1️⃣ Nasi Padang dan Perasaan

21.5K 890 15
                                    

Dengan nafas yang terengah-engah dan tali sepatu yang terlepas, ia terus berusaha berlari dengan langkah yang lebar. Gadis itu terlihat ketakutan, langkahnya terhenti di sebuah jalanan yang gelap dan sepi. Tangannya mengepal kuat, matanya terpejam untuk sesaat dan kembali terbuka dengan hembusan nafas kasar.

"Ya tuhan ... Nyesel banget gak langsung pulang," gumamnya.

"Okay, jangan banyak bacot El! 1 ... 2 ... 3..." Dan ia pun berlari secepat mungkin untuk melewati sebuah gang yang sangat sepi.

"Huaaaaaah!" Ia mengeraskan suaranya untuk meminimalisir rasa takut dalam dirinya sendiri.

Sampai akhirnya ia sampai di tepi jalan raya. "Gila sih, gue gak nyangka punya temen kayak setan. Emang jalan pintas, tapi kenapa harus seseram tadi, ck. Untung aja gue mantan atlet lari marathon." Ucapnya dengan nafas yang masih terengah-engah karena berlari tadi.

"El!"

El, Elora Salim. Gadis manis itu adalah dia. Putri Bungsu dari tiga bersaudara dengan dua Kakak pria yang satu sudah menikah dan yang lainnya tengah menempuh pendidikan di luar kota.

Mendengar seseorang memanggil namanya, El pun menoleh ke arah belakangnya.

"Loh, kamu kok bisa ada di sini?" Tanya El tak percaya.

"Ini, minum."

El menerima botol air mineral tersebut dan menenggaknya hingga tersisa setengah.

"Jangan lari-larian kayak tadi," pria itu mengusap kepala El dengan lembut.

El mengangguk pelan. "Iya, udah ah awas tangannya!" Protes El dengan menjauhkan kepalanya.

"Kamu kok bisa tahu kalau aku ada di sini?"

"Abis dari rumah Beno, katanya dia nemu melodi yang enak." Jawab Nezar. Elora hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia tidak mengerti tentang hal itu. Yang ia tahu hanya, Nezar bisa main gitar, nyanyi dan sesekali buat lagu bareng teman-temannya. Hanya itu.

Tiba-tiba saja, pria itu menurunkan tubuhnya. Refleks, Elora bergerak mundur.

"Kamu mau ngapain sih?"

"Tali sepatu kamu lepas, sini biar aku benerin." Jawab pria manis tersebut. Dengan sedikit ragu, Elora memberikan kaki sebelah kanannya dan membiarkan pria itu mengikatkan tali sepatunya.

"Udah,"

"Makasih yah,"

Pria itu mengangguk sebagai jawaban. "Mobil aku di sana, ayo aku anterin pulang."

"Sini tasnya, biar aku yang bawa." Tanpa menunggu persetujuan, pria itu langsung mengambil alih tas punggung El.

"Ayo, jalan!" Ujar El yang kini berjalan terlebih dahulu.

Sedangkan pria itu, ia terlihat membuka tas milik El dan meraih sebuah map berwarna biru. Beberapa detik kemudian, ia mengangguk kecil.

"Nezaaar! Cepetan, ih! Aku laper mau makan ..." Kesal Elora yang entah sejak kapan sudah berada di dalam mobil.

Elora menutup kaca mobilnya kembali dan menunggu Nezar menyusulnya kemudian duduk dan menjalankan mobilnya.

Nezar pun mempercepat langkahnya.

Nezar Dawnson, umurnya satu tahun lebih tua dari Elora. Tahun ini adalah tahun terakhir ia berada di SMA dengan jurusan MIPA, sedangkan Elora, ia masih duduk di kelas 2 dengan jurusan IPS.

"Maaf, tadi aku ngecek tugas kamu dulu." Ucap Nezar yang kini sudah duduk di depan kemudi dan siap untuk melaju meninggalkan tempat itu.

Elora melirik Nezar sekilas. "Kenapa harus di cek? Kamu kira aku bohong. Kamu kira kerja kelompok itu cuma alesan aku doang, gitu?"

My Jealousy BoyfriendOù les histoires vivent. Découvrez maintenant