4 - RED

4.8K 547 4
                                    

Jakarta, 2016.

"Mau ke mana? Rapi amat," Edgar tengah melakukan perintah sang ibu yaitu membuang sampah ke tempat sampah di depan rumahnya saat melihat Leona berdiri di seberang jalan, tepat di depan gerbang rumah gadis 19 tahun itu. 

Leona kali ini memang tampak berbeda dengan Leona biasanya. Gadis cantik itu memakai dress kasual berwarna merah gelap dan polesan make up tipis. Rambutnya pun tampak rapi, tak uwel-uwelan seperti biasanya sehari-hari. 

"Kepo," jawab Leona ketus.

Edgar yang tampak telah menyelesaikan kegiatannya tadi masih berdiri diam sambil menatap Leona. 

"Kok masih di situ sih? Sana pergi!" usir Leona yang merasa sedikit risih dengan tatapan Edgar.

"Mau ke mana sih?" Pemuda itu kembali bertanya.

"Kepo!" Leona masih menjawab dengan jawaban yang sama.

Lagi, Edgar hanya diam berdiri sambil kembali menatap Leona.

"Mau nge-date ya?" Edgar akhirnya berhasil mengeluarkan pertanyaan di otaknya selama 2 menit terakhir ini.

"Iya," jawab Leona tak peduli.

Tanpa diduga, Edgar menyebrang jalan menghampiri Leona. "Harum amat. Sama siapa?"

"Kepo banget sih!"

Lagi-lagi Edgar tak membalas. Ia menatap Leona semakin intens, bahkan tak ragu-ragu menghirup aroma Leora dengan menarik napas dalam. Hal itu membuat Leona mengambil jarak menjauh. 

"Heh, serem banget sih! Jangan deket-deket!" 

"Jawab makanya!" balas Edgar, masih tak berkedip menatap Leona yang tampak sangat memukau malam itu.

Belum sempat Leona menjawab, sebuah mobil SUV mewah keluar dari gerbang rumah gadis itu. "Leona, ayo masuk. Reservasi kita kan jam 6, udah telat nih," kata ayahnya dari kursi depan. Di sampingnya ada sang ibu tersenyum pada Edgar. 

"Mau nge-date sama mama papaku, wle!" jawab Leona pada akhirnya lalu buru-buru masuk ke mobil.

"Yeee! Tengil!" Edgar melayangkan sapu lidi yang tengah ia pegang sejak tadi, berpura-pura hendak memukul Leona yang sudah ada di dalam mobil. 

Abraham tertawa lalu tersenyum pada Edgar, "Duluan ya, Edgar."

"Iya Om, hati-hati."

Sepeninggal keluarga Halim itu, Edgar merasakan jantungnya yang berdegup kencang dan dirinya yang merasa sedikit resah meski sekarang sudah mulai mereda. Entah kenapa tapi ia merasa ini ada hubungannya dengan ucapan Leona tadi. Dan lagi.. gadis itu tampak cantik sekali malam ini. Ah Edgar jadi pangling!

---

Sudah pukul 11 lewat, Edgar masih belum juga mendengar suara mesin mobil dari rumah seberang. Pesan terakhirnya ke Leona juga belum gadis itu balas. Bahkan, biasanya Leona update story tentang kegiatannya di Instagram atau Snapchat tapi kali ini tidak ada.

Untuk memeriksa pesannya sudah terbaca atau belum, Edgar memutuskan untuk kembali membuka aplikasi Whatsapp. Bukannya menemukan balasan dari Leona, Edgar malah membuka status yang baru saja Leora, ibunda gadis itu, update.

Edgar mengerjapkan matanya beberapa kali tak percaya saat melihat Leona tengah dirangkul seorang pemuda berkemeja hitam. Status itu di-update dengan keterangan 'Leona <3 Kiano'. Siapa Kiano ini? Edgar belum pernah mendengar namanya. Tak Edgar pungkiri, pemuda bernama Kiano ini memang cukup tampan meski tak terlihat darah campuran di wajahnya. 

Tunggu, dari background foto ini, rasanya Edgar kenal restoran itu. Sebuah restoran berbintang milik relasi ayahnya yang terletak di pusat kota. Tanpa berpikir panjang, Edgar mengenakan jaket levisnya dan mengganti celana tidurnya dengan celana panjang. Ia mengambil kunci mobil sport hadiah ulang tahunnya dan pergi ke sana tanpa alasan mengapa.

Sesampainya di sana, Edgar tak turun dari mobil hitam mengkilapnya. Ia hanya duduk menatap layar ponselnya, berharap Leona mengangkat panggilannya. 

"Halo?" 

"Leona, kamu di mana? Aku di depan restoran Om Erick," kata Edgar dengan napas yang sedikit lega karena Leona mengangkat panggilannya.

"Ngapain kamu di sini?! Aku lagi acara makan malam sama orangtuaku dan temennya."

"Aku.. aku gak tau kenapa aku di sini."

"Edgar, apa-apaan sih kamu? Aneh tau gak. Udah ya, aku matiin."

"Tunggu, Leona. Kamu pulang ya. Sekarang. Sama aku."

"Kamu udah gila ya? Ini acara keluargaku, lho, Gar."

"Aku tau tapi.. aku khawatir aja."

"Khawatir apa sih? Aku itu sama keluargaku, bukan sama orang asing. Udah ah kamu gak jelas."

"Leona--!" Bip. Panggilan diputus sepihak oleh Leona.

Perkataan Leona benar juga. Kenapa Edgar harus mengkhawatirkan Leona padahal gadis itu tengah bersama keluarganya? 

Tak lama Edgar mematung, notifikasi di ponselnya menyadarkannya. Pihak agensi yang akan menandatangani kontrak dengannya kembali mengirimnya pesan.

FOCUS ENTERTAINMENT: Gimana, Gar? Kamu udah mikirin stage name? Atau mau pakai nama asli kamu aja? Up to you sih, gak harus2 bgt

Di tengah Edgar yang sedang berpikir tentang nama panggungnya, seorang gadis keluar dari pintu restoran. Masih dalam balutan dress merah gelapnya, entah mengapa Leona yang kini tampak polos tanpa make up justru tampak lebih memikat. 

EDGAR: Red 

FOCUS ENTERTAINMENT: Stage name mu jadinya red?

EDGAR: Yes

Baru saja Edgar akan keluar, menghampiri Leona dan menyampirkan jaket di bahu gadis cantik itu, langkahnya sudah dicuri oleh pemuda yang ia kenal sebagai Kiano. 

Leona tampak tersenyum ramah dan berterima kasih pada Kiano. Hal itu entah mengapa semakin membuat Edgar merasa geram.

FOCUS ENTERTAINMENT: Deal.

Sial. Sekarang Edgar tak bisa lagi mengganti nama panggungnya. Selamanya ia akan teringat terus pada penampilan memukau Leona. Dan menyebalkannya, hal itu bukan ditampilkan untuknya tapi Kiano! 

Tunggu, kenapa juga ia melakukan hal ini semua?! Ini gila! Seakan mendapatkan kembali alam sadarnya, Edgar dengan cepat pergi dari sana sebelum keluarga Leona keluar dan mendapatinya membuntuti mereka.

Behind Mr. RockstarWhere stories live. Discover now