Bagian 03

117K 2.9K 38
                                    


Karena melihat Andini nampak ragu-ragu akhirnya Alex segera menarik tangannya hingga membuat Andini terjatuh dan duduk di pangkuannya, seketika Alex langsung melingkarkan tangannya dari belakang untuk memeluk Andini dari belakang. Membuat tubuh Andini seketika membeku karena kaget dengan apa yang kakaknya lakukan kepada dirinya.

Bukan hanya itu saja, tapi Alex mendekatkan tubuhnya ke tubuh Andini yang membelakanginya. Dia meletakan kepalanya di bahu dekat leher Andini sambil menghirup aroma tubuhnya membuat Andini meremang karena merasakan perasaan yang aneh dalam dirinya.

“K-kak,”

“Mana yang kamu tidak bisa?” tanya Alex tepat di belakang telinganya dengan nada lembut dan pelan tidak seperti biasanya.

“Uh, yang ini, Kak!” jawab Andini terbata, dirinya sulit berkonsenrasi dengan posisi seperti ini.

Belum lagi saat Alex menjelaskan terkadang kakaknya itu curi-curi cium bahu dan lehernya dari samping.

“Coba kamu kerjakan dengan rumus yang sudah ku ajarkan, aku ingin beristirahat sejenak.”

Andini pikir Alex akan melepaskannya, tetapi ternyata kakaknya itu malah memejamkan matanya sambil tetap memeluk Andini dan menenggelamkan kepalanya di leher adiknya itu. Napas pelan yang mengenai kulit Andini pun membuat dirinya sulit berkonsentrasi, apalagi kakaknya tetap memeluk perutnya dari belakang.

“Kak, lebih baik kakak berbaring dan tiduran di sofa saja,” pinta Andini.

“Ummm ...” bukannya menjawab Alex malah mengusrek-usrekan kepalanya ke ceruk leher Andini sebagai tanda penolakan membuat dirinya bertambah geli.

“Kak, gak enak kalau tiba-tiba ada karyawan kakak yang masuk dan melihat kita dengan posisi seperti ini. Takutnya malah nanti jadi salah paham.”

“Cerewet sekali, sudah, biarkan saja lah, apa peduliku!” kesal Alex.

Andini hanya bisa menghela nafasnya, kemudian dia kembali mengerjakan tugasnya, dia berusaha secepat mungkin untuk segera menyelesaikan semuanya agar dia bisa terlepas dari dekapan kakaknya.

Setelah lama berkutat dengan tugas sekolahnya akhirnya Andini berhasil menyelesaikan semuanya, dia lalu membangunkan kakaknya untuk memeriksa hasil kerja kerasnya. Namun ada beberapa yang salah dan akhirnya Alex membantu Andini memperbaikinya, kalau boleh jujur sebenarnya Andini terkesan dengan kakaknya. Alex menjelaskan segala sesuatunya dengan santai tapi sangat sederhana dan mudah di pahami, penjelasan dari Alex menurut Andini cepat dapat di serap otaknya di bandingkan saat guru yang menerangkannya.

“Akhirnya selesai juga, makasih, ya, Kak!” ujar Andini tulus.

Akhirnya Alex melepaskan dekapannya, dan Andini bisa berdiri dari pangkuan Alex. Andini kembali duduk di sofa yang berada di ruang kerja kakaknya itu dan membereskan buku-bukunya lalu memasukannya ke dalam tas sekolahnya.

Alex kembali berkutat dengan pekerjaannya yang sebentar lagi akan selesai, lagi pula jam sudah menunjukan jam setengah empat dan sebentar lagi waktu pulang kerja.

“Huh, akhirnya selesai juga, ayo pulang!” ajak Alex pada Andini.

Kruyuk ...

Terdengar bunyi perut Andini yang lapar karena belum makan setelah pulang dari sekolah, Alex menahan tawanya kala melihat ekspresi Andini yang melas sambil memegangi perutnya yang keroncongan.

“Kamu lapar?” Alex menanyakannya dengan tersenyum.

“Eh, iya, Kak,” jawab Andini malu.

“Ya, sudah, kita mampir makan di luar yah.” Seketika raut wajah Andini berubah sumringah saat mendengarnya.

“Serius Kak?” Tanya Andini antusias.

“Hmm iya, hari ini kamu gak usah masak kita beli aja,” ujar Alex membuat bibir Andini tersenyum lebar.

Akhirnya mereka pergi ke sebuah restoran di dekat kantor Alex, Andini memesan beberapa makanan karena lapar sekali. Biar pun menyebalkan tapi kalau soal jajan, uang saku, uang sekolah, baju dan belanjaan Alex tidak pernah pelit sedikit pun pada Andini. Bahkan semua kebutuhan Andini sejak Alex bekerja di tanggung olehnya, Alex pernah bilang pada Andini anggap saja Andini sedang bekerja pada Alex dan semua kebutuhannya akan di penuhi oleh kakaknya itu. Makanya selama ini Andini tidak bisa menolak keinginan kakaknya, selain dia memang menyayangi Alex karena Andini tau walau di balik tingkah menyebalkannya Alex adalah kakak yang baik dan masih tetap menyayangi dirinya.

***

Hari ini hari minggu pagi, namun rutinitas pagi hari Andini masih tetap sama seperti biasanya. Bangun pagi, menyiapkan sarapan untuk kakaknya, mengurus segala keperluan kakaknya termasuk mencuci baju dirinya dan Alex. Andini di usia mudanya sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga, itu semua berkat kakaknya yang selalu menyuruh-nyuruh dirinya.

Setelah selesai sarapan Alex mengajak Andini jogging di taman yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, awalnya Andini malas karena sehabis ini masih banyak pekerjaan rumah yang harus dia tangani.

Jika ada pertanyaan mengapa Andini harus mengerjakan pekerjaan rumah sementara di sana ada asisten rumah tangga? Jawabannya tentu saja karena kakaknya yang bernama Alex lah yang menginginkan semua hal tentang dirinya di urus dan di layani oleh adiknya, bukan oranglain apalagi asisten rumah tangga.

“Kak, berhenti dulu dong capek banget nih!” pinta Andini yang terbilang jarang sekali berolahraga makanya dia jadi lebih mudah lelah di bandingkan dengan Alex yang rutin pergi ke gym atau melakukan olahraga lainnya.

“Masa baru lari sebentar saja sudah mengeluh, sudah larimu lambat seperti siput sekarang mengeluh lelah!” cibir Alex membuat Andini hanya melirik kakaknya sebentar, padahal sejak awal dirinya sudah menolak ikut jogging tapi kakaknya itu memaksanya dan beginilah hasilnya.

“Kan aku udah bilang gak mau ikut, tapi kakak malah terus-terusan maksa!” keluhnya.

“Gak usah nyalahin orang, salah sendiri kamu jarang olahraga. Masih untuk aku mengajakmu olahraga, ini semua kan demi kesehatan!” ujar Alex yang tidak bisa di bantah lagi oleh Andini karena ucapan pria itu benar.

“Tapi aku beneran cape Kak, gak kuat lagi. Kalau kakak mau lanjut yaudah lah tinggalin aku disini aja.” Andini mengucapkan hal pasrah bergitu dengan tampang yang pasrah sehingga membuat Alex gemas.

“Huh, ya, sudah kita beristirahat sebentar.” Akhirnya mereka duduk di tepian jalan, saat itu ada banyak orang yang jogging pagi disana.

“Kak, katanya besok mom sama dad pulang yah?” tanya Andini antusias.

“Hmm.” Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut kakaknya, Alex duduk sambil meminum air putih yang Andini bawakan.

“Kak, kita jemput mereka di bandara yuk. Kayaknya aku udah pulang sekolah pada saat mereka mendarat,” ajak Andin berharap kakakny itu akan mengabulkan keinginannya.

“Hmm.” Lagi-lagi hanya itu jawaban dari Alex.

“Kak, kaya ya aku udah gak sanggup jogging deh. Kalau kakak mau lanjut sendiri aja yah aku mau pulang aja, kan habis ini pekerjaan rumah aku banyak,” pinta Andin.

“Makanya kamu itu harus rajin olahraga agar fisik kamu kuat, mulai besok kamu harus menemaniku olahraga setiap minggu pagi,” tegas Alex.

“Tapi Kak,”

“Gak ada tapi-tapian, ayo pulang!” Alex tanpa bisa dibantah.

“Kaki aku sakit Kak,” keluh Andini.

“Dasar nyusahin, sini naik.”

Alex akhirnya menggendong Andini pulang, semarah atau seburuk apapun sikap Alex padanya ternyata benar kalau kakaknya itu tetap menyayanginya walau secara tidak terlihat. Andini senang bisa di gendong oleh Alex karena terakhir dia di gendong oleh kakaknya ini saat hubungan mereka masih berjalan baik dan sifat Alex padanya belum berubah seperti sekarang ini.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentarnya 🥳 Terimakasih 💓

HADIAH TERINDAH (Repost)Where stories live. Discover now