empat puluh tujuh

7.1K 868 25
                                    

Authorpoint of view.







Tiba-tiba ada berita heboh di kampus, alasan kenapa Reina lama gak kuliah karena hamil karena jual diri ke om-om hidung belang.

Jeno menghela napas kasar. Dia mengusap sayang puncak kepala gadisnya yang terlelap memeluk dirinya.

Ini semua salahnya dan Jeno ingin menyelesaikan semuanya agar Reina-nya tidak bersedih lagi. Kali ini tugasnya untuk membahagiakan ibu dari calon anaknya itu.

Dengan gerakan pelan Jeno melepaskan tangan Rei yang memeluk dirinya. Walau alisnya mengernyit karena merasa kehilangan—gadis itu bergerak sekali hanya untuk memeluk guling yang ada di sebelahnya.

Dikecupnya lama puncak kepala gadis itu lalu ia memilih untuk turun dari atas kasur dengan hati-hati. Setelah berada di luar kamar Jeno langsung menghubungi Eric.

Hanya sepupunya itu yang saat ini bisa membantu masalahnya, walau terkadang mereka sering kucing-kucingan.

"Gimana?" Tanya Jeno ketika panggilannya diangkat.

Terdengar hela napas diujung sana, "Belum ketemu. Gue dan anak-anak masih nyari siapa yang bikin berita itu. Lo fokus aja sama Reina, masalah ini biar kita yang urus."

"Gue minta tolong banget dengan lo tentang masalah ini. Terima kasih juga sudah mau bantu gue."

Eric tertawa, "Geli bangsat! Lo biasanya gak kaya gini, tiba-tiba merinding gue dapet ucapan terimakasih."

"Bangsat." Jeno mengumpat pelan. Niat baik ingin berterima kasih malah ditertawakan oleh sepupu berengseknya itu. "Intinya kalau ada apa-apa laporan ke gue."

"Siap, dah ya gue ada kelas."

Panggilan diputus sepihak oleh sepupunya itu. Jeno tersentak kaget ketika seseorang memeluknya dengan tiba-tiba, namun lekas sadar kalau Reina-lah yang memeluknya dengan manja.

Jeno membalikkan tubuhnya menghadap Reina lalu mengusap puncak kepala gadis itu penuh afeksi.

"Suara aku kekencangan ya? Maaf bikin kamu kebangun."

"Yang nelpon tadi siapa?" Tanya gadis itu penasaran.

"Eric kok." Jeno menarik pelan tangan Reina agar mereka berdua duduk di sofa saja. "Kenapa?"

"Tumben kalian berdua akur?"

Oh iya, gadisnya ini belum tau tentang berita fitnah yang mencemarkan nama baiknya itu. Ingatkan Jeno untuk menyembunyikan ponsel Reina agar gadis itu tidak melihat isi chat grup angkatan di jurusannya.

"Gakpapa." Jeno terkekeh pelan lalu mencubit gemas pipi Reina. "Mau sarapan apa? Biar aku yang buat."

"Apa aja yang penting kamu yang masak." Jawab Reina yang memalingkan wajahnya.

Rupanya gadisnya ini sedang tersipu malu.

"Jangan bertingkah manis seperti ini."

Reina menatap Jeno bingung, "Kenapa?"

"Aku jadi tidak tahan untuk menciummu."

"JENO!"

Jeno semakin tertawa karena gemas, "Bercanda sayang."
























++
double update?

++double update?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You Calling My Name | Lee Jeno (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang