Bagian 20

1.1K 85 0
                                    

Waktu yang ditentukan pun datang. 11 Syawal 1440H. Hamas berkunjung ke rumah orangtua Fathimah ditemani kedua orangtuanya. Bukan sekedar untuk bertaaruf dengannya, tapi untuk melamarnya. Fathimah kaget bukan main. Karena memang mereka sudah saling mengenal sebelumnya, mereka sudah sama-sama tahu lawannya seperti apa. Bahkan bisa dibilang mereka berdua memang teman main dari kecil. Maksudnya teman berdiskusi, satu kepanitiaan, dsb dari awal berada di kampus.

"Saya kesini bermaksud ingin melamar anak perempuan, Bapak." Ucapnya lantang.

Fathimah tidak berani untuk ikut bergabung di ruang tamu. Disana hanya ada ayahnya seorang diri.

"Kamu sudah mengenal anak saya? Sejak kapan kamu menyukainya?" Tanya ayahnya Fathimah.

"Kami satu SMA, Pak. Satu kampus dan satu organisasi juga. Dan jika bapak masih ingat, saya sempat berkunjung beberapa kali ke rumah ini sebagai titik kumpul ketika ada kegiatan sosial." Jelasnya. Memang mereka suka mengadakan kegiatan sosial yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal Fathimah. Sehingga rumah Fathimah sering dijadikan titik kumpul.

"Saya tidak berani untuk menyukainya, Pak. Tapi saya sudah tertarik dengan anak bapak sejak di rohis dulu, Pak. Saya tidak menyangka ternyata teman saya dan ustadz saya menghubungkan saya dengan anak bapak yang namanya sering saya sebut dalam doa doa saya, Pak." Jelas Hamas penuh kejujuran.

Fathimah yang mendengarnya dari balik tirai merasa bahagia. Ternyata perasaannya selama ini memang berbalas dengannya. Ia pun memasuki ruang tamu ketika dipanggil oleh ayahnya.

"Bagaimana, Ra? Ternyata lelaki ini langsung melamarmu hari ini. Bukan sekedar bertaaruf denganmu. Tanpa kabar pula bahwa ia akan langsung melamarmu. Apakah ayah tolak saja, Ra?" Ucap ayahnya bertanya pada Fathimah yang membuat keduanya kaget.

"Jangan." Ucap keduanya berbarengan dan langsung salah tingkah.

Senyum merekah pada dua pasang orangtua yang melihat anak-anaknya memang sudah saling menyukai. Hamas pun langsung menormalkan sikapnya.

"Mohon maaf, Pak. Sejak saya tahu bahwa wanita yang dikenalkan tersebut adalah Fathimah Azzahra, putri bapak. Saya sudah berencana untuk langsung melamarnya saja, Pak. Karena kami memang sudah saling mengenal dan ternyata visi pernikahan kami pun selaras. Mohon maaf jika saya tidak menyampaikan maksud kedatangan saya ketika izin bertamu." Jelasnya Hamas meyakinkan ayahnya.

"Rara?" Tanya ayahnya

"Rara mau, Yah."

"kamu mau apa, Ra? Mau makan? Di dapur ibumu sudah sediakan makanan kan?" Elak ayahnya.

"Ayah. Rara mau Akh Hamas menjadi imam Rara. Ialah lelaki yang namanya selalu Rara sebut dalam doa-doa Rara tiga tahun terakhir ini." Jawab Fathimah malu-malu.

"MasyaaAllah" ucap kedua pasang orangtua itu.

"Sepertinya anak kita ini sudah lama saling terpaut hatinya ya, tapi mereka tidak saling menyadari." Ucap abinya Hamas sambil tertawa. Sedangkan mereka berdua hanya bisa tertunduk malu saling mencuri pandang.

Abinya Hamas menawarkan untuk mereka menyelenggarakan khitbah secara resmi. Tapi orangtua Fathimah menolak.

"Dalam islam ga ada istilah lamaran toh? Sudah khitbah semacam ini pun sudah resmi menurut agama kita." semuanya pun sepakat dengan hal itu.

"Saya ingin memberikan cincin ini untuk Rara, Pak. Sebagai tanda saya telah mengkhitbahnya. Mohon maaf kalau ini hanya cincin dengan gram yang kecil." Ucap Hamas sambil mengeluarkan kotak cincin.

"Anak kami sudah dewasa ternyata. Kapan kamu menyiapkannya, Nak?" yang ditanyapun hanya tersenyum

"Sini biar umi pakaikan pada calon menantu, Umi." Uminya langsung mendekati Fathimah dan diabadikan oleh abinya Hamas.

"Bagaimana dengan tanggal pernikahannya?" Kali ini Ibunya Fathimah yang bertanya.

"Oh iya begini, kebetulan anak kami mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di Beijing. Dia berangkat tanggal 1 Agustus. Bagaimana jika di akhir Juli kita menikahkan mereka?" tawar Abinya Hamas.

"Saya mengikut saja untuk tanggalnya, Pak. Sekedar akad saja juga tidak apa-apa." Ucap Fathimah.

"Ah tidak. Nanti bisa abi urus melalui relasi-relasi abi."

"Setelah menikah, Rara bisa ikut saya ke Beijing. Barangkali mau lanjutkan S2 disana juga." Ucap Hamas.

"InsyaaAllah nanti saya menyusul. Karena saya belum punya paspor kemungkinan tidak bisa berangkat bersama."

Akhirnya ditentukan tanggal pernikahannya yaitu 28 Juli 2019. Satu bulan setengah dari lamaran.

Selama proses mempersiapkan pernikahannya kedua orangtuanya turut andil. Tidak ada aktivitas yang membuat Hamas dan Fathimah jalan berdua atau mengobrol berdua. Bahkan personal chat pun tidak diizinkan oleh kedua orangtua mereka.

"Kami buatkan grup. Silahkan jika ingin komunikasi, komunikasi saja melalui grup ini." dan mereka berdua saling memblokir kontak.

Koko MualafWhere stories live. Discover now