28||FIRASAT BURUK

Start from the beginning
                                    

"Btw lo juga manusia kalau lupa."

*****

Entah mengapa, selesai rapat tadi Lukas menjadi uring-uringan tidak jelas. Anak OSIS lainnya menjadi buah santapan kemarahan Lukas. Perasaannya tiba-tiba terasa tidak enak. Pikiran Lukas tertuju kepada Hana namun gengsi untuk menghubunginya.

"Laporan macam apa ini?! Anak TK juga bisa buat kayak gini!" Lukas membanting kertas laporan itu dengan kasar ke atas meja.

Rani menundukkan kepalanya merasa takut dengan perubahan wajah Lukas. Tubuhnya bahkan ikut gemetar merasakan aura mencekam di sekitarnya.

"Lo juga, Santi, kenapa laporan keuangan bisa salah? Nggak bisa itung-itung?"

Ucapan pedas mendarat keseluruh anak OSIS, semuanya diam mati kutu. Reyhan yang merasa aura semakin panas segera menepuk pundak sahabatnya itu.

"Kayaknya lo lagi sensi, bro. Mending balik ke kelas." Ujar Reyhan.

Lukas meremas rambutnya frustasi, perasaannya terasa kalut tanpa alasan yang jelas. Pikirannya mendadak blank entah karena apa.

"Lo semua boleh pergi. Tinggalin gue sendiri." Ujar Lukas akhirnya.

Semua anggota OSIS menuruti perintahnya. Satu persatu dari mereka mulai meninggalkan ruangan. Sekali lagi Reyhan menepuk pundak Lukas.

"Gue cabut dulu."

Setelah semuanya pergi, Lukas mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia membuka room chatnya dengan Hana. Hari ini gadis itu hanya mengucapkan selamat pagi lewat chat. Yang pastinya selalu Lukas abaikan.

Me: Na?

Baru saja Lukas akan mengirim pesannya, ia menghapusnya terlebih dahulu. Terlalu gengsi untuk melakukannya.

"Aaarrggghhhh!! Kenapa perasaan gue mendadak nggak enak?!"

"LUKAS!!"

Nova datang dengan tergesa-gesa. Ia membungkkuk dengan tangan berpangku di lututnya. Nova menarik napas dalam-dalam untuk menormalkannya kembali.

"Cewek lo kecelakaan gara-gara nolongin Rahel."

Dan saat itu juga Lukas tahu apa yang membuat dirinya uring-uringan sejak tadi.

****

Lukas, Reyhan, dan Nova datang ke rumah sakit dengan peluh yang membasahi dahi mereka akibat berlari dari lobi pertama. Mereka menatap Rahel yang masih duduk di depan ruang ICU.

"Mana Hana?" Tanya Lukas tidak sabaran.

Rahel mendongak menatap Lukas. Lelaki itu menyadari ada guratan kesedihan di wajah cewek itu.

"Masih diperiksa."

Reyhan dan Nova berusaha menenangkan Lukas yang gelisah. Ia duduk di kursi yang bersebelahan dengan Rahel.

"Kenapa bisa kayak gini?" Tanya Lukas.

Rahel menghela napasnya, "Hana dateng nyelamatin gue waktu gue hampir ketabrak motor pas mau nyebrang." Rahel kembali mengingat kejadian tadi. Tadi dirinya ingin pulang karena tidak enak badan. Saat ia akan menyebrangi jalan untuk menaiki sebuah taksi, namun tiba-tiba dari arah kanan sebuah motor melaju dengan kencangnya. Saat itu Rahel tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan. Badannya terasa lemas untuk digerakkan, ia hanya bisa pasrah jika nyawanya melayang saat itu juga. Namun saat itu Hana yang kebetulan habis fotocopy kumpulan soal tidak sengaja melihat Rahel berada dalam bahaya. Hana pun lantas berlari untuk menyelamatkan Rahel. Ia mendorong tubuh Rahel ke samping yang membuat dirinya yang menjadi korban tabrak lari.

"Gue heran sama Hana. Dia emang nggak pernah mikir dua kali kalau mau ngelakukin sesuatu." Ujar Lukas. Rahel menyetujuinya.

Perasaan bersalah meliputi dadanya. Rahel merasa egois saat ini. Karena sakit Hana harus mendapat imbasnya.

Decitan pintu mengalihkan atensi mereka. Seorang dokter baru saja keluar dari ruangan. "Keluarga pasien?" Tanya dokter itu.

"Saya kembarannya dok."

Semua mata mengarah ke Rahel. Seulas senyum tipis terbit di wajah Lukas. Sepertinya, hikmah dari kejadian ini Rahel dan Hana kembali berbaikan.

Sedikit kernyitan muncul di dahi dokter itu, mungkin heran karena Rahel tidak memiliki unsur kemiripan dengan Hana. "Tidak ada yang parah. Cuma luka ringan tapi cukup banyak. Tenang saja, dalam beberapa hari ke depan lukanya akan mengering. Saya tinggal dulu, kalian boleh masuk ke dalam."

Semuanya bernapas lega setelah mendengar penuturan dari dokter tersebut.

****

Salam,

Ia❤

HALU(Completed)Where stories live. Discover now