• Phases 9/?

216 51 299
                                    

Pukul setengah sebelas malam Zion baru balik ke kemarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pukul setengah sebelas malam Zion baru balik ke kemarnya. Ia menghembuskan napas lega, usahanya berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan Mandy atau Kekeli berhasil.

Cowok itu melepas kupluknya, melemparnya entah kemana, lalu menghempaskan punggung di atas ranjang. Ia menatap langit-langit kamar, mengingat kembali scenario beberapa menit yang lalu.

Zion kira detik dimana Aubrey menyentuh pagar rumah, detik itulah mereka langsung berpisah. Namun tidak.

Setelah ia menaruh skuter ke tempat semula di halaman belakang dan kembali ke teras rumah untuk membuka pintu, Zion mendapati Aubrey berdiri di depan pagar, seperti menunggunya.

Cowok itu tentu bingung. Ia mengangkat alis, "Apa?"

"Its--i don't want to sound weird, but, surat gue.."

"Apa?"

Jari-jari tangan Aubrey mengait, bibirnya mengatup. Ia memberanikan diri untuk berbicara.

"Please take care of yourself. Surat gue nyuruh gue ng-ngomong itu ke lo."

Zion tersenyum tipis. Bayangan Aubrey kecil saat melepasnya di bandara kembali ke pikirannya. "Okay."

"Dan kalo lo butuh temen bicara, gue selalu ada di sini. Hehe."

"I will."

Bohong.

Bri, gue enggak bakal ngebiarin satu manusia lagi nanggung beban gue.

Kini Zion sudah mengganti jeansnya dengan celana pendek, badannya ia biarkan shirtless. Di kala ia sudah siap-siap tidur begini, wajah Aubrey tadi mesih terngiang-ngiang di pikirannya.

Wajah Aubrey berbinar, tidak tahu dirinya berbohong. Zion merasa tidak enak hati.

"Wow, i'm the worst." Zion berbicara pada dirinya sendiri.

Cowok beralis tebal itu menghembuskan napas untuk kesekian kalinya, pergelangan tangan ia taruh di atas kelopak matanya yang terpejam.

Dih, mana pernah ia tidur jam segini? Sok-sokan merem! Zion bangkit dari kasur, memutuskan untuk dusuk bersila di lantai, persis di sebelah jendela.

Pemandangannya adalah jendela kamar Aubrey yang sepenuhnya tertutupi gorden marun. Pemandangan biasa Zion sehari-hari. Kalo gabut, Zion emang suka planga-plongo ngeliatin gorden sahabat kecilnya itu. Mau gelap kek, terang kek, tetep aja Zion liatin.

Ada banyak alasan Zion tidak suka tidur secara teratur. Malam adalah waktu dimana ia merasa paling damai, salah satunya.

Kedua, teman-temannya di Amerika akan menghubunginya malam-malam begini.

Jam Jakarta 11 jam lebih depan dari waktu di New Jersey di Amerika. Sekarang jam setengah sebelas malam, Di sana jam setengah dua belas. Waktu jam makan siang Nick di sekolah.

FASE - prettymuch (DISCONTINUED)Where stories live. Discover now