Penggalan XV.

3.2K 297 4
                                    

          Guna menepati janjinya kepada Sydney, hari ini Luigene membawanya keluar. Menghabiskan waktu mereka yang terasa singkat dan menutupnya dengan bermain di bibir pantai. Dengan pancaran sinar matahari yang berada di garis cakrawala, Sydney berbaring di atas pangkuan pria yang ia cintai sembari berusaha mengatur nafasnya.

Deburan ombak yang menggulung mendekat namun tak berhasil menyentuhnya membuat atmosfernya semakin hangat. Dalam posisi seperti ini, ia bisa melihat wajah pria yang ia cintai, Luigene. Setiap leluk wajah pria itu berhasil membuat Sydney betah melihatnya, hatinya menghangat.

Oh betapa ia mendambakan pria itu.

Dirinya cemburu pada angin yang bisa menyentuh bebas wajah tampan Luigene. Pada angin yang bisa membelai bebas setiap helai rambut pria itu setiap waktu.

Sydney tidak ingat kapan terakhir kali ia begitu jatuh cinta kepada seorang pria, seperti sekarang. Perasaan hangat dan geli itu kembali ia rasakan.

Sydney tengah jatuh cinta, ia jatuh sedalam-dalamnya kepada pria itu, Luigene.

Dear, Luigene.

Setiap surat yang ia tulis, menggambarkan betapa besar rasa yang ia miliki untuk pria itu.

"Sydney."

Oh, betapa Sydney juga sangat menyukai suara pria itu ketika memanggilnya dengan begitu tenang.

"Jika aku memintamu untuk masuk ke tengah laut itu," tunjuk Luigene menantang pada gulungan ombak deras yang seakan berusaha menghampiri mereka, "Apa kau berani?"

Membalas pertanyaan konyol itu, Sydney menarik kedua sudut bibirnya. "Laut itu misterius, tidak ada yang benar-benar tau apa yang ada di dalamnya. Bisa saja hal yang menakutkan dan mengerikan."

"Menakutkan dan mengerikan? Kau bahkan belum pernah coba masuk ke dalamnya, bagaimana kau bisa tau?"

Mendengar itu Sydney bangkit dari tidurnya, meraih tengkuk pria itu. "Kalau begitu kau saja yang masuk untukku, kau bersedia?" tantangnya balik.

"Apa yang kau lakukan?" Seketika raut wajah Sydney berubah tatkala pria itu bangkit dan berusaha melepas kemejanya.

"Masuk ke dalam laut untuk memberitahumu bahwa laut tidak semenakutkan dan mengerikan itu."

"Jangan gila, kau bercanda bukan?"

"Apa aku terlihat bercanda?"

Tidak. Aneh, Luigene terlihat sangat serius. Ia rasa pria itu sudah membawa topik pembicaraan mereka terlalu jauh. Sydney tidak mengerti.

"Aku harap kau sedang bercanda." Menarik pria itu untuk kembali duduk. Membantunya memakai kemejanya yang telah ia lepas sebelumnya. "Tidak biasanya kau seserius ini." Mengusap lembut wajah Luigene.

Sejak pagi semua berjalan dengan sangat baik dan normal hingga akhirnya detik ini, Luigene menjadi sedikit aneh. Bukankah mereka hanya membahas tentang laut? Lalu mengapa pria itu membawanya terlalu jauh...

"Tidak ada yang tau apa isi laut, ketidakpastian itu membuat orang takut, dan kau pun sama, kau juga takut."

Dahi Sydney berkerut halus mewakili ketidaksetujuannya akan pernyataan Luigene. "Aku tidak takut pada laut, aku takut pada apa yang ada di dalamnya."

"Bagaimana jika aku tidak kembali setelah masuk ke dalamnya, dan masih banyak lagi. Itu yang ada dalam benakmu bukan?"

Ya. Sydney takut karena ia tidak mengetahui apa yang ada di dalam laut. Ia takut karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi.

"Kau takut pada ketidakpastian itu tapi kau tidak takut harus berada di sini bersamaku."

Kalimat itu, terdengar tidak masuk akal namun berhasil mencubit hati Sydney.

Dear, Luigene: SECRET SENTINELOnde histórias criam vida. Descubra agora