14. The Red Room

924 98 18
                                    

Isak tangis terdengar di seluruh kamar. Kamar yang tidak terlalu besar, dengan dominan warna merah gelap. Cahaya yang remang sedikit menutupi kondisi lelaki manis yang tengah menangis sendu.

Kamar ini menjadi saksi bagaimana ia yang dilecehkan dengan tidak senonoh oleh tiga? Empat? Entah berapa orang. Namun fakta yang menyakitkan adalah salah satu dari mereke adalah kakak-nya sendiri. Kakak tiri-nya, yang justru adalah dalang dari semua ini. Kakak tirinya yang membawanya kemari, dengan ancaman akan menunjukkan rekaman dirinya tengah melakukan itu dengan kakak tirinya. Miris bukan?

Yang jauh lebih menyakitkan, adalah bahwa dirinya menyukai kakak tiri-nya itu. Ia tahu ia bodoh, sangat bodoh. Karena sampai kapanpun perasaannya tak mungkin terbalas, justru rasa sakit yang akan ia rasakan

Masih sambil memeluk kakinya, ia mencoba bergerak. Matanya merah, seiras dengan hidungnya. Rasa sakit di bagian bawah tubuhnya masih sangat terasa. Sampai-sampai ia ingin mati saja.

Ia butuh seseorang untuk menjadi sandarannya. Ia butuh seseorang untuk menjadi tempatnya mencurahkan isi hatinya

Dan nama yang muncul dipikirannya hanya satu

Felix

Ya, Felix. Hanya Felix satu-satunya teman yang ia punya. Teman? Entahlah, Jeongin berharap Felix adalah temannya

Setelah semua yang telah terjadi, masikah Felix menganggap Jeongin teman? Meski disini keduanya belum bertemu, ayolah ini dapat disimpulkan begitu mudah bukan? Masalah ponsel dengan case berwarna biru

Jeongin meraih tas-nya dan mencari keberadaan ponsel di dalam sana. Saat jemarinya mendapatkan apa yang dicari, segera ditarik keluar benda persegi berwarna hitam tersebut

Ia menekan tombol daya di sebelah kanan, dan layar ponsel pun menyala menampilkan sebuah selca Jisung dan Felix

Jisung dan Felix?

Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan sesosok yang sedari tadi menari-nari dalam pikirannya

"Hai adik manis.."

Jeonginㅡadik manis iniㅡberingsut memeluk kakinya lebih erat. Ponsel yang ia pegang jatuh begitu saja. Ia takut, sungguh, sangat takut. Bayang-bayang kejadian beberapa saat lalu masih sangat membekas di ingatannya

"Lo capek, hm?"

Jeongin tak menjawab, memilih diam dan menulikan pendengarannya

"Tenang aja, masih ada lagi kok. Dan kali ini, lo gak akan bosen" ujar Hyunjinㅡtak lain tak bukan yanh adalah kakak tiri Jeonginㅡsambil mengelus pucuk kepala Jeongin

Jeongin menggeleng kuat. Bayang-bayang tadi kembali terlintas dipikirannya. Ia takut. Ia ketakutan

"Oh jadi lo masih mau ngelawan hm?"

Hyunjin bergerak maju, bersamaan dengan Jeongin yang mendongakkan kepalanya. Ada sedikit rasa iba disana, melihat manik Jeongin yang berair, dan urat-urat merah disekitar kelereng hitam matanya

Namun indra penglihatannya dengan cepat menangkap sesuatu

"Hp? Darimana lo dapet hp? Hp siapa?"

Jeongin bergerak mengulurkan tangannya berniat mengambil ponsel tersebut dari tangan Hyunjin, namun kalah cepat dengan yang lebih tinggi

Huff n Puff • [ChangLix + Straykids]Where stories live. Discover now