17. Hesti

306 45 13
                                    

"Kamu dengar nggak? Waktu tes basket udah habis. Mending sekarang kamu pulang dan besok milih ekstra lain. Aku saranin ikut ekstra tataboga aja."

Gue nggak suka cara dia mandang remeh gue. Apaan, dia juga murid sama kayak gue, cuma lebih lama aja berada di sekolah ini.

"Maaf Kak, atas keributannya." Dian menarik lengan gue, tapi gue nggak mau beranjak pergi.

"Gue nunggu di sini berjam - jam. Gue skip waktu buat jajan, buat ngadem di kelas ber AC, untuk duduk panas - panasan di sini, terus lo seenak jidat sendiri bilang waktu tes habis, terus ngusir gue? Apa nggak sekalian aja lu usir gue dari sekolah?"

"Oh, jadi minta diusir dari sekolah?"

Gue paham makin banyak orang berkumpul dan berbisik. Emang itu tujuan gue, sehingga nih senior nggak bisa ngebalikin fakta kelak.

Beberapa wajah yang gue kenal mulai cemas dan seperti Dian, mereka berusaha meredam api amarah dalam tubuh gue.

"Udah Hes, udah, nggak ada gunanya ngelawan senior."

"Mungkin bukan keberuntunganmu. Masih banyak kegiatan ekstra lain, kan?"

"Benar Hes, ikut kegiatan ekstra lain saja."

"Kegiatan ekstra lain?" Gue menyeringai, menepis tangan mereka pada lengan gue. "Tahu apa lo semua tentang cita - cita?"

"Cih, mau newek dia," celetuk senior kurang ajar.

Nangis? Sorry, gue bukan cewek lemah yang baru lena cobaan dikit aja mewek.

Gue balik memandang senior laknat seperti memandang musuh. Biasanya di SMP, orang yang gue pandang seperti ini bakal nyerah. Tapi dia nggak. Dia balas memandang bengis.

"Kenapa lihatin terus?" Sentak dia, mendorong dada gue. "Kamu nantang berkelahi? Aturan dibuat untuk dipatuhi, ngerti nggak anak baru?"

Gue ngakak dan membuat dia heran, terus gue bilang, "Aturan? Aturannya siapa? Aturannya Cindy? Lo babunya, ya, sampai nurut gitu?"

Seketika wajah senior laknat panik, sedikit memerah. "Jangan asal jeplak kau, ya!" Dia mendorong gue mundur, tapi gagal. Gue berdiri tegap di depannya.

Bertambah panik dia lantaran beberapa orang mulai bilang, "Senior main kasar ke junior."

Senior menyalak, "Apa maksudmu dengan babunya Cindy, hah?"

"Emangnya gue buta? Tolol? Macem lo? Gue lihat apa yang terjadi, Bego!"

Semakin memerah wajahnya. Gue yakin emosinya siap meletus dan dia bakal membuat kesalahan besar. Seperti ninju gue atau nampar. Benar aja. Dia ngangkat tangan kanan siap mengayunnya.

"Rani! Apa - apaan ini?!" Suara wanita menggelegar membuat semua menoleh ke sumber suara dan senior goblok menurunkan tangan.

Wanita muda datang menghampiri kami. Dia manis banget dengan kacamata dan rambut hitam dikucir ekor kuda. Woow ternyata ada cewek model artis drama Tiongkok begini di SMA Gakaya.

Gue melihat dia datang bersama cowok bule. Cowok yang tempo hari berada di koridor lantai tiga gedung sekolah. Itu loh, cowok super cute yang gue lihat ketika MOS.

Magnetic LoveWhere stories live. Discover now