2. Terbakar Gairah

18.5K 579 7
                                    

Hai jangan lupa vote and comment

Jika ada kesalahan kata dan kalimat bahasa saat penulisan mohon maaf untuk yang sebesar besarnya .

FLASHBACK

Dengan tergesa-gesa sedikit berlari wanita itu menyebrangi jalan raya, namun sorot lampu mobil mengagetkannya dan hampir saja menabraknya.

Seorang pria mengenakan jas dan pakaian yang sangat rapi keluar dari mobil menghampiri dirinya.

"Apa kau tak memakai mata untuk menyebrang?".

wanita itu menganga karena pria yang berdiri didepannya sangat tampan, tinggi badan yang ideal serta garis wajah yang tegas membuat pikirannya berfantasi liar. Namun tatapan pria itu sangat angkuh, mungkin jika tidak dalam kondisi seperti ini dia akan memuja pria yang ada didepannya.

Amala mengambil tasnya yang terjatuh, dan kembali berjalan. Namun pria itu mengejarnya dan menarik pergelangan tangannya.

"Apa kamu tuli sehingga tidak menjawabnya pertanyaanku haa ?." Kembali pria itu bersuara .

"Lepaskan tanganku br*engsek !." Umpatnya pada pria itu. dia lalu menepis tangan pria itu dari tangannya. "Yang seharusnya marah itu aku, aku yang hampir ketabrak kenapa kamu yang marah. Aku masih berbaik hati karena tidak meminta pertanggung jawabanmu."

"Tanggung jawab!. You are stupid, yang harusnya tanggung jawab itu kamu. Lihat karena kamu mobil mahal ini bisa saja lecet." Ucap pria itu tak mau kalah.

"See, tidak lecet kan jadi bisakah aku pergi sekarang." Amala berlalu meninggalkan pria itu yang masih menyimpan gurat kemarahan pada dahinya.

"Shttt. ." Umpat pria itu. Pria itu kembali masuk kedalam mobilnya, dan melanjutkan perjalanannya. Mobil hitam Mercedes benz s-class itu melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota jakarta.

Marvis berjalan masuk kedalam rumahnya. Mansion megah bergaya Eropa klasik dengan enam pilar besar berada didepan rumah itu. Ibunya yang mendesign rumah itu. Pria itu masuk dengan dua pengawal yang berada dikanan dan kiri tubuhnya. Rasanya sudah lama dia tidak menginjakkan kaki dirumah ini.

Setelah ayahnya meninggal Marvis bertengkar dengan Janied kakak tirinya, lalu Marvis pergi meninggalkan rumah dan menetap di apartemen pribadinya.

"Nyonya ada dikamar utama tuan Marvis." Ucap pelayan sedikit membungkuk menyambut kedatangan Marvis di dekat tangga. Pria itu mengangkat satu tangannya keatas, memberikan intruksi untuk kedua pengawal nya untuk tidak mengikutinya lagi .

Marvis mendorong pintu besar itu dan melihat ibunya terbaring lemah diatas ranjang.

"Mah, apa yang terjadi dengan mamah?." dia duduk dipinggi tempat tidur ibunya dan memegang tangan wanita itu.

"Janied . . menyuruh orang untuk kemari. Orang itu berkata kita harus pergi dari rumah ini secepatnya Marvis. Karena Janied akan mengambil rumah ini. Mamah nggak mau, mamah juga nggak terima. Semua ini papahmu yang berikan pada mamah nak."

"Mah tenanglah, aku tak akan membiarkan semua itu terjadi. Didalam surat wasiat harta papa akan menjadi milikku jika aku sudah menikah."

"Untuk itu kamu cepatlah menikah Marvis, sebelum Janied pulang dari luar negeri." Sergah ibunda Marvis .

Itulah yang ada dipikiran Marvis sekarang hatinya masih terpaku dengan satu wanita , teman kecilnya yang bernama Violetta. Satu satunya wanita yang Marvis cintai dari kecil, namun Vio memilih untuk pergi melanjutkan sekolah desainernya diParis.

"Istirahatlah mah, aku akan mengurusnya." Pria itu membenarkan selimut ibunya.

Marvis akan melakukan apapun untuk ibunya, Marvis tau hal yang paling ditakuti ibunya adalah jatuh miskin. Untuk itu marvis akan merebut harta ayahnya walaupun harus mengorbankan kebahagiaannya .

AMALA Istri Kontrak Sang CEOTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon