1️⃣1️⃣

6K 423 50
                                    

Sepulangnya dari kediaman Elora, Nezar kembali berkutat dengan buku dan laptopnya di kamar.
Sampai akhirnya sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya.

"Halo, Al?"

"Kamu kemana aja, kenapa tadi gak bales pesan aku dan kamu gak nolak panggilan aku? Nyebelin tau."

Nezar menutup laptop dan menyimpannya ke atas meja samping tempat tidur, juga buku-bukunya.

"Tadi aku lagi bareng El," ucap Nezar jujur.

"Sakit, Zar. Beneran deh, kayaknya aku gak bisa biarin kamu. Putusin El."

"Gak bisa gitu dong, El bisa mikir yang macem-macem. Dia bisa sakit hati--"

"Aku juga sakit, Zar."

Nezar terdiam.

"Video call, By."

Nezar mengalihkan panggilan suara tersebut dengan Video call.
Nezar terdiam melihat Alanna menatapnya dengan mata yang sudah berair.

"Jangan nangis, aku gak suka liat kamu nangis yaan--by..."

Alanna terlihat tersenyum hambar. "Makanya sini, temenin aku!"

"Gak ada libur panjang, by..."

"Dulu kamu suka izin dan nyusulin aku ke sini, kenapa sekarang gak izin aja."

"Ah aku tahu, Elora bisa nyariin kamu."

Nezar terdiam. Alanna selalu tepat untuk menebak.

"By, kamu warnain rambut?" Tanya Nezar mengalihkan topik.

"Iya, suka gak warnanya?"

"Suka. Apa pun yang kamu pilih, aku selalu suka."

"Masa? Terus kenapa saat aku minta kamu buat cari perempuan lain, kamu tetep mau Elora?"

Nezar mengusap wajahnya kasar. "Come on, by... Let's talk about us. Just forget her."

Alanna hanya bisa memutar bola mata sebal di seberang sana.

"Zar, kamu bilang kalau kamu minta El buat potong rambut kayak aku, terus gimana?"

"Dia gak mau. Dia mau panjangin rambutnya."

"Menurut kamu, aku sama El mirip bagian mana aja?"

"Gak tau, but i see you when i look at her."

Mendengar kalimat itu, Alanna tersenyum begitu saja. Setidaknya ia masih bisa percaya pada Nezar.

"Masa sih?"

"Iya, itu kenapa aku minta dia buat potong rambut saat kamu motong rambut kamu. Ya walaupun aku gak bisa maksa dia," ucap Nezar dan mereka terus berbincang bersama entah sampai pukul berapa.

***

Keesokan harinya, Elora masih tetap pergi sekolah dengan bantuan sebuah tongkat untuk berjalan. Pagi ini ia berangkat bersama Kakak keduanya, Nezar tahu akan hal itu.

Istirahat kali ini, Elora terlihat duduk berdua dengan Darren karena Linda tidak masuk karena ada kepentingan keluarga.

"Boleh gabung?" ucap Kevin.

Darren mempersilahkan Kevin untuk duduk dan bergabung bersama mereka berdua.

"Tumben ngantin," ucap Darren.

My Jealousy BoyfriendWhere stories live. Discover now