Prolog

3K 140 5
                                    

Hai readers, ini cerita pertama aku di wattpad ya...
Dan ini murni hasil pemikiranku.
So, kalau bahasanya masih absurd tolong dimaklumi ya...
Jangang sukan untuk vote dan comment, oke.

And then...

Happy reading











Oee... Oee...

Terdengar tangis seorang bayi dari balik pintu ruang persalinan.

Akhirnya, penantian pria itu terbayar sudah. Dia sempat takut tadi, ketika bayi itu tak kunjung mengeluarkan tangisan. Hingga dia mulai bepikir, apakah dia tidak ditakdirkan memiliki keturunan? Namun ketakutan itu terpatahkan ketika tangisan nyaring bayi itu terdengar.

Dia sangat bahagia. Dia telah resmi menjadi seorang ayah setelah empat tahun menjalani pernikahan.

Empat tahun, dengan sabar dia menanti sang buah hati dari satu-satunya istri tercinta. Tidak pernah terlintas di benaknya untuk mencari istri baru demi mendapat seorang keturunan.

Sebaliknya, dia senantiasa menemani sang istri di masa-masa sulit. Entah itu momen dua kali keguguran, atau saat melahirkan bayi tak bernyawa setahun silam. Sungguh, dia pria yang tegar.

"Bapak Lukman, anda sudah boleh masuk." Panggil seorang bidan yang menangani istrinya.

Tanpa banyak kata, pria itu segera masuk dan melihat sang buah hati.

Air matanya menetes begitu saja. Sebutlah dia pria cengeng. Dia sungguh tak kuasa melihat pemandangan ini.

Di sana, diatas brankar ruang bersalin, terbaring istri cantiknya dengan senyuman semanis gula. Keringat membanjiri tubuhnya. Nafasnya tersengal-sengal, tidak teratur. Tampak sekali jika dia sangat kelelahan. Tapi dia masih memaksakan untuk tersenyum padanya.

Dia tersentuh.

Beralih pandangan, tatapannya terpaku pada sesosok bayi di boks bayi. Bayi yang masih berkulit kemerahan. Terlihat rentan dan rapuh.

Dia mendekati boks itu. Di sana, tertulis bahwa bayi itu berjenis kelamin laki-laki. Senyum cerah terlukis di wajahnya. Mengulurkan tangan, dengan hati-hati digendongnya bayi itu.

"Lihat, istriku! Putra kita sangat tampan." Pujinya, mendekati ranjang sang istri.

"Ya, dia sangat mirip denganmu."

"Tentu saja, aku ayahnya." Ucapnya dengan bangga, yang hanya ditanggapi senyuman oleh sang istri.

"Apakah kau sudah memikirkan nama yang tepat?"

"Nama?"

Astaga... Hampir saja dia melupakan hal penting seperti itu. Saking bahagianya, dia sampai lupa menyiapkan nama.

Dia mulai memikirkan nama yang tepat. Hingga pikirannya terpaku pada sebuah nama.

"Dia terlahir bagai cahaya dikelamnya hidup kita. Dia membawa kehangatan ditengah keluarga kita. Dan dia juga pelengkap keluarga kecil kita. Aku akan memberinya nama..." Pria itu menjeda ucapannya.

Dia memperhatikan raut penasaran sang istri. Tersenyum, dia berdiri. Mengangkat tinggi-tinggi putra kecilnya. Dan melanjutkan ucapannya.

"Surya. Surya Putra Kurana."





_________________________________________

Note :

Budayakan menikmati bacaan.
Jangan hanya karena part-part awal yang flat, membosankan.
Kalian menilai karya tidak menarik.
Dan melewatinya begitu saja.

Baca keseluruhan terlebih dahulu! Baru bisa mengapresiasi.
Ingat, jangan judge berdasarkan pandangan pertama jika belum memahami seluk beluk didalamnya.

Surya (TAMAT)Where stories live. Discover now