Tujuhbelas

3.6K 427 52
                                    

Aku terbangun dalam keadaan pusing dan badan pegal. Sepertinya karena tidur menelungkup dan lelah menangis, makanya badanku agak gak enak gini.

Aku bangun karena alarm pagiku via ponsel berbunyi. Waktunya tahajud dan mungkin saatnya juga aku berdoa menumpahkan semua kesedihanku kepada Nya.

Ku lihat laki laki itu masih tertidur pulas dengan wajah menghadap ke atas. Ku tatap wajah gantengnya yang ternyata memiliki hati seperti setan. Hikss

Ganteng tapi gak punya hati. Seperti setan atau mungkin Iblis.

Mana katanya kalau cinta itu bisa dipupuk? Palsu

Mana katanya kalau cinta itu tidak mengenal fisik atau kasta? Tapi hanya mengikuti kata hati? Bullshit banget itu when love is blind!

Aku turun perlahan lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi dengan air hangat dan sekalian wudhu, aku bergegas melaksanakan sholat tahajud dan melaksanakan sholat subuh begitu adzan terdengar dari ponselku.

Usai sholat, ku lihat Bang Zav masih saja pulas tertidur. Laki laki ini, apa dia gak pernah sholat?

Menahan pedih, aku mencoba membangunkan dia pelan pelan. Di panggilanku ke 5, dia baru deh mau membuka matanya.

"Sholat dulu.." kataku pendek lalu bergegas membuka mukenaku dan kemudian turun ke dapur.

Kemarin Ummi mewanti wantiku banyak hal tentang adab menjadi istri yang baik dan sholehah. Tapi dengan keadaan seperti ini, disaat batinku sakit, apakah masih bisa melaksanakan apa yang Ummi sarankan?

Ya Allah, walau aku memang bukan istri impian siapapun, walau badanku segede gentong, aku berhak bahagia kan?

Aku berhak di cintai dan mencintai kan?

Sesekali aku mengusap air mataku sambil menghangatkan makanan yang kemarin dibawa dari rumah. Lumayan untuk sarapan bang Zav.

Aku sendiri? Sedang malas untuk makan apapun sekarang.

Usai beres menyajikan di meja makan, aku lalu bergegas menggunakan krudung yang ku sampir di sofa keluarga.

Aku mengambil kertas dan pulpen yang ada di meja kecil dekat telephone rumah, dan menuliskan note untuk bang Zav yang ku simpan di atas tutup meja makan.

Aku berniat gak akan kerja hari ini dan mau ngobrol banyak sama si kubin aja. Hatiku masih belum siap ketemu dengan dia setelah kejadian tadi malam.

Iya, aku sedang sakit hati.

☘☘☘

Mas Atha menggeram marah ketika aku menggedor rumah mereka sepagi ini. Tapi melihat mataku yang tampak bengkak, matanya langsung memicing curiga

"Kamu kenapa?"

"Mana kubin?" Pekikku menahan tangis.

Tak lama Kubin turun dengan daster seksinya dengan perut mulai membuncit.

"Bombom? Lu ngapain pagi pagi disini?"

Tak sanggup lagi, aku langsung memburu Kubin dan memeluknya erat.

Tangisku akhirnya pecah saat memeluknya. Aku tak kuat dan tak sanggup menahan rasa sakit hatiku ini.

Kubin mengusap punggungku mencoba menenangkanku. Ia lalu mengajakku duduk di sofa tengah dan membujukku bercerita.

Aku masih belum sanggup bicara apapun. Hanya isakanku yang tak berhenti keluar dari mulutku.

"Bom.. lu kenapa? Udah dong crita ma gw.."

Aku terus saja mengeluarkan isakanku. Batinku masih terluka amat pedih.

"Lu kenapa? Lu sakit abis malam pertama?"

When Love is Blind (END)Where stories live. Discover now