Bagian 02

127K 3K 100
                                    

“Andini, kenapa anak teladan dan berprestasi sepertimu bisa terlambat?” Bu Vani yang merupakan kesiswaan di sekolahnya merasa kaget melihat Andini terlambat, karena selama ini Andini terkenal teladan, berprestasi dan tidak pernah terlambat sekalipun.

“M-maaf Bu, saya kesiangan,” jawab Andini terbata.

Raut wajahnya begitu menyesal dan sedih karena harus terlambat dan artinya dia tidak bisa mengikuti pelajaran pertama, padahal jam pertama adalah fisika salah satu pelajaran yang dirinya rasa sulit. Dia takut akan ketinggalan pelajaran karena keterlambatannya ini.

“Ya, sudah, lain kali kamu tidak boleh terlambat lagi. Sekarang kamu ikut berdiri di sana bersama teman-temanmu.” Bu Vani memberikan hukuman untuk Andini.

Andini mengangguk lalu bergabung dengan teman-teman lainnya yang juga terlambat seperti dirinya. Mereka di hukum hormat menghadap tiang bendera, dalam hatinya mengutuk kakaknya yang membuat dirinya jadi seperti ini.

Akhirnya setelah berpanas-panasan selama dua jam, Andini bisa kembali ke kelasnya dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Teman-temannya kaget saat mengetahui Andini terlambat sekolah, karena Andini yang mereka tau adalah anak teladan yang rajin dan tidak pernah terlambat.

Kini akhirnya jam istirahat yang di nantikan oleh para murid pun tiba, mereka semua pergi ke kantin, sebagian ada yang membawa bekal dan akhirnya makan di kelas. Sementara Andini memilih makan di kantin bersama teman-temannya.

“Kamu kenapa bisa terlambat Andin?” tanya Ansel salah satu temannya yang terbilang cukup dekat dengannya.

“Kesiangan nih,” jawab Andini.

“Oh iya, aku pinjemin catatan fisikaku yah kan tadi kamu gak ikut pelajaran fisika.” Ansel dengan peka menawarkan buku catatannya untuk Andini, membuat gadis itu tersenyum senang.

“Makasih yah,” ujar Andini.

“Sama-sama.”

Sepulang sekolah Andini langsung mandi dan berganti pakaian, dia segera menyalin catatan fisika milik Ansel yang di pinjamkan kepadanya. Saat tengah sibuk menyalin catatan fisika tiba-tiba kakaknya menelpon, siapa lagi kalau bukan kakak keduanya yaitu Alex.

“Halo Kak, kenapa?”

“Kamu sudah pulang sekolah 'kan, cepat ke kantorku bersama pak Yanto.”

Dengan nada menyuruh dan seenaknya Alex meminta Andini untuk datang ke kantor kakaknya, padahal Andini belum sempat menyelesaikan menyalin dan mempelajari pelajaran yang menurutnya susah itu.

“Kak, maaf banget aku lagi sibuk soalnya banyak tugas, tadi pagi aku terlambat masuk sekolah akibat kesiangan dan kakak malah memaksaku membuatkan sarapan. Aku jadinya gak bisa ikut pelajaran fisika, dan sekarang aku lagi nyalin cacatan milik temanku sekaligus mempelajarinya. Kan kakak tau sendiri aku gak terlalu jago fisika.” Andin sengaja menyindir kakaknya soal keterlambatannya itu, karena dia masih sedikit kesal.

“Jadi kamu nyalahin aku, huh? Sudah cepat kesini dan bawa saja semua tugasmu, kerjakan saja di kantorku biar nanti aku ajari!” ketus Alex lalu dengan seenaknya saja langsung memutuskan panggilannya.

“Tapi Kak,”

Tut ... tut ...

“Ih, emang nih kak Alex ngeselin!” Gerutu Andini.

Akhirnya dengan terpaksa Andini mengemas buku-bukunya dan memasukannya ke dalam tas, lalu dia pergi keluar. Ternyata disana pak Yanto sudah menunggunya, pak Yanto membukakan pintu mobil bagian belakang untuk adik dari majikannya. Karena pak Yanto adalah supir pribadi Alex yang dia pekerjakan dan gaji sendiri, Andini pun memasuki mobil itu.

HADIAH TERINDAH ( END)Where stories live. Discover now