"Nino." Sahut Nathan dingin sambil menatap Nino dengan tatapan ingin menusuk. Nino bergidik ngeri melihat nya, ia tahu jika Nathan sudah berkata dengan nada begitu ia harus diam.

Nathan beralih menatap Adrian. "Ada apa?" Tanya nya dingin.

"The Fheon's ngajak tawuran malam ini?" Jawab Adrian.

Nathan mengernyit bingung, "The fheon's?" Tanya nathan.

"Gangster baru, anggotanya kurang dari 150." Jawab adrian lagi.

Nathan tersenyum remeh. "Dimana?" Tanya nathan.

"Di jalan persimpangan komplek lo." Jawabnya lagi.

"Panggil anak anak yang lain. Kita buat strateginya."

****

Malam ini cuaca terasa sangat dingin. Seorang gadis cantik sedang berada di balkon kamar nya, membiarkan angin malam menerpa rambutnya hingga membuat rambutnya itu menutupi wajah cantiknya.

Ia tersenyum simpul, di lihatnya langit gelap dan bulan purnama yang indah di temani bintang bintang kecil di sekeliling nya.

"Sheren, tolong bantu mamah dong!" Teriak Vina dari arah dapur.

Sheren yang mendengar perintah mamahnya itu segera turun ke lantai satu menuju dapur. "Ada apa mah?"

"Tolong belikan tepung terigu sama margarin dong di indomaret." Tolong Vina.

"Emang kak Audrey kemana? Kan biasanya urusan belanja belanja kan dia"

"Dia masi ada acara di kampusnya, jadi pulangnya agak malam, terus kan kalau Elen dia kan masi kecil nanti kalau kenapa napa gimana lagi, udah malam ini." Cerocos Vina.

Sheren memutar bola matanya malas. "Ya udah, terus uang nya mana?"

"Ambil aja di kamar mamah" Jawab Vina yang di angguki oleh Sheren.

Indomaret kebetulan memang dekat dengan komplek nya itu, jadi ia memilih untuk berjalan kaki, lumayan sekalian olahraga malam, lagian juga hemat bensin.

Sheren melihat lihat kembali belanjaannya, takut jika ada yang kelupaan barang yang akan ia beli.

Barang yang ia ambil sudah komplit, dia juga membeli beberapa cemilan, karena cemilan nya sudah habis di makan oleh Nathan.

Ia segera membayar belanjaan nya itu. Saat ia mendorong pintu keluar indomaret, ia melihat Mayora di depan indomaret. Terlihat Mayora sedang mengambil ancang ancang untuk berantem.

Ia memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya lebih maju, ia mengedarkan pandangan nya. Ia melihat Nathan di barisan paling depan sedang mengobrol dengan seorang pria.

Ia yakin bahwa Mayora akan tawuran malam ini, terlihat dari cara bicara nathan yang terlihat emosi dan gerak gerik anggota mayora lainnya.

Anggota mayora memang banyak, kurang lebih 350 anggota. Hingga membuat jalan itu tertutup padat karena terhalangi.

Sheren di buat lemas ketika melihat Nathan menonjok pria yang tadi mengobrol dengan nya. Yang di ikuti anggota Mayora yang saling beradu jotos dengan lawan nya.

Ia pertama kali nya melihat langsung tawuran. Ia ketakutan. Namun, segera di tepisnya.

Ia berjalan cepat ke tengah tengah Nathan dan pria itu. "STOPPP!" Pekik nya lantang sambil merentangkan tangannya.

Semua anggota Mayora dan sekumpulan pria lainnya tiba tiba ikut berhenti, dan mengalihkan pandangan nya kepada sheren.

Nathan mengernyit bingung. "Sheren?" Tanya nya pada diri sendiri.

"Heh kalian tu ya, gak cape barentem mulu, tawuran mulu, dikit dikit tonjok, dikit dikit serang." Ucap Sheren tak habis fikir, dengan tangannya yang satu ia kepalkan dan menonjok nya pada tangannya yang satunya lagi.

"Coba kalau ada masalah selesaikan secara kekeluargaan, minta maaf, bicara dengan baik, bukannya gini ni." Lanjutnya lagi.

"Nah ini ni apaan coba bawa tongkat baseball segala, lo mau main baseball? Ini bukan tempatnya hey, nanti kalau bolanya kena kendaraan yang lewat gimana, atau kena kaca indomaret gimana, nanti nyokap gue gak bisa belanja lagi, hadooh" Sambil merebut tongkat baseball yang di bawa oleh salah satu sekumpulan yang ia tidak kenal, yang pasti dia bukan anggota mayora.

"Astaghfirullah, lo juga ngapain bawa pistol segala, ini tu bahaya tau ga, kalau ketembak kena orang lain, terus dia mati, lo mau ganti nyawanya?" Omel Sheren lagi, ia merebut pistol yang di bawa oleh salah satu sekumpulan pria yang ia kenal lagi.

"Udah udah, kalian mending balik ke rumah, kasian nyokap lo pada, pasti mereka lagi nunggu kalian semua untuk makan malam."

"Kalau udah sampe di rumah, langsung mandi soalnya kalian pada bau, terus sholat bagi yang beragama Islam, terus makan ya biar sehat, terus kalau ada PR kerjain, kalau gak ada ya bebas kalian si mau belajar atau enggak, terus tidur, inget besok masi sekolah." Kata Sheren menasihati lalu pergi meninggalkan para pria itu yang sedang melongo.

Nathan segera menahan pergelangan tangan Sheren yang otomatis Sheren ikut berhenti. "Lo pulang sama gue, ini udah malem gak baik cewe ke luar malam malam begini, sendiri lagi."

Sheren hanya bisa pasrah menuruti ucapan Nathan, lumayan gratis ini.

Raka yang melihat itu tersenyum miring dengan penuh arti. "Umpan yang bagus" Ucapnya pada diri sendiri, saat melihat Sheren yang begitu dekat dengan mayora, apalagi nathan.

****

Maksudnya umpan apa ya? Apa jangan jangan Sheren mau di jadiin umpan sama raka?

Maap ya part yang ini pendek:(
Typo bertebaran😗

Jangan lupa vote✊
Komen juga✊
Jangan lupa tinggalkan jejak😗
Onlnsta:@nskstnrh_

óleyst sagaWhere stories live. Discover now