"Ah gitu Aca mah, Gue belum adaaaa. Ya ater yaaa."

Aca menghela nafas kemudian meganggukan kepalanya, karena sekalipun Aca menolak Billa pasti akan terus merengek dan menerornya. Lagi pula, sepertinya selepas pulang sekolah nanti ia tak akan pergi ke mana-mana.

"Bawa mobil gak?" tanya Billa dan Aca menggelengkan kepalanya.

"Terus gimana?"

"Sama gue aja."

Aca dan Billa menengok kearah pintu kelas dimana kini Bagus tengah berjalan kearah mereka. Billa melirik Aca yang kini tengah menaikan sebelah alisnya.

"Gue juga ikut ya Bill, soalnya gue belum dapet."

Oke, tiba-tiba suasana diantara mereka menjadi terasa sangat 'menyeramkan'. Billa bingung harus bereaksi seperti apa.

"Kita bisa sama Bima, lo sama Silfi aja." Ucap Aca sambil menunjuk Silfi yang kini berdiri di belakang Bagus dengan dagunya.

"Tapi-"

"Kantin yuk Bill, haus." Dan Billa memilih mengikuti Aca .

Aca memang terlihat biasa saja, tak ada emosi atau ekspresi tak berarti lainnya. Tapi semua orang yang melihatnya pun tahu jika Aca itu enggan, enggan berada di dekat Bagus maupun enggan melihat Silfi. Karena memang dari awal permasalahan mereka Aca seperti membentangan jarak yang amat sangat jauh antara dirinya dan Silfi. Meski Billa sesekali terlihat bersama Silfi tapi tidak dengan Aca, karena Aca benar-benar memutuskan apapun yang berkaitan dengan Silfi.

"Gus."

Dan Bagus malah pergi meninggalkan Silfi yang masih terdiam di tempatnya, dan yah Silfi tak akan menyrah untuk saat ini. Dia akan terus mengejar Bagus dan membawanya kembali ke pelukannya.

Sedang Billa kini tengah mengejar Aca yang berjalan amat cepat meninggalkannya, membuat Billa berjalan terseok-seok sambil meneriaki gadis itu.

"Aca!"

"Aca buset, tungguin kenapa!" teriak Billa yang kemudian Aca menghentingkan langkahnnya.

"Hah.. kenapa lo ninggalin gue sih?"

Aca berdecak, "Lo tau gue Bill."

Dan Billa amat sangat paham, terlebih akhir-akhir ini Bagus gencar mencoba mendekati Aca. Bahkan lelaki itu tak peduli bagaimana orang memandang dirinya, tidak mungkin orang lain tak merendahkan Bagus. Kakak mana yang menggoda tunangan Adiknya meski semua orang juga tahu jika Aca adalah mantannya, tapi itu sudah berlalu bukan?

"Oke, lo gak usah ambil pusing. Yuk ke kantin." Dan Billa segera menarik tangan Aca.

*****

Kini saatnya jam pulang sekolah, meski tak ada KBM tapi sekolah menjadwalkan pulang sekolah sesuai jadwalnya. Dan gerbang sekolah sudah sesak oleh kendaraan siswa yang hendak keluar dari area sekolah.

Aca dan Billa tengah berdiri tak jauh dari gerbang menunggu Bima, hingga terlihat lelaki jangkung itu berjalan kearah kedua gadis itu.

"Pulang sekarang?" tanya Bima dan Aca mengangguk.

"Tapi anter Billa nyari kebaya dulu yuk."

"Lah, yang. Aku kan bawa motor." Dan Aca menepuk jidatnya, kenapa ia bisa lupa .

"Lah, Acaaaa.. gimana sih." Keluh Billa.

"Lupa Bill, serius."

"Yaudah, mau gimana? Lagian aku mau latihan dulu."

"Latihan apa?"

"Silat." Aca mengangguk-anggukan kepalanya.

"Yaudah Ca, taksi aja kuy."

"Yaudah ayo, aku duluan ya." Pamit Aca pada Bima.

Bima menganggukan kepalanya, lalu menarik tubuh Aca mendekatinya dan mengeup kening Aca tanpa malu. Hei, ingatkan mereka tengah berada di dekat gerbang dimana anak-anak berlalu lalang. Dan lagi, Billa ada di sana kan gadis itu hanya menatap mereka dengan senyuman aneh menghiasi wajahnya. Oke Billa tolong jangan berpikiran kotor sekarang.

"Hati-hati, kabari aku terus ya. Dan Kak Billa."

Billa tersentak saat namanya di panggil, "Titip tunangan gue ya."

"Siap laksanakan komandan, tapi saya butuh ongkos taksi!" ucap Billa sambil menegakkan tubuhnya dan tangan dengan posisi hormat.

Aca menyenggol pinggang Billa membuat gadis itu mendelik kearah Aca, sedang Bima hanya terkekeh sambil mengeluarkan dompet dari saku celananya.

"Nih uangnya, jagain ya." Ucap Bima sambil memberikan uang yang baru saja ia ambil dari dompetnya.

"Yaudah, aku pergi ya. Hati-hati sayang." Bima mengusak rambut Aca dan segera berlari meniggalkan kedua gadis itu.

"Billa ih, malu-maluin tau!"

"Nggak papa, tuangan lo ini." Dan Aca hanya menggelengkan kepalanya.

"Lagian pacar lo kemana dah."

"Maaf, dia juga sibuk sama urusannya. Kuy ah."

Dan saat Billa hendak menarik tangan Aca, sebuah mobil berhenti di samping mereka mmebuat keduanya menghentikan langkah mereka. Dan seseorang keluar dari mobil tersebut

dan menghampiri mereka.

"Ayo."

Aca menghela nafasnya, membuang pandangannya ke segala arah. Entahlah apa yang lelaki ini inginkan, sudah jelas bukan tadi Aca menolaknya?

"Ayo Ca!" Bagus menggenggam tangan Aca yang kemudian di hempaskan kasar oleh gadis itu.

"Apa-apaan si lo, hah?"

"Ca, aku anter ayo."

"Gue kan udah nolak tadi. Mendingan sama Silfi aja sana!"

"Aku sama Silfi udah gak ada apa-apa Ca."

Aca menatap Bagus, rasanya ingin tertawa sekali mendengar ucapan laki-laki itu. Tidak ada apa-apa katanya? Jelas Aca melihat obsesi di mata Silfi.

"Emang aku peduli?"

Sakit, hati Bagus sakit. Tapi demi tuhan, ia akan terus berusaha membawa Aca kembali padanya. Tak peduli apapun, karena Aca memang miliknya. Terlepas dari kesalahannya, Aca pasti akan kembali padanya. Ya, Bagus paham betul bagaimana Aca.

"Oke, terserah. Tapi aku mau nganter kamu sekarang ya, kita antar Billa."

Dan karena Aca sudah kehabisan kata-kata dan muak mendengar ocehan Bagus akhirnya gadis itu mengangguk meski masih memasang wajah datarnya.

"Ayo." Bagus menuntun Aca menuju mobilnya hingga sebuah suara menahan langkah ketiga orang itu.

"Aku ikut ya, serius aku belum dapat kebayanya. Ya Bill, Gus, Ca."

Dan Aca mendengus, tak punya malu memang. Dan Aca segera menghampiri mobil Bagus dan membuka pintu mobil bagian belakangnya, Bagus ingin menahan Aca saat gadis itu membuka pintu mobil tapi Billa menahan tangan Bagus.

Billa tersenyum seolah berkata 'biarkan' lagi pula masih mending Aca mau berama, kalau sampai Bagus membuat kesalahan lagi sudah dipastikan Aca akan benar-benar menjauhi Bagus.

Dan kemudian Bagus memilih memutar tubuhnya untuk memasuki kemudi dan sialnya, Silfi duduk di kursi samping kemudi. Bagus melirik kaca depan yang menampilkan Aca yang tengah menatap keluar jendela, demi tuhan Bagus tak bisa sperti ini.

Bagus mencintai Aca dan akan terus seperti itu, Bagus menyesal sudah menyia-nyiakan waktunya. Bagus rindu Aca yang manja, ceria, bawel dan perhatiannya. Bagus salah, dan Bagus tak mengelak. Karena kini ia sadar betapa berartinya Aca untuknya, Bagus meyesal sangat.

Dan Bagus menghela nafasnya, mencoba menenangkan hatinya yang terasa sesak. Kemudian memilih menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil meninggalkan area sekolah.

___________________________________________

Jangan lupa vote dan komentar yaaaa!!!

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ