dua puluh enam

7.6K 1.1K 53
                                    


Hari ini gue ada janji menemani Haechan ke mall. Dia ingin membeli sepatu baru, dan memang kalau dia ingin belanja selalu mengajak gue.

Gue yang dari tadi dibawa keliling sebenernya capek banget.

Tapi lagi-lagi gue paksain biar semuanya cepet selesai dan gue bisa pulang lalu rebahan di kasur kesayangan gue.

"Jeno emangnya lagi deket sama cewek lain?" Tanya gue sambil melihat sepatu kets yang berjejer rapi di depan gue.

"Gue rasa enggak." Haechan melepas sepatu  all star putih yang tadinya dia coba di kedua kakinya.

"Dia cuma dekat dengan lo, yah... Walau gue akui dia bajingan yang sangat berengsek, tapi Jeno cuma deket dengan lo. Yang lainnya cuma sekedar untuk bermain-main."

Gak—gue gak puas dengan jawaban yang Haechan berikan kali ini. Dengan banyak sekali praduga-praduga di kepala gue, gue pun duduk di sebelahnya yang masih milih sepatu mana yang akan ia beli.

"Kalau untuk—cuma gue doang, cewek satu-satunya yang masuk ke apartemennya... Apa itu bener?"

Haechan mengalihkan pandangannya ke gue. Alisnya mengkerut dengan wajah penuh tanda tanya memandang gue. "Lo kenapa sih? Tumben banget nanya kayak gini."

Gue mengerucutkan bibir, menatap Haechan kesal. "Cuma mau memastikan sesuatu."

Haechan menghembuskan napasnya keras-keras.

Sebelum dia berbalik mengajak gue bicara, lelaki itu memanggil pekerja di toko sepatu ini lalu pilihannya jatuh ke dua sepatu all star seri galaxy dan chuck taylor allstar ox berwarna putih yang tadi dia coba.

"Lo beneran mau beli yang seri galaxy itu?"

Haechan ngangguk. "Bagus banget kalau dipake manggung."

Ah iya, gue lupa bilang. Haechan itu suka gabut. Jadi setiap malam minggu dia bakalan manggung di kafe milik temennya, Bae Jinyoung.

"Setau gue, cewek yang pernah dia bawa ke apartemennya itu cuma lo doang. Kita aja yang cowok jarang main ke tempat dia. Jeno itu kaya menjunjung tinggi kalau tempat tinggal dia itu ranah privasi yang harus dia jaga. Jadi cuma orang-orang penting yang bisa bebas masuk ke dalam wilayahnya."

Gue tersenyum kecut.

Jadi cuma orang-orang penting yang bisa bebas masuk ke dalam wilayahnya.

Selama perjalanan menuju area parkir gue terus-terusan kepikiran. Tentang video yang dikirimkan oleh orang asing itu, tentang Jeno yang akhir-akhir ini selalu ada untuk gue.

Semuanya berputar-putar di kepala gue sampai perut gue rasanya melilit dan mual, kepala gue pusing.

Rasanya badan gue berputar-putar—gue yang gak kuat jalan hampir aja jatuh ke lantai kalau Haechan gak refleks meluk badan gue supaya gak jatuh.

"Astaga, Rei lo kenapa?!" Haechan memasang wajah panik. Dia menyugar rambut gue yang menutupi semua wajah gue. "ANJIR GILA, MUKA LO PUCET BANGET."

Haechan yang kepalang panik langsung menggendong tubuh gue ala bridal style.

Gak perduli semua tatapan orang yang penasaran, dia segera membawa gue menuju parkiran mall ini.

Beruntungnya gue dan dia udah ada di lantai satu jadi Haechan gak perlu capek-capek membawa gue ke lift mall ini.

Haechan dengan langkah cepat membawa gue. Gue udah gak kuat lagi, mata gue terpejam seiring gelap menyambut gue.

Terakhir yang gue dengar, Haechan meneriaki nama gue karena gue pingsan di dalam gendongannya.














+
aku lagi kecanduan sama lagunya mawar de jongh - lebih dari egoku. sumpah ini lagu tuh mewakili perasaan reina ke jeno di cerita ini...

btw jangan lupa ramein, biar besok update cepet hehe🤗

You Calling My Name | Lee Jeno (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang