katanya sambil menepuk dadanya bangga, sombongs nih anak:'

"Eh iyalah, lo kan yang ajarin gue masang pentul pertama kali. Panutankuuhhh..."

"Herannya masa gue yang lupa? Sumpah gue nggak inget orang yang gue ajarin itu lo nan, haish..."

"Udahlah, yuk ke kelas?"

Setelahnya kami memasuki kelas bersama. Ini bagian bahagianya, aku mendapat lokal dia dulu. Setidaknya masih ada kenang-kenangannya di sini, huaahhhh kangen banget bisa kayak dulu lagi:'

Yang dulunya tiap hari bercanda dan kadang saling ganggu, sekarang malah sepi banget itu roomchat.

Yang dulu dimana saja bisa lihat raganya, sekarang yang tinggal hanya rekaman peristiwa yang terkadang keluar begitu saja untuk mengenang.

Yang dulu bisa mendengar suara dia saat tertawa, terbatuk saat sakit di tengah solat zuhur berjamaah, sekarang hanya rekaman lama yang tertinggal untuk bisa diputar lagi.

Haahhh, udahlah semuanya udah berlalu. Kita masih baik-baik saja. Meski rasa ini semakin dalam dan kamu tak peduli, inilah perjalanan hidup yang harus aku terima.

Aku memandang foto dia yang masih tertempel rapi di kelasnya ini. Hahaha, masih ada foto bang Fata yang rambutnya gondrong tau hehehe. Topinya yang miring. Akh, rindu banget bang:'

Mochi (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang