Bagian 7

1.1K 111 0
                                    

_Ahmad POV_

Aku mengikutinya turun tepat di halte kampusnya. Aku ikuti ia berjalan. Sampai ia membalikkan badan.

"Kenapa kakak mengikuti aku?"

"Eh, ada yang perlu aku bicarakan denganmu, Adik." jelasku ketika tertangkap basah mengikutinya. Sebetulnya aku heran, mengapa ia tidak mengenaliku. Bukankah kita sudah biasa berbincang melalui f***book. Aku juga sudah menunjukkan foto pernikahanku padanya, apakah aku memiliki banyak tampilan wajah sehinggaia tidak mengenaliku?

"Tidak bisa. Aku tidak mau ngobrol berduaan dengan lelaki. Mohon jangan ikuti aku lagi, Kak." Jawabnya tegas namun masih terdengar sopan dan lembut di telingaku.

"Ah baiklah, aku akan menunggu." jawabku

Tidak lama dari percakapan tadi, aku melihat Fathi bertemu dengan temannya dan berbincang. Akhirnya aku dekati mereka.

"Hai adik-adik. Kamu lagi free ga?" tanyaku kepada temannya Fathi.

"Oh iya. Kami ada jadwal bimbingan pukul 2 siang nanti. Anda siapa ya?" kata temannya Fathi.

"Bisakah kamu temani aku dan wanita ini berbincang? Supaya kami tidak berduaan. Iya kan, adik?" pintaku pada temannya.

Ku lihat wajah tak tenang dari Fathiku. Seakan tidak terima dengan jawaban temannya.

"Baiklah, aku menyerah. Ayok kita segera selesaikan perbincangan kita." ajak Fathi.

Kami berbincang di kantin dekat perpus.

"Begini, Adik. Aku punya seorang adik yang akan mualaf sebentar lagi. Dan kakak diminta dia untuk mencarikan seorang muslimah yang mau menikah dengannya. Jadi saat ini kakak sedang mencari muslimah yang mau taaruf dengan adiknya kakak ini. Kira-kira adik berkenan tidak jika adik bertaaruf dengan adikku?" jelasku kepada Fathi.

"Eh Ra, kok sama si kaya adiknya Kak Ahmad yang kamu ceritakan itu? Kamu udah memutuskan taaruf sama dia kan, Ra?" Adinda, temannya Fathi tiba-tiba ikut merespon yang membuatku semakin yakin bahwa Fathi mau bertaaruf dengan adikku.

"Iya Dind. Aku sudah istikharah dan aku mantap. Oh kenapa aku tiba-tiba dikelilingi oleh para mualaf." ucapnya sambil menepuk jidatnya.

"Mohon maaf, Kak. Di bus tadi juga aku sudah mengatakan kepada kakak bukan bahwa aku akan taaruf dengan seorang mualaf. Aku tidak bisa memenuhi keinginan kakak untuk taaruf dengan adiknya kakak. Mohon maaf. Kami pamit." Ucapku tegas dan bergegas akan pergi.

"Ekhem ekhem.. Sebentar. Hellow perkenalkan namaku Ahmad Lee Nam. Aku memiliki adik bernama Arslan Nam. Namamu Fathimah Azzahra Rusliansyah kan?" ku lihat Fathi kaget mendengarku.

"Jangan bercanda!" ucapnya tegas.

"Aku tidak bercanda, Fathi. Apakah kamu sudah lupa dengan foto pernikahanku yang aku kirimkan?" Tanyaku memastikan.

"Kamu benar Kak Ahmad? Jadi selama ini aku chat denganmu? Ah no." ku lihat Fathi kaget, malu, dan salah tingkah mendengar fakta tentangku.

"Maafkan aku, Fathi. Sudah lupakan saja itu. Bagaimana kalau sekarang kita membahas tentang adikku. Benarkah kamu mau taaruf dengan adikku, Fathi?" tanyaku mantap.

"Jika orangtuaku mengizinkan aku dengan seorang mualaf, insyaaAllah aku mau taaruf dengan adikmu, Kak. Seperti yang kakak katakan dulu. Biarkan kami saling mengenal terlebih dahulu. Masalah jodoh atau tidaknya, biarlah Allah yang tunjukkan pada kita." ucapnya dengan mantap dan sedikit malu-malu.

"Kamu beneran kan Fathi? Kamu ga terpaksa? Ga cuma bikin aku bahagia aja? Ah akhirnya adikku Fathi jadi adik iparku." sorak ku mendengar jawaban Fathi.

"Ayok makan yang banyak, aku traktir, ayok."

Akhirnya saat itu aku berbincang banyak dengan Fathi. Mengenalkan adikku secara langsung. Menceritakan kesehariannya, profil singkatnya. Penilaianku terhadap respon dia bahwa ia tertarik dengan adikku. Ah syukurlah.

"Nanti aku kirimkan CV taaruf ku ke kakak. Dan beberapa foto yang mungkin bisa kakak tunjukan ke adiknya kakak." ucap Fathi, calon adik iparku.

"Baiklah, Fathiku. Aku akan segera kabarkan adikku. InsyaaAllah dua bulan lagi kita akan ke rumahmu."jawabku

"Mengapa selama itu?" Tanya nya ragu.

"Kamu begitu mengagumkan. Akan aku siapkan adikku supaya menjadi lelaki yang pantas mendapatkanmu, Fathi." Jawabku mantap.

Aku harus segera memintanya segera bersyahadat dan segera mempelajari islam dengan benar. Fathi adalah wanita terbaik untuk adikku. Aku yakin itu.

Koko MualafWhere stories live. Discover now