Bagian 32

1K 76 1
                                    

Bulan demi bulan pun berlalu. Hampir satu tahun sudah kepergian Hamas. Seperti janjinya kepada Hamas, ia melanjutkan S2-nya di Renmin University of China. Hampir satu tahun ini tentunya Fathimah sudah sangat ikhlas melepas kepergian Hamas. Namun dalam kesehariannya, Hamas tetap hidup dalam dirinya. Bagaimana tidak, hampir di setiap sudut ruangan terpampang sticky note buatan Hamas membuat Fathimah merasa rumah yang ia tempati penuh dengan sentuhan Hamas. Walaupun kebersamaan mereka di kota ini hanya satu minggu.

"Assalamu'alaikum, sweeties." Ucap Fathimah sumringah menyambut para anak-anak di rumah singgah moeslim corner.

"My Angel. Wa'alaikumussalam." Ucap mereka kompak.

Fathimah pun mulai melancarkan cerita-cerita dongeng kepada para anak-anak sambil mengondisikan mereka untuk tidur siang.

"Angel." Panggil salah satu anak perempuan.

"Kau sangat cantik. Kau akan selalu menyayangiku dan tidak akan meninggalkanku, kan?" Tanya nya sedih.

"Tentu saja, dear. I really love you. Sekarang tidur yaahh." Ucapnya diakhiri dengan kecupan singkat di dahi anak itu.

Aktivitasnya d rumah singgah ini membuat Fathimah bahagia. Setiap harinya ia disibukkan dengan permasalahan kecil yang beragam.

"Hei Fathimah." Fathimah mendengar ada seseorang yang menyapanya.

"Oh Hei Sarah. Long time no see. Assalamu'alaikum." Sapanya.

"Wa'alaikumussalam. Aku sangat merindukanmu."

"Me too, Sarah. Sendiri kesinu?"

"Tentu tidak. Ayo ikut aku. Kim ingin tunjukan sesuatu padamu."

Fathimah ikut mengekor di belakangnya.

"aku bersaksi bahwa ia adalah orang yang baik. Fathi. Dan ia sangat sangat mencintaimu dan ia sangat mempersiapkan kematiannya supaya kamu tidak bergantung padanya ketika ia sudah tiada." Jelas Kim.

"Tentu. Sepertinya ia benar-benar mentok mencintaiku. Kalian harus lihat kondisi rumahku. Hampir setiap sudut rumah berisi pesan-pesan darinya. Ia tidak rela sepertinya jika aku melupakanya." Ucap Fathimah yang diakhiri dengan tawa lepasnya.

"Aku bahagia lihat kamu sudah bahagia, Fathimah. Suamimu itu luar biasa. Ketika ia berhasil diselamatkan, kata pertama yang muncul adalah 'HP' ternyata dia ingin aku merekam kata-kata perpisahan darinya untukmu. Di video itu dia sangat lemah dan sesekali muntah. Karena sekarang kamu sudah ikhlas, sepertinya aku bisa kirimkan video itu untukmu. Hahaha" Ucap Kim diakhiri dengan tertawa miris jika mengingat bagaimana sahabatnya keukeuh untuk merekam.

"Maka dari itu, aku sungguh aneh, Fathimah. Ternyata ia sehat wal'afiat ketika kita masuk kamar. Sedangkan jelas-jelas di video itu dia memberikan kata-kata perpisahan seakan sudah tidak ada waktu untuk merekamnya. hahaha dasar manusia bodoh." Fathimah pun hanya diam mendengarkan.

"Fathimah. Aku pun ikut kaget. Bukankah dokter mengatakan ia koma? Mengapa saat kita masuk dia sehat. Ternyata dokter pun kaget. Ia menarikku keluar ia mengatakan bahwa setengah tubuhnya sudah mati. Ketika dokter memeriksa, kakinya sudah pucat, Fathim. Aliran darahnya sudah terhenti, perutnya juga sudah mati. Secara medis dokter itu bisa dibilang gila katanya. Hingga aku yang membuktikannya sendiri. Ku tekan perutnya kencang, sangat kencang. Tapi tidak ada reaksi apapun padanya." Sarah ikut membayangkan suasana tegang dan ngeri saat itu. Namun ia tetap berusaha tersenyum.

"Itukah yang membuatmu tiba-tiba kaget, Sarah?" Tanya Fathimah.

"Betul, Fathimah. Tapi aku tidak mau merusak kebahagiaannya yang tinggal sebentar lagi itu. Dan ketika abinya Hamas datang. Ia kaget dan ketakutan melihat ke daerah kosong di depan kasurnya. Seakan abinya Hamas paham bahwa ada yang menunggu Hamas. Sepertinya memang Hamas ingin meninggal dalam keadaan solat." Ucap Sarah.

Koko MualafWhere stories live. Discover now