23. - About Arkan & Ben || READ NOTE

Mulai dari awal
                                    

"Tunggu di sini"

Arkan menahan lengan Maura saat gadis itu akan berbalik keluar ruangan.

"Ke mana?"

"Aku mau minta P3K, tangan kamu berdarah." Maura melepas tangan Arkan lalu mengeluarkan sapu tangan birunya dan dan melilitkannya di telapak tangan Arkan untuk mencegah pendarahan.

"Tunggu di sini dan jangan turun dari brangkar" ucap Maura kemudian melangkah keluar ruangan.

Arkan mengembuskan napas panjangnya lalu menatap sapu tangan Maura lekat. Entah kenapa Arkan merasa aneh pada tubuhnya setiap kali ia melihat Maura.

Beberapa menit kemudian Maura kembali dengan mendorong kursi roda dan kotak P3K. Maura menghampiri Arkan lalu duduk di pinggirannya. Maura meraih tangan Arkan dan mulai mengobati lukanya.

Arkan memperhatikan Maura, lagi-lagi rasa aneh itu datang memenuhi dirinya. Rasanya ia ingin menangis namun Arkan tak paham alasannya, kenapa ia harus menangis saat melihat gadis itu.

Maura selesai mengobati Arkan, gadis itu lalu mendongak menatap Arkan yang juga tengah menatapnya.

"Kenapa?"

"Kenapa lo peduli sama gue?"

Maura tersenyum lembut. "Karena aku kenal kamu, Ar"

"Tapi gue gak!" balasnya ketus.

"Bukan gak kenal Ar, kamu cuma gak ingat" ujar Maura. "Suatu saat nanti kamu bakal ingat semua itu lagi" lanjutnya. Arkan hanya diam mencerna perkataan Maura.

"Oh iya, kamu tadi bilang kalo kamu bosen kan?" Arkan berdeham.

Maura tersenyum. "Mau jalan-jalan?"

-

Maura mendorong kursi roda Arkan menuju taman, di sepanjang koridor Arkan hanya mendengarkan Maura bercerita. Tentang bagaimana dingin dan menyebalkannya Arkan saat dulu, juga Arkan yang sering mentraktirnya makan. Maura menceritakannya apapun tentang dirinya dengan raut binar di wajahnya.

Mereka pun sampai di taman, Maura mendudukkan dirinya di ujung bangku taman yang bersebelahan dengan Arkan yang duduk di kursi roda.

"Untung cuacanya cerah" ujar Maura sembari menatap langit biru cerah, sepertinya langit mendukung penuh suasana hatinya saat ini. Di saat-saat seperti inilah yang Maura rindukan, duduk berdua dengan Arkan sembari membicarakan hal-hal yang lucu, seperti di mana dulu mereka sering bersenda gurau dan berbagi cerita satu sama lain.

Arkan menoleh sejenak menatap Maura lalu beralih memandang air mancur di depannya. Suasana ini serasa tak asing baginya namun Arkan sama sekali tak pernah melakukan hal ini pada siapapun kecuali,

Saat bersama Arsha.

"Arsha" ucap Arkan hingga membuat Maura menoleh ke arahnya. Senyumannya memudar saat Arkan menyebutkan nama Arsha, bukan dirinya.

Maura berusaha tersenyum meskipun hatinya terasa nyeri. Ingatan itu muncul saat dulu ia melihat Arkan tengah memeluk Arsha di taman ini ketika Maura memaksakan diri masuk ke dalam rumah sakit hanya untuk mencari keberadaan Arkan, lalu berakhir dengan kekecewaan.

Maura menarik napasnya dalam-dalam sebelum membuka suaranya. "Ar, kamu tau?"

Arkan menoleh, satu tangan Maura terangkat menyentuh bandul kalung pemberian Arkan yang sampai saat ini ia pakai. "Ini hadiah ulang tahun aku dari kamu dan kamu minta aku untuk gak ngilangin kalung ini apapun yang terjadi"

Arkan memperhatikan bandul kalung yang di pegang Maura. Dahinya mengkerut dalam mencoba mengingatnya, namun ia tak berhasil.

"Argh!"

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang