Tyar mengusap usap wajahnya dengan tissue seusai melakukan kegiatan mos yang begitu menjengkelkan, sekarang memperlihatkan wajahnya yang semula putih bersinar dari semula yang tertutup lumpur hitam kotor, untung saja tyar bukan gadis sejenis metta yang mengutamakan skincare mahal ketimbang hukuman karna tidak mau menuruti peraturan.
Kantin tampak semakin sesak, ketika semua orang dengan tidak sabarnya saling berdesak desakan untuk mendapatkan makanan, seperti tidak makan berbulan bulan saja.
Sebagian ada yang berbincang bincang dengan segerombolanya, ada yang melahap makanan sembari sesekali tertawa, keramaian ini membuat tyar sedikit lupa bahwa dirinya tetap saja kosong, sendiri, bahkan tanpa ia sadari semua orang sibuk dengan dunia mereka sendiri, tanganya mengambil sedotan untuk di mainkan, menghilangkan rasa bosan dan jenuhnya.
Tyar segera ingin bangkit dan pergi dari kantin yang sesak itu Setelah selesai menghabiskan semangkuk mie ayam pedas kesukaanya, namun puput terlalu lama menghabiskan bakso nya, tyar harus rela menunggu putri solo ini makan dengan lemah gemulai.
" Mendingan lo diem deh daripada keselek bakso" pedas tyar kembali mengingatkan ketika puput mulai mengomel tentang seniornya yang selalu ugal ugalan memberikan tugas kepada mereka, bahkan dengan mulut yang masih penuh dengan baksonya.
" Gue heran aja_" ucapanya terhenti ketika tyar meliriknya.
" Jangan mulai lagi deh put, kalo kakak kakak yang sok senior itu Denger lo lagi ngomongin dia, ditelen lo" tyar tertawa kecil ketika mengatakan hal itu, karna berhasil membuat puput berhenti mengunyah.
" Eh tapi tapi gue tadi lihat kak theo maco banget deh" puput tak henti memuja kakak kelas kesayangan nya yang sedari tadi membuat temanya itu tidak berhenti menatap setiap gerakan yang dilakukan oleh lelaki itu.
Lebay, karna menurut tyar theo biasa saja, tidak se agung yang puput katakan.
Ia lebih suka dengan sikap tenang seseorang, seorang lelaki yang tidak banyak bicara namun mampu memberikan arti di setiap kalimat yang mereka katakan, entahlah sejak dulu tyar memang senang dengan lelaki seperti itu.
" B aja" tyar memainkan ponsel tidak menggubris perkataan puput.
" B aja mata lo bulet, semua senior kita ganteng ganteng bat dah, sampe bingung bawa pulang yang mana"
" Idih, gausa berlebihan"
" Biarin wlee" puput menjulurkan lidahnya mengejek tyar, dan membuat gadis itu menautkan kedua alisnya.
" Gue tadi lihat kak azbi juga keren banget, kalo senyum bawaanya pengen nyiumm mulu" lagi lagi tyar menautkan kedua alisnya.
Dasar puput, baru dua hari dia mengenal gadis ini, tyar sudah bisa menebak bagaimana puput mengagumi sosok laki laki yang bahkan tidak ia kenali, mengagumi hanya beratas dasar wajah dan ketampanan yang dimiliki.
" Cium ketek gue mao?" Tyar mengangkat tangan tinggi tinggi, beberapa orang menatapnya dan sesekali tertawa. La masa bodo.
" Iihh jorok anjir"
" Hahahahah" tawa nya seketika pecah.
" Kak theo sama kak fedia cocok banget ya kalo jadi couple di kampus ini, yang satu cantik yang satu teges gitu"
" Asal nggak sama lo aja, jomplang kalo Kata nenek gue, hahaha"
" Ish jomplang paan sih"
" Gak seimbang, theo ganteng lo jelek" ejek tyar tak membuat puput patah semangat membicarakan kesempurnaan orang orang.
Setampan dan secantik apapun mereka, tidak akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku yang mereka miliki, jadi untuk apa kalau sempurna tapi etika nya kosong. Begitu bagi tyar.
YOU ARE READING
Bi & Ti
Teen FictionKebaikanmu yang membuatku merasa tidak sendiri, segala yang kamu lakukan untuku mampu mebuatku tak asing lagi di semesta, entah mengapa aku tidak bisa mencintai lelaki sebaik kamu, membuat ragaku jatuh pada pelukanmu, semampuku aku akan menjagamu se...
