delapan belas

10.2K 1.1K 95
                                    

Demi apapun gue takut berhadapan dengan Jeno yang seperti ini. Gue gak ngerti, dia kenapa jadi semarah ini?

Apa gara-gara Hyunjin?

Gue yakin banget kalau Jeno gak suka dengan Hyunjin dari awal gue deket dengannya.

Semua pikiran gue buyar seketika ketika Jeno dengan entengnya mengangkat tubuh gue ke kamar lalu menghempaskannya ke atas kasur.

Jeno masih menatap gue dingin hingga dia naik ke atas tubuh gue dengan kedua tangannya yang menyangga tubuhnya lalu membungkam mulut gue yang belum sempat menjelaskan semuanya dengan bibirnya.

Berkali-kali gue mencoba memberontak.

Jeno menggeram, dia menarik kedua tangan gue ke atas kepala hingga gue sama sekali gak bisa memberikan perlawanan. Mata gue dan Jeno bertemu dan gue mulai melihat matanya yang berkabut nafsu memandang tubuh gue dengan lapar.

Gue hanya bisa mendongak pasrah ketika ia mulai mencumbu leher dan dada gue, menghisapnya kuat hingga gue meringis menahan perih. Bahkan gue gak sadar kapan Jeno melepaskan tiga kancing pertama di kemeja gue itu.

Dan dapat gue pastikan kalau di leher dan dada gue banyak sekali bercak merah yang Jeno buat malam ini.

Dan dapat gue pastikan kalau di leher dan dada gue banyak sekali bercak merah yang Jeno buat malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia melepas kaosnya dengan tergesa lalu kembali melumat bibir gue dengan bernafsu. Gue sudah gak bisa berontak lagi, lagi-lagi gue hanya bisa diam dengan apa yang Jeno lakukan di tubuh gue.

Jeno mengecup bibir gue lalu dengan tiba-tiba dia merobek kemeja tipis yang gue kenakan sampai kancingnya terlempar ke mana-mana.

"Jeno!!!"

"Stttt..."

Jeno kembali mencumbu bibir gue. Lumatan yang lembut itu berubah menjadi kasar, beberapa kali lelaki diatas gue ini menggigit bibir gue. Bahkan gue bisa merasakan bau anyir darah di mulut gue saat ini.

"Akhhhh-!" Jeno meremas kasar dada gue, rasanya sakit sekali sampai gue menitihkan air mata.

Tidak membuang kesempatan, lidah Jeno langsung menerobos masuk dan mengabsen mulut gue.

Gue meremat bahu Jeno, pertanda kehabisan nafas. Beruntungnya Jeno langsung peka, dia menjauhkan wajahnya lalu membiarkan gue menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Aku gak akan seperti biasanya, setelah ini kita langsung masuk ke inti."

Jeno tidak membuang waktu lagi. Dia kembali melumat kasar bibir gue dengan tangannya yang mulai menggerayangi tubuh gue.

Malam itu gue hanya bisa berteriak dan mendesah ampun ampun sedangkan Jeno seolah menulikan pendengarannya.

Dia sangat kasar, memasuki gue dalam keadaan kering tanpa perduli gue yang menangis sesenggukan karena menahan rasa perih di bawah sana.

Bahkan gue tidak ingat dengan jelas apakah Jeno memakai kondom atau tidak tadi malam dan ketakutan gue semakin menjadi ketika gue melihat sisa sperma yang ada di paha dalam gue di pagi harinya.

Bagaimana kalau gue hamil?
























+
free hujat disini

+free hujat disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You Calling My Name | Lee Jeno (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang