Bagian 2

3.1K 184 5
                                    

_Ahmad POV_

Kebosananku berada di kota ini membuatku menaiki bus keliling kota setiap paginya. Kegiatan yang sudah ku lakukan hampir seminggu ini, baru tadi pagi aku temukan hal menarik dalam bus. "Fathimah Azzahra Rusliansyah" aku harus mencatat namanya. Ia seakan menganggapku lelaki yang berbahaya untuknya.

Hari ini jadwalku untuk menemui orangtua yang hampir enam bulan tidak aku kunjungi. Bisa dibilang anak durhaka tidak pulang-pulang. Ditambah permintaan adik kesayanganku yang sejak bulan lalu meminta koko nya ini untuk pulang. Ada hal serius yang ingin ia bicarakan katanya menyangkut hidup dan mati. Ah adikku yang satu ini memang. Sudah dewasa tapi masih saja manja kepadaku.

"San Keuw Jong" atau yang lebih dikenal dengan "Singkawang". Setelah kurang lebih enam jam ku habiskan waktu untuk perjalanan dari Bandung hingga sampai di kota ini.

"Koko, kenapa ni baru datang sekarang? Wo rindu koko." Sambut adiknya dalam bahasa mandarin.

"Tidak malu kah ni bermanja kepada kokomu ini dilihat oleh adik-adikmu?" Adiknya pun langsung melepaskan pelukannya dan langsung masuk ke dalam rumah dengan mukanya yang menahan malu.

Memang adikku yang satu ini sangat aneh. Ia hanya mau bermanja kepadaku saja. Sedangkan kepada adik-adiknya, mami papi dan kakakku dia bersikap biasa saja.

Malam pun tiba. Di sepertiga malam aku bangun dan laksanakan solat tahajud. Semenjak aku berislam 5 tahun lalu, aku selalu mengusahakan untuk bangun di sepertiga malam untuk menunaikan solat tahajud. Seringkali ku tunaikan bersama sang istri tercinta karena ini satu-satunya solat yang bisa aku imami dia langsung. Sedangkan solat-solat fardhu aku biasakan untuk selalu ke masjid. Ya semua ini guru ngajiku yang ajarkan sejak awal keislamanku. Ia berpesan agar aku tidak meninggalkan barang sedikit, karena sedikit saja aku perlonggar maka bisa jadi hal-hal wajib aku tinggalkan. Maka dari itu aku tidak berani untuk tidak solat ke masjid walaupun sedang di rumah papi yang lokasi masjidnya cukup jauh.

Tok tok tok

Ah siapa orang pukul segini sudah bangun dan mengetuk. Ku buka pintu dan ku dapati Arslan di depan pintu. Ya, dia adalah adik kesayanganku yang manja.

"Ada apa Ar?" Tanyaku sambil mengangkat satu alis pertanda hal yang tak biasa ia mengganggu waktu malam ku.

"Bolehkah wo masuk, Koko? Wo ingin tidur bersama koko sebelum Ci Nisa datang." Jawab Arslan.

"Oh tentu saja. Tapi koko masih ingin solat. Ni langsung tidur saja ya, Ar." Ahmad menunjukan kasurnya yang sudah ia rapihkan ketika ia bangun tadi.

"Baik, Koko" Arslan pun langsung menuju kasur.

_Arslan POV_

Aku bahagia melihat koko bahagia. Tujuanku ingin tidur disini karena aku tau pasti di jam segini koko bangun dan beribadah. Tenang sekali melihat koko beribadah. Aku perhatikan Ko Ahmad bercakap-cakap di bibirnya dengan syahdunya kemudian ia akhiri dengan menengadahkan tangannya sambil sesekali matanya mengeluarkan air mata. Ah damai sekali melihatnya.

"Koko, wo ingin masuk islam seperti Koko" Ucapku ketika melihat Ko Ahmad sudah mulai melipat sajadahnya pertanda ibadahnya sudah selesai. Wajah koko terlihat kaget mendengar keinginanku.

"Benarkah itu, Ar? Apa alasanmu? Muslimah mana yang bisa menaklukan lelaki dingin sepertimu? Kenalkan pada koko" Respon dari koko ini sangat berlebihan. Aku tidak sepertinya yang memilih Islam karena tertarik dengan muslimah cantik.

"Tidak, Koko. Bagaimana mungkin wo bisa berdekatan dengan seorang wanita. Wo melihat Koko hidup lebih damai ketika telah berislam, wajah koko lebih cerah, koko juga sudah jarang tinggi emosi, dan bisnis koko juga kian melesat." Aku coba menjelaskan kepada koko dengan sedikit nada pasrahku akan kelainan yang aku punya ini. Memang koko ini mudah emosi namun setelah ia berislam, jarang ku dapati ia tinggi emosi. Koko yang terkenal playboy memiliki puluhan mantan dan bisa memacari banyak wanita dalam satu waktu, bisa ditaklukan oleh satu wanita muslimah. Koko tidak pernah bermain wanita lagi. Berbeda denganku, aku tidak pernah mempunyai pacar seumur hidupku.

"Ah koko kira ni sudah kembali normal bisa berdekatan dengan wanita. Ni yakin ni akan masuk islam ikuti jejak kokomu ini? Sudah bilang mami dan papi?" Koko memastikan sejauh mana keyakinan aku untuk berislam.

"Entahlah, Koko. Wo hanya sering tidak tenang akhir-akhir ini. Semakin wo dalami agama ini semakin membuat wo tidak nyaman. Wo belum bilang papi dan mami, Koko. Wo takut dibunuh papi seperti yang dulu mau papi lakukan ke koko."

"Koko senang jika ni mau ikuti jejak koko. Tenang saja papi tidak akan membunuhmu. Semua sudah koko luruskan tentang toleransi beragama di keluarga kita. Asalkan ni yakin bahwa ni benar-benar memilih islam. Koko tidak mau ni kembali ke agamamu setelah nanti sudah berislam. Masalah papi dan mami nanti kita hadapi sama-sama ketika ni sudah yakin." Koko mencoba menjelaskan mantap dengan muka bahagianya. Kemudian ia memelukku dan menepuk-nepuk punggungku.

"Satu lagi, Koko. Wo ingin masuk islam dan wo ingin menikah dengan wanita muslimah. Tolong carikan wo wanita muslimah, Koko. Wanita muslimah yang bisa temani awal keislamanku dan mampu terima kelainanku ini, Koko." Ucapku sambil bergetar. Karena aku yakin dengan adanya wanita muslimah disisiku, ia mampu memantapkan langkahku untuk menjadi muslim yang soleh dan lebih dekat kepada Tuhan.

"Ba .. Baiklah." Jawab koko kaget dan sedikit ragu.

Sisa malam itu kami habiskan untuk berbincang melepas rindu. Karena sejak koko menikah dengan Ci Nisa aku jarang bermanjaan dengannya. Entah kenapa, aku bisa menjadi sebenar-benarnya adik di depan Ko Ahmad. Aku bisa ceritakan apa saja kesulitan dan kesenanganku. Namun aku juga tidak mau sifat manjaku ini dilihat oleh selain koko. Biarlah koko saja yang tau sifat manjaku ini.

_Ahmad POV_

Aku sangat bahagia mendengar adik kesayanganku mau ikuti langkahku untuk berislam. Awalnya aku kira ia menemukan seorang muslimah yang ia sukai ternyata ia memintaku mencarikan seorang muslimah.

"Ba.. Baiklah, Ar." Ucapku ragu. Mana ada muslimah taat yang mau dinikahi oleh seorang mualaf yang baru seperti Arslan. bahkan statusnya saat ini saja belum islam. Dimana aku temukan wanita istimewa itu.

_______________________

Hai haii

Bagaimana dengan bagian kedua ini?
Like, komen kalian sangat ditunggu olehkuu :)
Saran² kalian juga akan sangat membantu aku

Oia, percakapan di atas harusnya kebanyakan bahasa mandarinnya ya. Tapi karena aku belum terlalu bisa mandarin dan khawatir teman-teman jadi bingung juga, aku hanya menggunakan kata wo = saya dan ni = kamu aja.

Untuk yang sebelumnya sudah membaca, jangan bingung sama perubahan tokohnya yaa :)

Raynald/Rayhan -> Arshlan

Salim -> Ahmad


Terimakasih sudah membaca tuangan kisahku ini

Sangat ditunggu feedback nya :))

Happy reading ^_^

Koko MualafWhere stories live. Discover now