9. Satu Kamar Dengannya

Start from the beginning
                                    

"Ya aku tau .Tapi kenapa harus menikah dengannya?."

"Itu syarat yang dia berikan padaku . Sebagai imbalannya dia memberiku uang ."

Harapan Martin seketika pupus, andai dia bisa membantu Amala. Namun dia hanyalah seorang Bartender yang gajinya saja tak lebih banyak dari Amala .

"Apa kau mencintainya? "

"Tidak. Untuk saat ini aku hanya memikirkan kesembuhan putriku saja." Jawab Amala.

"Apa dia tau kau mempunyai seorang putri ?"

"Aku rasa tidak. Aku tidak pernah menceritakan tentang Misya ."

"Lalu sampai kapan kau menikah dengannya."

"Ntah lah . ." Jawab Amala mengangkat pundaknya. "Itu tak tertulis di perjanjian antara aku dan dia. Ini, aku bawakan roti dan bubur untukmu ."

"Aku tidak bisa makan , karena ini ." Martin menunjukan tangan kanannya yang di perban.

"Baiklah aku akan menyuapimu."

Dengan perlahan Amala menyuapi Martin hingga mangkok bubur itu habis .

"Aku ada urusan jadi harus pergi."

"Baiklah hati hati Mala."
Amala jalan tergesa gesa pulang kerumah, dia melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua siang.

Dia belum membereskan barang barangnya di rumah. Amala masuk ke dalam mobil .

"Pak , pulang kerumah ."

"Baik nyonya ."

*****

Didalam kantor Seanlytex.

"Dengan siapa dia bertemu hari ini ?"

"Itu tuan . . dengan seorang pria yang dihajar kemarin di bar." Jawab Varen terbata-bata.

"Selidiki siapa pria itu dan apa hubungannya dengan istriku." Perintah marvis.

"Baik tuan."

Selepas Varen pergi Marvis menyandarkan tubuhnya di meja.

Wanita itu memang sulit di atur desahnya.

***

Tak lama Mala tiba di rumah. Nyonya Andrio sedang membaca majalah di ruang tamu dan melihat kedatangan Amala.

"Sudah pulang sayang, dari mana ?"

"Saya dari rumah sakit mah."

Nyonya Andrio menyuruh wanita itu duduk disampingnya, karena ingin bercengkrama. "Kamu sakit ?"

"Bukan mah. Temen aku ada yang sakit."

"Oh mamah kira kamu sakit, kamu nggak sekalian cek kandungan kedokter." Tanya mertuanya.

"Emang kenapa mah?"

"Gini lho sayang, mamah kan udah tua pengen banget rasanya gendong cucu."

Amala tersedak, "Apa cucu mah?"

"Iya cucu. Dari kamu dan Marvis."

"Tapi mah, Mala . ." Jawaban Amala terputus saat suara suaminya lebih dulu menjawab.

"Kami sedang berusaha mah."
Kata Marvis yang baru saja datang dari kantornya.

Marvis berjalan menghampiri istrinya dan mencium kening wanita itu perlahan serta mengusap rambutnya.

"Sudah siap ?"

"Aku belum bersiap-siap ." Jawab Amala yang lupa.

"Nggak usah siap-siap, tunggu aku mandi bentar habis itu kita berangkat."

"Tapi barang barangku ."

"Disana sudah aku siapkan semua."

"Baiklah" jawab Amala singkat. Lagipula dia tidak membawa apapun saat datang kerumah mertuanya ini.

"Saya buatkan teh ya mah ."

"Kamu mau buatkan mamah teh ."

"Iya mah ."

"Terimakasih ya sayang ."

Amala beranjak kedapur menyeduh segelas teh untuk mertuanya . Dia memuat teh lemon resep yang di turunkan dari mendiang ibunya .

"Ini mah ."

"Hmmm wangi sekali ."

"Mamah paling suka teh lemon, tapi yang ini tuh rasanya beda ya. Rasa lemonnya itu enggak kerasa getir di lidah, pinter banget sih kamu."

"Ibu saya yang ajarkan."

"Ibumi pasti cantik seperti kamu ,kapan kapan ajak mamah buat ketemu ibu kamu ."

"Mamah bisa aja , tapi ibu saya sudah meninggal " Ucap Amala sedih .

"Maafin mamah nggak bermaksud ."

"Nggak papa mah ." Ucap Amala sungkan. Nyonya Andrio sangatlah baik padanya, bagaimana jika nyonya Andrio tahu ini bukan pertama kalinya Amala menikah , dan apa pekerjaan sesungguhnya Amala.

apakah mertuanya masih mau menganggapnya sebagai menantu ?

***

Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh lima menit dari rumah mertuanya, wanita itu kini sampai di komplek perumahan elite.

"Ini rumah kita ." Tanya Amala melihat rumah megah di depannya. Kali ini rumah yang dibeli Marvis bergaya modern, balkon yang terbuat dari kaca dan ada gazebo didepan rumah itu.

"Ini rumah sederhana yang aku bangun sendiri."

Kalau kayak gini dibilang sederhana, terus yang mewah kayak apa ya ? Pikir wanita itu.

Marvis menggenggam tangan istrinya, "Ayo masuk."

"Selamat sore tuan dan nyonya, saya Salma kepala pelayan disini."

"Aku kira kita cuma tinggal berdua." Bisik Amala tepat di telinga Marvis.

"Kamu keberatan."

"Tidak ."

"Mereka yang akan menemani kamu saat aku kerja." Jelas suaminya,"Ada 5 pelayan disini, satu supir juga buat kamu."

Amala mengangguk sembari memperhatikan sekelilingnya. Mereka terus berjalan sampai tiba di sebuah kamar lantai dua.

"Ini kamar kita."

Amala kembali mengangguk. "Eh tunggu, kita . ."

"Ya." Jawab marvis.

"Maksudmu kita, kamu dan aku gitu."

"Iya lah terus siapa lagi ?"

"Tapi sebelumnya kita tidur terpisah." Sergah Amala.

"Kamu keberatan ?. Kamu istriku sudah sewajarnya kita tidur sekamar." Marvis membuka jendela yang ada dikamar itu.

"Disini ada kolam renang dan taman."

"Wah bagus banget ." Ini bahkan lebih bagus dari rumah sebelumnya .

Wanita itu tercengang dengan desain rumah ini.

"Dari sini kekantor cuma sepuluh menit. Kalau kamu merasa bosan kamu bisa menemuiku di kantor."

"Itu tidak perlu." Jawab Mala, untuk apa aku harus kekantor mu. Batinnya.

"Ya terserah kamu saja."

Jangan lupa vote and comment

AMALA Istri Kontrak Sang CEOWhere stories live. Discover now