Extra Chapter II

2.2K 258 32
                                    

          Di tengah kesibukan Romeo, hal yang paling ia sukai adalah pergi berkencan dengan putri kecilnya. Meski pekerjaan dan jadwalnya sangat padat tetapi ia selalu menyempatkan waktu untuk menghabiskan waktu dengan Kaysca, Romeo tidak ingin menyesal ketika Kaysca beranjak dewasa dan putrinya mungkin tidak akan memiliki waktu lagi untuk menghabiskan waktu bersamanya.

Tingkah tak terduga putrinya selalu berhasil menghilangkan lelah Romeo akibat bekerja. Romeo sangat bersyukur memiliki Kaysca dalam hidupnya, perempuan itu anak alasan Romeo untuk selalu bertahan dan menjadi kuat. Ia mencintai Kaysca lebih dari apa pun, bahkan lebih dari dirinya sendiri.

"Are you happy, moya printsessa?" [1] my princess

"Yes, papa! You are my best papa!" Kaysca kecil berhambur memeluk leher Romeo yang tengah berjongkok di hadapannya. "But I miss mama."

"Bukankah Kaysca sudah bersama mama kemarin seharian? Kaysca masih merindukan mama?"

Kaysca mengangguk mantap. "I want my mama."

Romeo tau jika putrinya menjadi semakin ingin dekat dengan mantan istrinya setelah Edern lahir.

Tetapi beberapa hari ini, Kaysca menjadi lebih rewel dan tidak ingin meninggalkan ibunya. Seperti tadi pagi ketika Romeo datang menjemputnya, Kaysca bahkan menangis dan terus menempel kepada Sydney. Padahal biasanya Kaysca akan dengan antusias berhambur ke pelukkan Romeo.

Romeo tidak bisa mengerti dan tidak tau bagaimana harus bersikap. Di satu sisi, ia juga sangat merindukan putrinya.

"Setelah ini, papa akan mengantarkan Kaysca ke mama bagaimana?"

Kaysca kecil mengangguk membuat Romeo tersenyum kecil dan memeluk putrinya. Padahal ia sangat ingin menghabiskan waktu bersama putrinya malam ini.

"Kalau begitu, mari habiskan waktu bersama papa dulu hingga sore, Kaysca bersedia?"

Kali ini Kaysca menggandeng tangan Romeo dan menarik pria itu untuk pergi seakan mengiyakan ucapan ayahnya.

Romeo yang selalu dipenuhi ide kali ini membawa putrinya ke taman bermain dengan beberapa pengawal yang bersembunyi menjaga mereka. Romeo hanya ingin memberikan kehidupan normal kepada putrinya, namun ia juga mengerti status dan posisinya, Romeo tidak bisa egois dan tetap membawa pengawal ke mana pun putrinya berada.

"Grandy Egor terus mencari Kaysca, apa Kaysca tidak merindukan grandy?"

Romeo tau ini konyol, tetapi ayahnya sekarang sangat menyayangi Kaysca. Ia bahkan rela menyabotase Kaysca dari Romeo ketika Kaysca pulang ke istana.

"Kayca rindu grandy, tetapi Kaysca ingin bersama mama."

Lagi, dan lagi, jawaban putrinya selalu sama. Ia menginginkan ibunya, entah apa yang membuat Kaysca jadi begitu merindukan ibunya.

"I hate that sad face," gumam Romeo menatap putrinya yang memasang wajah sedih, hatinya ikut sakit setiap kali putrinya bersedih.

"Kaysca lihat papa," panggil Romeo agar Kaysca menatap ke arahnya, sontak tawa Kaysca pecah melihat Romeo memakai wig gondrong berwarna blonde.

"Sekarang warna rambut papa sama dengan Kaysca."

"Papa lucu!"

"Apa papa lucu? Kaysca suka rambut papa seperti ini?"

Kaysca mengangguk cepat kemudian menyuapi Romeo dengan es krim yang ada di tangannya.

"Papa hanya boleh cicip es krim sedikit, orang tua tidak boleh makan terlalu banyak manis."

"Dari mana Kaysca mempelajari itu?"

"Grandy bilang orangtua tidak boleh makan terlalu banyak manis, mereka akan sakit."

"Benarkah? Kaysca tidak mau papa sakit?"

"Tidak," Kaysca berhambur kembali memeluk Romeo, anak perempuan itu menangkup wajah Romeo dengan kedua tangan kecilnya, "Papa jangan sakit, nanti Kayca sedih."

"Kamu bahkan belum bisa mengeja namamu dengan benar tetapi sudah bisa mengkhawatirkan papa," menarik Kaysca ke atas pangkuannya, "Papa akan hidup untuk waktu yang lama demi Kaysca, papa akan selalu menjadi sehat agar bisa menjaga Kaysca, I love you printsessa." [2] princess

────── Dear, Luigene ──────

"Edern memang putramu, dia sangat mirip denganmu," gumam Sydney tengah menyusui putranya yang baru berusia tujuh bulan. "Maksudku cara dia menyusu, sama sepertimu," tegas Sydney menggoda Luigene.

"Astaga!" seru Luigene begitu mendengar ucapan istrinya, tak percaya wanita itu bisa membuat lelucon kotor.

"Kenapa wajahmu memerah seperti itu? Kau malu?" tanya Sydney lagi dengan wajah polosnya.

"Edern bisa mendengar ucapanmu, Sydney."

"Bayi berusia tujuh bulan tidak akan mengerti, Lui. Lagi pula kau tidak malu saat menyusu tetapi malu saat aku mengatakannya."

Mendengar itu Luigene benar-benar tidak bisa berkata lagi, wajahnya memerah padam akibat godaan istrinya membuat tawa Sydney pecah.

"Kau sengaja menggodaku?"

"Aku sengaja menggodamu karena aku merindukanmu, kau tidak merindukanku?"

"Sangat," satu kecupan singkat dilayangkan ke arah Sydney, "Besok lusa kita bisa menghabiskan waktu berdua saja, bersabarlah."

"Bagaimana jika aku tidak bisa bersabar?" menarik kera kemeja Luigene, Sydney sengaja menggoda pria itu.

Ketukan pintu kamar saat itu sukses menginterupsi keduanya, seorang pelayan memberitahu tentang kehadiran Romeo dan Kaysca yang tengah menunggu Sydney.

Dan di sinilah Sydney sekarang, berdiri di hadapan Romeo yang tengah menatapnya tak enak hati, baru saja mereka bertemu tadi pagi.

"Maaf karena harus menitipkan Kaysca lagi, dia sangat rewel dan ingin bersama ibunya."

"Romeo, kau tidak perlu meminta maaf, dia juga putriku, aku sangat senang jika dia di sini."

Sydney mengambil alih Kaysca dari gendongan Romeo, kini ia bisa menggendong putrinya mengingat ia sudah melahirkan.

"Aku berjanji besok akan menjemputnya."

"Tidak perlu terburu-buru, besok lusa aku dan Luigene akan pergi, jadi lebih baik menghabiskan waktu bersama Kaysca jika kau mengizinkan."

"Kalian akan pergi?"

"Ah, hanya short trip." Sydney memang belum memberitahu ini kepada Romeo. "Aku dan Luigene akan pergi berdua, mungkin bulan madu lagi?"

"Bagaimana dengan Edern, kau membutuhkan bantuan untuk merawatnya?"

"Ibuku yang akan menjaga Edern selama kami pergi, terima kasih untuk tawarannya, Romeo."

"Baiklah, aku akan menjemput Kaysca lagi besok lusa," ucap pria itu berpamitan.

"Romeo," panggil Sydney menahan kepergian mantan suaminya, "Maaf karena sudah mengambil waktumu bersama Khaby."

"Tidak perlu meminta maaf, kau ibunya."

Romeo kembali tersenyum, senyum yang begitu tulus menatap kedua orang yang ia sayangi.

Dear, Luigene: SECRET SENTINELWhere stories live. Discover now