15. Escape

837 100 22
                                    

Felix bingung.

Ia sendirian sekarang, di kamar dengan cahaya remang. Tembok sekelilingnya didominasi corak aneh berwarna merah gelap. Ia disuruh menunggu, entah menunggu siapa

Ini Jisung abis menang undian? Lotre? Elit banget ngajak ketemuan di tempat beginian.  batin Felix

Matanya sibuk menelusuri kesana kemari, mengamati setiap sudut kamar. Menelusur setiap sisi sekadar menjadi alih agar dirinya tak bosan

Dirasa tak akan ada yang datang, Felix beringsut membuka ponselnya untuk melihat pukul berapa sekarang

9:27 pm

Felix membuka roomchat-nya dengan Jisung, dan mengetik sesuatu disana

TupaiChu♥

Icuung~|
dimana?|
lama bgt|
yuhuu~|
eh ini tempatnya elit banget, kkkk|

Satu, dua, tiga menit berlalu tapi tak kunjung ada balasan. Felix kembali membuka roomchat-nya, dan kali ini pesan-pesannya sudah dibaca. Felix mencoba berpikir mungkin Jisung terjebak macet atau sedang buru-buru kemari makanya tidak membalas pesannya

Felix kembali memutar pandangan, dan terpaku pada ranjang di seberang sofa tempat ia duduk

Rebahan bentar gapapa kali ya, wkwkwk

"Empuk juga, ahh~" Felix menidurkan dirinya di atas ranjang bak tumpukan awan-awan ini. Terasa lembut dan sedikit hangat

Disaat yang sama ketika permukaan punggungnya menyapa halusnya sprei disitu, aroma vanilla menguar begitu saja. Aromanya kuat dan sedikit memabukkan

Felix hampir saja tertidur, matanya juga mendadak berat

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tapi tak membuahkan hasil. Matanya terasa seperti tengah menahan beban ratusan ton

Sangat berat, tapi Felix mempunyai firasat tak enak jika ia tertidur sekarang. Jemari mungilnya genggam erat ponselnya, alih-alih agar ia tetap terjaga. Beruntung data seluler masih menyala, sehingga permukaan ponselnya sedikit panas dan bisa Felix jadikan pengganjal mata beratnya ini. Dengan kesusahan Felix membawa ponselnya sejajar dada dan ia genggam erat sehingga ponsel berdiri.

Okay, visualisasikan Felix layaknya mayat yang tengah memegang bunga.

Tapi afek yang timbul dari aroma vanilla itu ternyata punya tahap lanjut. Ujung-ujung jari-nya mati rasa. Akhirnya Felix kalah dan terlelap sepenuhnya

Tapi beberapa saat sebelum terlelap, matanya menangkap sebuah infra merah yang dipancarkan dari gagang pintu bulat tempat ia masuk tadi. Dan setelahnya, hitam. Gelap.

~•°•°•~

Perlahan mata Felix terbuka, pandangannya masih sedikit kabur. Matanya berusaha menyesuaikan cahaya lampu yang sejak kapan menjadi terang. Kepalanya sedikit pening, bergerak sedikit ke samping sekadar mengecek dimana ia sekarang

Ah, ia masih di tempat yang sama sebelum terakhir kali iaㅡ sebentar

Tiba-tiba rasa sakit menjalar dari kedua tangannya, barulah ia sadar jika kedua tangannya tengah diikat di sudut-sudut ranjang

Huff n Puff • [ChangLix + Straykids]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu