Maura terisak, gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat menahan suara tangisnya agar tidak terdengar sampai keluar.

"Bunda ..." lirih Maura, gadis itu merindukan Ivanka.

"Bunda ... hiks" lirih Maura lagi dengan bibir mungilnya yang bergetar menahan isakan. Tangannya mengepal hingga menimbulkan bercak kemerahan pada perban putih yang melilit telapak tangannya itu.

"Bunda, Tuhan marah banget ya sama Rara ... Dosa Rara terlalu banyak ya bun sampe Tuhan ngehukum Rara kayak gini" ucap Maura pelan, gadis itu tersenyum tipis.

"Maaf kalo selama ini Rara banyak ngeluh. Rara gak marah sama Tuhan, Rara tau ini semua salah Rara, Rara pernah nakal, Rara pernah ngelawan ayah Samuel, tante Jessica terus sempet benci ke Kinara yang udah sayang ke Rara. Rara juga udah bunuh orang dan ...." Maura menghentikan ucapannya karena merasa tak sanggup untuk melanjutkan perkataannya lagi. Air mata gadis itu mengalir deras, tangan kirinya mencengkram piyamanya saat di rasakan sesak dan nyeri di bagian dadanya.

"Maafin Rara kalo hidup Rara cuma bikin orang-orang di sekitar Rara sial ..."

"Hiks ... Rara minta maaf ..."

"Maafin Rara ..."

☃☃☃

Belva memasuki ruangan sembari membawa parcel buah untuk Arkan. Sebenarnya tidak ada yang menyuruhnya, tapi sebagai sahabat Maura, Belva juga ingin memberi semangat pada Arkan untuk sembuh.

Kaki jenjangnya melangkah pelan mendekati brangkar. Berusaha untuk tidak mengganggu Arkan yang masih tertidur lelap.

Dengan hati-hati gadis itu meletakkan parcel buah di atas meja samping brangkar agar tidak menimbulkan suara dan membuat cowok itu terbangun. Selesai, Belva berbalik hendak pergi, namun gadis itu mengurungkan niatnya dan membalikkan badannya ke arah brangkar. Memperhatikan wajah Arkan yang terpejam, seperti dejavu ketika ia melihat Arkan saat itu dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya. Namun kini hanya tersisa selang infus saja yang menancap di lengan kirinya.

Belva menatap wajah Arkan seksama. Arkan selalu terlihat tampan bagaimanapun keadaan cowok itu. Gadis itu masih sibuk menelisik wajah Arkan hingga tanpa sadar tangan kanannya terangkat menuju wajah gadis itu, hendak membelainya. Sampai Belva terlonjak kaget saat Arkan tiba-tiba membuka mata dan menahan tangannya.

"Who are you"ujar Arkan membuat Belva membeku di tempatnya saat mendengar suara berat itu.

Cklek!

Arkan dan Belva sontak menoleh ketika pintu ruangan terbuka. Reyhan masuk ke dalam ruangan bersama Calista lalu di susul Aretha, Fiona, Bayu, Evan, Valdo dan Kevin di belakangnya.

"Selamat pagi!" sapaValdo, Arkan membalas dengan dehaman. Sementara Bayu dan Evan langsung melengos ke arah sofa dan memilih sibuk sendiri. "Eh, ada Neng Belva"

"Hayoo, Bel rumah, ngapain lo di sini?" tanya Kevin dengan matanya yang menyipit menatap Belva curiga.

Belva memutar bola matanya malas. "Nama gue Belva, bukan bel rumah!"

"Sekarep lo deh, lo ngapain di sini?" tanya Kevin lagi.

"Gue cuma mau ngasih itu" Belva menunjuk parcel buahnya di atas meja samping berangkar. Kevin pun ber-oh ria, cowok itu lalu menoleh ke arah Arkan.

"Oh iya, Pak Bos sehat kan?" tanya Kevin.

"Hm"

Kevin meneliti Arkan kemudian menggeleng. "Nggak ah, belum sehat banget" ujarnya.

"Kenapa?" tanya Arkan to the point dengan raut datarnya.

"Pengin nonjok lo" jawab Kevin. Sementara Arkan hanya menatap cowok itu sembari menarik sebela alisnya ke atas.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now