• phases 16 / ?

177 28 282
                                    

a/n : i know you guys don't need visuals, but i enjoy making them so here u go! <3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

a/n : i know you guys don't need visuals, but i enjoy making them so here u go! <3

    Jam menunjukkan waktu pukul 11 malam.

Padahal besok mesih sekolah, tapi bisa-bisanya dua remaja itu mendarat di Cafe Rumor. Semua orang tahu--kalau kamu ke Cafe tersebut saat hari sudah gelap, bisa-bisa kamu enggak pulang sampai subuh.

Cafe Rumor punya daya tarik tersendiri. Dengan tipikal pelanggannya yang semuanya laki-laki, atmosfir yang sangat membuat nyaman, serta desain gedung yang cenderung cozy, siapapun akan ketagihan berkunjung ke sini.

    Edwin baru saja memarkirkan motor beatnya di dekat pintu masuk. Ia lalu berlari kecil menemui Gibran yang telah menunggunya di anak tangga teratas.

"Eh tapi gue enggak bisa lama-lama, yak. Takut bangun kesiangan. Besok gue bikin sarapan buat Eli sama Ela," ujar Edwin sambil menaiki anak tangga. "Nggak apa-apa?"

"Sans." jawab Gibran singkat. Baru ia menyentuh gagang pintu, tiba-tiba telepon Edwin berbunyi. Gibran menghentikan langkahnya, menoleh ke Edwin dengan tampang penasaran.

Dengan cepat Edwin menempelkan ponselnya ke telinga. "Halo Mbak? Ke--ELIAN JATOH DARI KULKAS?! HAH, KEPALANYA NYANGKUT DI FREEZER?!"

Gibran sendiri syok mendengarnya, mulutnya menganga menyaksikan Edwin menepuk-nepuk jidatnya sendiri. 

"Mas langsung pulang! Iya Ela, Mas pulang nih, pulang! Assalamualaikum!" dengan satu tarikan napas Edwin mengantongi ponselnya. Ia menatap Gibran bersalah. "Maaf banget bro--"

"Gua ngerti kok. Nitip salam ke Ela sama Eli."

"Sip. Gue nitip salam ke Michael sama Jordan juga."

"Oke."

Setelah Edwin berlari kecil menuruni anak tangga, Gibranpun juga masuk ke dalam gedung.

Setibanya di dalam sana, Gibran disapa dengan temperatur cafe yang hangat namun nyaman, suara kelompok-kelompok remaja laki-laki yang tengah berbincang, dan lagu Secukupnya dari Hindia mengalun.

Tak butuh waktu lama untuk Gibran menemukan meja Michael dan Jordan. Mereka milih meja panjang yang berhadapan sama pilar--letaknya persis di tengah cafe.

Tipikal posisi biasa mereka. Nantinya Gibran akan duduk di depan Michael, menyeruput secangkir espresso. Lalu Michael akan memesan chocolate frappe dengan extra whipped cream, dan Jordan sibuk mengunyah kentang goreng.

Kalau jaman mereka bertiga mesih di dalam geng Axel, Axel bakalan duduk di sebelah Gibran. Nantinya Leo bakalan narik kursi dan duduk diantara Michael dan dirinya.

Ah, kenangan teman lama.

"Woi! Vokalis kangen band!" sorak Michael dengan senyuman lebar, memastikan pandangan Gibran tertuju padanya. Cowok yang berdarah 1/4 filipina itu sampai bangkit dari kursi.

FASE - prettymuch (DISCONTINUED)Where stories live. Discover now