tiga puluh enam

8K 1K 42
                                    

Ini sudah minggu keempat, tapi gue sama sekali gak bisa ngilangin pikiran gue dari Jeno. Gue tau kayaknya disini yang bodoh itu gue, sudah tau sakit tapi masih aja gue terusin.

Yang gue lakukan setiap hari cuma ngurung diri di kamar, bolak balik buka galeri dan melihat foto-foto gue dan juga Jeno, serta mengingat semua kenangan yang gue laluin dengan dia.

Sulit banget untuk gue menghapus kenangan yang enggan menghilang walau kita sudah gak sama sama lagi.

Jujur gue rindu Lee Jeno. Apa dia merindukan gue juga?

Tiba-tiba aja pintu kamar gue terbuka, Kak Doyoung masuk ke dalam terus naruh kantong plastik kecil yang berisi suplemen gue di atas nakas—terus dia duduk disebelah gue. Kayanya dia baru pulang kerja atau gak habis ketemu temennya di luar.

"Kamu gak bosen?"

Gue senyum terus gelengin kepala, "Enggak kok Kak."

"Udah makan siang? Susunya sudah diminumkan?"

Gue mendengus, terus ngangguk lagi. "Udah Kakak."

Kak Doyoung ngangguk, terus dia beranjak dari duduknya. "Di ruang tamu ada Lami, dia buru-buru ke sini pas kakak kasih tau kamu tinggal di sini bareng kakak."

"Ehhhh, beneran ada Lami????? Dia kuliah di sini??????"

Kak Doyoung menatap gue datar, "Bukannya kakak udah pernah bilang ya?"

Gue langsung nyengir, "hehehe lupa."

Kak Doyoung langsung pergi ke kamarnya, sedangkan gue nyusul Lami yang ternyata udah duduk di ruang tamu.

"Lamiiiiiiiiii!"

"Rei, ya Tuhan... Kamu tambah cantik, serius."

Lami memeluk gue dengan hati-hati. Gue yakin dia sudah tau berita kehamilan gue dari mulut Kak Doyoung.

"Kabar lo gimana?" Tanya gue pas kita udah duduk sebelahan di sofa. "Gue lupa kalau lo ternyata kuliah di sini."

Lami mendengus, "Emang apasih yang lo inget?"

"Hehehe." Gue cuma ketawa aja.

"Lo mau tau gak?" Lami menggeser duduknya mendekati gue lalu berbisik. "Katanya Jeno nyariin lo kayak orang gila, dia bahkan hampir nonjok Hyunjin di parkiran kampus kata Chenle."

Lami ini dulu pernah satu SMA dengan gue. Satu sekolah juga dengan Chenle, Jisung dan Haechan. Chenle dan Lami dekat sampai sekarang. Gak heran aja kalau dia tau hubungan gue dengan Jeno.

Gue cuma bisa diam. Tanpa sadar gue mengelus perut gue yang udah mulai gak rata lagi. Gue rasa bukan cuma gue aja yang kangen di sini.

"Gue gak ngerti, tapi saran gue... Mending kalian selesaikan masalah kalian secepatnya. Dia keknya cinta banget sama lo Rei." Lanjut Lami meyakinkan.

"Gue gak yakin." Tanpa sadar air mata gue jatuh. "Dia aja ninggalin gue dan calon anaknya berminggu-minggu... Gue gak percaya kalau dia beneran nyari gue."

"Tap—"

"Lami maaf ya, lo boleh pulang? Gue mau istirahat di kamar."

Lami menatap gue lama, kemudian dia menghela napasnya.

"Oke, maaf banget kalau kedatangan gue cuma buat lo kepikiran lagi. Hubungi aja gue kalau lo lagi pengen apa, kalau gitu gue pergi ya."

Gue cuma ngangguk, lalu Lami pulang setelahnya.

Sial, sekarang gue kepikiran lagi.




















+
heyy, buat kalian yg udah merekomendasikan cerita ini ke yg lain, ak mau bilang makasih banyakkkkkk💖

dan buat yg silent readers makasih juga krn kalian, aku jd mikir2 buat babnya kira kira 50an bab aja hehe

You Calling My Name | Lee Jeno (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang