Bab 6 - Teka-teki Hati

288 21 0
                                    


Pagi yang indah di kelilingi semut sekitarku. Aku lupa membersihkan bekas makanan kemarin malam. Ardi dan aku ngobrol sampai larut dan membeli beberapa roti di pak No. Sebelum berangkat mandi, ku bereskan beberapa plastik dan botol bekas makanan.

Fikiranku pagi ini adalah ngobrol dengan Salma dan menjelaskan tentang kejadian ini. Aku tak mau ini terus berlanjut sedangkan Salma tak mengetahui fakta bahwa aku dan Sinta hanyalah kenalan SMP.

Setelah mandi dan siap-siap, tepat pukul 6 lewat

15 menit aku ke kampus. Karena ada jam pagi tentunya. Langkahku di penuhi dengan rasa dingin hawa pagi hari, namun hatiku panas untuk segera cepat bicara dengan Salma. Mungkin hatiku telah merindukan Salma. Jariku yang biasa menggenggam erat jemari Salma, minggu ini bahkan tak pernah bertemu. Hanya wajah murung dan ketidak tahuannya yang ku tahu.

***


Eh Ana ? lihat Salma gak, tanyaku ke teman Salma. Setelah muter sana sini aku tak menemukan batang hidung Salma. Biasanya di sini, di depan tulisan fakultas.

'Gak tuh Rif. Hari ini aku gak lihat Salma' kata Ana.

'Emm.. kira-kira kamu tahu gak dimana?'

'Gak tahu sih, coba kamu whatsapp aja.. kamu kan pacarya, gimana sih' kata Ana pergi meninggalkanku.

Saran yang cukup masuk akal dari Ana. Sejak kemarin memang aku tak memegang hp sama sekali, apa lagi whatsapp Salma.

'Sal dimana kamu?' tanyaku.

Tak ada balasan ataupun tanda pesanku masuk di ponselnya. Mungkin Salma lagi sibuk atau lagi ada masalah. Tapi yang ku tahu satu-satunya masalah Salma yang ku ketahui adalah dia marah denganku.

Karena kawatir, aku mencari Salma di kosannya.

Cukup dekat, hanya 10 menit dari gerbang kampus.

'Makasih ya An!' kataku ke Ana. Seolah aku hanya mengucapkan terimakasih ke pundak Ana yang sudah jalan agak jauh.

Sepuluh menit yang terasa begitu lama untuk ku jalani. Langkahku seperti di tarik tak pergi ke kosan Salma. Takut kena marah ibu kos.


***

'Asalamualaikum' ucapku sambil ketok pintu kamar kosan Salma.

'Asalamualaikum' kataku lagi.

Tak ada jawaban sama sekali yang ku dapatkan. Semoga ini tak ada kaitanya dengan konflik ini. Namun fikiranku tak bisa lagi berfikir positif. Aku takut Salma bunuh diri gara-gara aku, atau sedang mencari laki-laki lain penggantiku. Perasaanku terguncang saat ini. Aku tak cukup peka dengan perasaan wanita.

'Ngapain nak?' tanya seorang ibu berbadan agak gemuk.

'Em ini bu nyari Salma, kemana ya kok gak jawab salamku. Apa udah keluar?'

'Yang ibu tahu sih tadi pagi masih disini nak, tapi gak tahu juga sih. Subuh tadi terahir lihat'

'Kalau Salma balik minta tolong di samperin bu ya, makasih bu mau balik dulu' ucapku berjalan ke jalan mau balik ke kampus. Tapi, fikiranku lagi kacau. Sepertinya ke pak No adalah jalan satu- satunya sebelum aku gila karena ini.

***


Tertunduk lesu menghadap tanah sambil berharap ada uang jatuh. Perjalananku ku habiskan melihat bawah dan melamun keadaan Salma. Tak sangka sudah di depan toko pak no.

'Pak roti ya' kataku.

'Eh Arif, tadi Salma kesini.. pagi banget' kata pak No.

'Ngapain pak?'

'Beli rotilah, tadi tanya kamu juga' 'Tanya apa emang pak?'

'Em lupakan, tunggu ya' tutup pak No.

'Iya pak' ngapain Salma ke sini, fikirku. Takbiasanya juga dia kesini. Jangan-jangan ada yang aneh nih.

Novel SIP! Komedi RomantisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang