Bagian 5

1.1K 48 2
                                    

Saat di perjalanann Tania tampak kelelahan memegang ambu bag atau alat pernafasan karena memang harus dikembang kempiskan terus-menerus secara teratur.

Suami pasien meminta Tania tetap menekan ambu bag walaupun itu melelahkan.

"Jangan berhenti ya dik… walau dokter sudah capek..", ucap suami pasien.

"Tentu pak..", ucap Tania.

"Dia masih hidup.. tangannya hangat dan jantungnya berdetak..dia orang baik dok..sangat baik malah…", ucap suami pasien.

Tania merasa jenuh dan bosan dengan ocehan suami pasien yang sangay tak mau berhenti berbicara tentang dirinya dan istrinya itu.

Di rumah sakit, dr. Manda bertanya lagi pada dr. Bara .

"Kamu sudah berbicara dengan ibu yang anak-anaknya sedanga koma?? Agarmau jadi pendonor??", Tanya dr. Manda.

"Belum Man…", ucap dr. Bara.

"Ayoo lah bicara Bar… atau perlu kamu gak usah rawat anak-anak itu . Agar jantungnya tidak stabil dan bisa jadi pendonor… aku juga janji kalau aku kenapa-kenapa.. aku juga akan jadi pendonor..", ucap dr. Manda.

dr. Bara yang melihat bahwa dr. Manda sedang emosi, berusaha menyuruhnya mengendalikan diri tapi dr. Manda malah makin menjadi-jadi.

"Tenang Man… kita bisa memberitahu ibu pasien bahwa ada pilihan untuk mendonorkan organ bukan memintanya untuk jadi pendonor. Selain itu golongan darah pasien adalah A .. sedangkan Radit B. ", Ucap dr. Bara.

Kembali ke cerita Tania yang berada di ambulans. Tania menanyakan keadaan suami pasien yang kelihatan tidak baik. Suami pasien malah cerita tentang dia dan istrinya.

Kemudian tiba-tiba dari arah berlawanan ada mobil yang berusaha mendahului truk dan hampir menabrak ambulans. Supir ambulans banting stir dan ambulans pun menabrak sisi jalan dan berhenti.

Semua penumpang pingsan. Tania yang pertama kali sadar dan kemuadian segera memasang kembali ambu bag pasien yang ternyata masih mampu bernafas.

Tania membangunkan supir kemudian supir keluar dari ambulans untuk meminta bantuan. Saat supir keluar, tiba-tiba ambulans bergerak miting ke belakang dan membuat semua kaget.

Mata supir pun langsung terbelalal ketika tahu bahwa ambulans ada di tepi jurang. Supir pun langsung meminta Tania jangan bergerak-gerak karena ambulans ada di tepi jurang dan kemudian supir pergi meminta bantuan.

Saat menunggu bantuan datang itu terasa sangat lama bahkan ambulans sempat sedikit bergeser dan membuat Tania panik. Suami pasien akhirnya menyuruh Tania keluar saja.

Suami pasien yang akan menggantikan Tania memegang ambu bag. Tapi ketika suami pasien mencoba maju, ambulans kembali bergeser dan kembali membuat panik.

Tania menyuruh suami pasien tetap di tempat saja dan tidak perlu menggantikannya memegang ambu bag.

"Dokk… keluar saja… tinggalkan ambu bag nya.. istriku sudah tidak ada harapan dok saya tahu akan hal itu.. kalau aku beruntung, ambulans akan tetap pada tempatnya ketika dokter keluar… tapi ketika aku tak beruntung.. maka aku akan dapat memenuhi janjiku kepada istriku untuk mati bersama...", ucap suami pasien.

Tania terkejut atas perkataan suami pasien. Dan terdiam memikirkan kata-kata suami pasien lalu perlahan melepaskan tangannya dari ambu bag.

Tania pelan-pelan bergerak menuju bagian depan ambulans tapi baru sedikit bergerak, ambulans lagi-lagi bergerak. Hal itu membuat ketegangan memuncak. Tania pun menangis tersedu-sedu memanggil-manggil ibunya.

Dokter Tania (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang