Bagian 24

1K 74 0
                                    

"Mas pamit ya. Kamu hati-hati di rumah. Jangan menangis sendirian, jika mau menangis hubungi mas mu." Ucap Hamas di kala perpisahannya.

"Jangan meminum air dingin apalagi makan es batu." Hamas sangat tahu kebiasaan nya. Bagaimana ia tidak hafal, hampir empat tahun mereka mengenal.

"Nanti setiap hari kita tetap jadwalkan murojaah bareng ya walaupun sekedar lewat video call." Fathimah hanya mengangguk. Kemudian Hamas mencium keningnya.

"Jangan genit sama amoy China. Rara menyusul mas segera setelah passpor Rara selesai." Fathimah pun mencium tangan Hamas penuh cinta

Beginilah LDM Fathimah dan Hamas berlangsung. Sejauh apapun jarak memisahkan namun hatinya tetap terpaut. Fathimah tahu pukul berapa ia harus menelepon suaminya memastikan bahwa suaminya sudah bangun untuk solat malam. Mengingatkannya untuk makan dan terkadang hanya sekedar mengaktifkan call video d hapenya kemudian mereka beraktivitas masing-masing. Walaupun berjauhan tapi Fathimah tidak pernah kehilangannya.

Tok.. Tok.. Tok..

^^ Sebentar mas, ada yang mengetuk pintu.^^ Fathimah membuka pintu dan mendapati Arshlan ada disana.

"Kak Arshlan. Ada apa?" Ucap Fathimah yang dapat didengar oleh Hamas bahwa ada Arshlan disana.

"Pak Ahmadnya ada?" Tanya Arshlan.

"Oh, ayah sedang pergi memenuhi undangan dengan ibu dan Anggito. Jadi saya di rumah sendiri. Mohon maaf." Ucap Fathimah. Ia paham tidak baik menerima tamu laki-laki ke dalam rumah ketika tidak ada laki-laki di dalamnya.

"Oh baiklah, bolehkah saya duduk disini untuk menunggu?" Tanya Arshlan sambil menunjuk bangku tamu di depan rumahnya.

"Oh silahkan saja, sepertinya ayah sebentar lagi pulang. Tapi maaf aku tidak bisa menemanimu." Ucapnya

^^Siapa, De?^^ suara dari HP pun terdengar.

"Ah itu mas, ada Kak Arshlan. Mualaf yang sempat ku kenalkan pada Mas." Ucap Fathimah di depan Hamas.

"Siapa?" Tanya Arshlan.

"Mas Hamas." Jawab Fathimah kemudian dijawab O oleh Arshlan.

^^Lelaki yang akan memukuli ku jika membuatmu menangis?^^ Ucapnya keras

"Ahahaha begitu mungkin mas." Ucap Fathimah malu dan terlihat Raihan menertawakannya.

"Ia mau bertemu Ayah. Tapi ayah tidak ada. Dia mau menunggu ayah d bangku tamu halaman. Tidak apa-apa kan, mas?" Tanya Fathimah meminta izin.

^^Tidak apa-apa. Biar aku temani dia. Kau buatkan dia minum. Dia tamu yang harus dimuliakan.^^ Ucap Hamas.

"Ba..Baiklah Mas. Kak Ar, silahkan duduk disana. Dan ini, Mas Hamas ingin menemanimu sambil menunggu ayah." Ucap Fathimah sambil menyerahkan gawainya kepada Arshlan.

Fathimah bersegera ke dapur membuatkan teh untuk Arshlan. Tak lama Pak ahmad dan istrinya datang.

"Wah ada tamu ternyata. Rara sudah menyambutmu?" Tanya Pak Ahmad.

"Sudah, Pak. Ia di dalam. Saya ditemani Hamas ini melalui HP nya Fathi." Ucap Arshlan.

"Dasar anak itu, mana HPnya." Pak Ahmad meminta HPnya untuk berbicara dengan menantunya

"Hei, Hamas. Pandai sekali kau berhubungan baik dengan lelaki ini, hah'? Sudah tau rupanya kau siapa lelaki ini?" Tanya Pak Ahmad ketus.

^^Biarlah, Ayah. Walaupun aku cemburu, tapi dia tetap adik teman baiknya Rara, Yah. Aku harus berhubungan baik dengannya. Walaupun Rara protes tapi aku memaksanya.^^ jawab menantunya.

"Dasar cah gendeng. Sudah, ayah matikan ya. Ayah mau menyambut tamu tampan ayah." Ucap Pak Ahmad.

^^Tunggu, Ayah. Walaupun ia lebih tampan, tetap aku menantu ayah tercinta kan? Aku ingin bertemu dengan Rara lagi, ayah tolong.^^ Ucapnya dengan PD.

"Mulai bermanja kamu ya. Tidak. Kamu terlalu sering menghubungi istrimu. Urusi kuliahmu disana. Ayah matikan." Ucapnya kemudian menyimpan HPnya di meja.

"Bapak tega sekali mematikan sambungannya." Ucap Arshlan sedikit terkekeh.

"Biarkan saja. Hampir 24 jam sehari ia menghubungi istrinya terus. Seperti tidak ada kerjaan lagi saja." Ucapnya. "Jadi ada apa, Nak?" tanya nya.

Baru saja Arshlan akan berbicara, tiba-tiba muncul rengekan dari wanita yang mengisi hatinya.

"Ayah. Pasti HPnya ayah yang matikan? Aku kan masih kangen sama Mas Hamas. Tega sekali ayah ini." Ucapnya cemberut.

"Sudah sudah. Kemarikan teh nya dan bawa HPmu ini. Ayah sedang melayani tamu tampan ayah." Jawabnya.

"Lebih tampan suamiku." Ucapnya sambil cemberut memberikan teh nya dan mengambil gawainya.

"Mohon maaf ya, Nak. Memang sejujurnya anak saya itu sangat manja. Terlebih lagi ketika suaminya meninggalkannya." Ucapnya.

"Kemana dia, Pak?" Tanya nya penasaran.

"Beijing. Dia dapat beasiswa S2 disana. Karena suaminya disana, Rara juga berusaha dapatkan beasiswa disana supaya menemani suaminya. Dia akan menyusul minggu depan setelah paspornya selesai." Jelasnya.

"Oohh pantas saja." gumamnya sambil mengingat pesan Hamas sebelumnya.

"Oia jadi begini, Pak. Bapak bilang kan bapak sering sakit kaki karena suka berjalan jauh, kemarin koko baru bawakan ini dari temannya dokter tradisional China. Ini sangat ampuh dan langsung terasa khasiatnya. Ini saya berikan untuk Bapak." Jelasnya.

"Dan ini ada oleh-oleh dari koko, kemarin koko baru pulang dari rumah."

"kamu masih belum menemui orangtuamu?" Tanyanya

"Belum, Pak. Kalau saya pulang pastilah Mami saya jodohkan saya dengan wanita-wanita pilihannya. Saya juga sedang kuliah lagi, Pak. Sedang masa-masa UAS." Jelasnya.

"Bagaimana kalau bapak saja carikan calon untukmu. Banyak teman-teman Rara yang belum menikah. Kuliah jurusan apa kamu, Nak?" Tanya nya.

"Ah tidak perlu, Pak. Saya tidak ingin dulu memikirkan wanita. Saya ingin fokus perdalam keislaman saya dulu, Pak. Pendidikan Agama Islam S2, pak. Dan S2 Ekonomi Syariah di Tazkia." Ucapnya kemudian Pak Ahmad langsung menggetok kepalanya.

"Kamu ini. Belajar terus belajar terus. Otakmu ini perlu istirahat." Ucapnya tak henti memukuli kepalanya.

"Rasulullah melarang hamba-Nya untuk membujang walaupun alasannya karena perdalam ilmu agama." Sambungnya dengan tetap memukuli kepala Arshlan.

"Sudah nurut sama Bapak. Nanti Bapak bantu carikan."

"I..Iya, Pak. Setelah selesai S2 saya, saya kan meminta bantuan bapak untuk mencarikan saya istri, Pak. Kalau begitu saya pamit, Pak." ucapnya.

"Baiklah. Silahkan. Tidak perlu pamit dengan Fathimah." Ucap Pak Ahmad usil.

"Ah tidak, Pak. Saya tau posisi. Assalamu'alaikum."

"Ya, Walaikumussalam. Hati-hati salam untuk kokomu itu."

Sayang sekali bibit unggul seperti Arshlan Rara sia-siakan. Lihatlah semakin hari semakin baik akhlaknya, dan semakin terpancar ghiroh keislamannya. Andai saja Rara tidak menolaknya. Ah sudahlah, Rara sudah sangat bahagia dengan Hamas. Ia juga bibit unggul. Hafalannya mantap.Gumam Pak Ahmad sambil menatap kepergian Arshlan.

"Ayah terlihat akrab dengan Kak Ar. Sejak kapan?" tanya nya curiga.

"Sejak pernikahanmu. Kami sering berjumpa. Andai saja ayah punya satu anak perempuan lagi. Sayang sekali ia tidak jadi menantu ayah." Jawabnya

"Ayah. Mas Hamas lebih dari segalanya. Dia perfect, Yah." Ucap Fathimah merengut.

"Iya, dia juga sempurna. Bisa membahagiakanmu setiap harinya. Kan ayah hanya berandai-andai ayah punya satu anak perempuan lagi yang bisa cocok dengannya. Kamu urusi saja suamimu yang perfect itu." Ucap ayah sambil memencet hidungku lalu.

Koko MualafWhere stories live. Discover now