10. Merasakan Sedikit Ketulusan

9.8K 459 18
                                    

Jangan lupa vote dan comment yaa.

"Ok, aku paham jadi dia teman istriku." Ucap Marvis menutup teleponnya setelah mendengar penjelasan dari Varen siapa itu Martin .

Marvis tidak menyadari jika istrinya sedang memperhatikannya dari ranjang mereka. Amala melihat punggung suaminya yang sedang berdiri di depan balkon kamar.

Pria itu membalikkan badannya dan berjalan kembali keranjang. "Oh iya. " ucap Marvis yang ternyata sudah ada di depan Amala. "Kamu udah puas menatap suamimu yang tampan ini."

Amala membuang muka. "Anda terlalu percaya diri sekali tuan Marvis." Amala beranjak untuk pergi, tapi Marvis menahannya. Sedikit menarik wanita itu hingga berbaring di bawahnya kungkungannya.

"Jangan bicara formal padaku." Ucap suaminya membelai anak rambut Amala .

Punggung wanita itu terasa sedikit sakit karena dorongan suaminya .

"Dan juga jangan terlalu dekat dengan pria yang bernama Martin."

"Menyingkir dariku." Amala lalu mendorong Marvis, menjauhkan pria itu dari atas tubuhnya. Dia duduk di pinggir ranjang dan mengikat rambutnya yang berantakan. "Apa hakmu melarangku bertemu dengan Martin." jawab wanita itu.

"Ingat kamu sekarang istriku, dan aku berhak melarangmu. Apa kata orang nanti jika seorang istri dari seorang Ceo Marvis Sean ternyata berselingkuh. Itu akan menimbulkan pengaruh yang buruk pada namaku."

Ternyata sejauh ini yang di pikirkan pria itu hanya citranya, bukan tentang perasaan. "Tenang saja, aku tidak akan berselingkuh tuan."

Wanita itu lalu pergi menutup pintu kamarnya dengan perasaan marah.

"Jelas-jelas dikontrak tidak ada larang untukku bertemu dengan pria lain." Gerutunya kesal. Wanita itu mengira Marvis cemburu dengannya ,ada perasaan senang jika itu terjadi. Tetapi kenyataannya Marvis hanya tidak ingin namanya tercemar. "Bodoh apa yang aku pikirkan."

*****

Sudah mendekati pukul satu malam dan Amala masih saja belum tertidur . Wanita itu membolak balik badannya mencari posisi nyaman supaya matanya bisa terpejam. Rasa penuh diperutnya masih mengganggu, setelah makan malam. Sesak didada dan juga dia mulai kesulitan bernafas.

Selepas pertengkaran kecilnya dengan Marvis , Amala turun keruang makan , memakan semua makanan yang ada di atas meja makan . Dia bahkan tidak peduli jika berat badannya akan naik .

Kemudian perutnya begejolak. Amala berlari menuju kamar mandi , memuntahkan semua makanan di dalam perutnya ke closet.

Marvis yang mendengar itu beranjak dari tempat tidurnya mengambil minyak kayu putih di kotak obat. Setelah mendapatkan apa yang Marvis cari ,pria itu mengetuk pintu kamar mandi Amala.

"Are you oke ?"

"Ya ." Sahutnya dari dalam .

"Ughh wuekkk . . ." Kembali wanita itu memuntahkan makanan dari dalam perutnya. Setelah merasa sedikit lega dia keluar dengan wajah pucat dan juga keringat yang bercucuran di dahinya.

Marvis dengan sigap menggendongnya dan membawa wanita itu naik ke kamar mereka.

"Berbaringlah." Lalu suaminya mengusap perutnya lembut dengan minyak kayu putih.

Membuat Amala terheran-heran, ternyata pria kasar dan dingin di depannya juga bisa bersikap lembut.

Marvis menatap istrinya yang mulai memejamkan mata, dia menggeleng sembari menatap wajah istrinya yang damai.

"Apa aku harus mengusapmu lembut baru kamu bisa tertidur." Bisiknya tepat ditelinga istri kecilnya.

Pria itu lalu mengambil posisi berbaring di sebelah istrinya. Tangannya masih mengusap-usap sampai akhirnya Marvis ikut tertidur memeluk Amala .

AMALA Istri Kontrak Sang CEOTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon