BAB EMPAT BELAS

44 14 7
                                    

I'm not giving up because you're too perfect to be missed.

×××××

Sejak les itu, Alin semakin semangat dalam mengerjakan semua kegiatannya. Kelas modelling-nya berlalu dengan baik, begitu dengan pelajarannya. Berkat les pelajaran yang kurang dia kuasai, Alin bisa mengikuti dengan baik.

Sejauh ini selama sebulan berlalu, semuanya terasa baik-baik saja. "Lin, akhir-akhir ini kamu kelihatan semangat banget."

"Kelihatan banget, ya? hehe. Oh ya, nilai Matku 89, lho! Untuk pertama kalinya aku dapat nilai lebih dari 85," seru Alin. Airin ikut senang dengan itu dan memberikan dua jempolnya. 

Alin mencoba mencocokkan jawabannya yang salah dengan jawaban Airin yang berhasil mendapat 97. Tapi kegiatan itu terjeda karena Airin menanyakan hal yang belum dia ceritakan. "Kamu ngelanjutin kelas modelnya?"

"Eh, aku belum cerita, ya." Airin menggeleng.

"Aku lanjutin, kok. Cuma aja buat 3 bulan, habis gitu aku diikutin agensi modelnya Kak Mina." cerita Alin dengan singkat. "Kemungkinan kurang dari 3 bulan malah."

"Keren, dong." Mata Airin berbinar. Sepertinya sahabatnya ini akan mulai bisa mencari uang sendiri. Huft, kalau kayak gini, Airin mulai iri sendiri. "Kutebak kamu bakal cepet famous-nya. Sekarang aja butuh waktu sebulan kurang buat bener-bener jadi primadona sekolah."

Alin menghela nafas saat Airin menyebutkan kata 'primadona'. Ntahlah, dia kurang suka kalau jadi dikenal oleh siapa saja. Gara-gara itu, mulai banyak orang yang mendekatinya. Baik cewek atau cowok, seangkatan ataupun kakak kelas. Sekarang siapapun akan mengenalinya, apapun yang ia lakukan rasanya seperti diawasi.

Ya sudahlah, lagi-lagi Alin hanya bisa menerima keadaannya. Dia harus mencoba terbiasa dengan semuanya. Alin menarik lembar jawabannya dan kembali mencocokkan jawaban.

Tidak lama seorang anak basket memasuki kelasnya. Padahal Alin sedang sibuk konsentrasi penuh pada rumus matematika, tapi kenapa rasanya ada mata yang terus melihat dirinya. Saat Alin sedikit mencuri pandang, ternyata anak basket itu adalah kakak kelas yang baru-baru ini mencoba mengejarnya. Pantas saja tatapan matanya terus lurus kepada dirinya. 

Belum lagi Kevan yang tiba-tiba masuk dan mendatanginya lagi. "Ngapain, Lin?"

"Cocokin jawaban."

"Rajin bener."

Ah sudahlah, Alin menyerah untuk melanjutkan kegiatannya.

Ah sudahlah, Alin menyerah untuk melanjutkan kegiatannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Perfect Spotlight (✓)Where stories live. Discover now